(Business Lounge Journal – General Management)
Sudah menjadi keharusan bagi setiap pebisnis, untuk bisa berpikir dan bertindak berani secara dinamis di zaman yang penuh perubahan, kompleksitas, ketidak jelasan, dan ketidak pastian untuk mengambil keputusan yang paling baik bagi perusahaan.
Semua pemimpin, pebisnis, maupun karyawan harus berani menghadapi fenomena VUCA. Vuca sendiri merupakan akronim untuk kondisi bisnis yang penuh dengan resiko dan harus dihadapi: Volatility (Perubahan cepat), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleks), dan Ambiguity (ketidak pastian).
Awalnya VUCA adalah istilah yang biasa digunakan dalam dunia Militer di Amerika Serikat yang dikenalkan pada tahun 1987. Mengutip Definisi aslinya berdasarkan prinsip militer: “VUCA relates to how people view the conditions under which they make decisions, plan forward, manage risks, foster change and solve problems“.
VUCA adalah terkait dengan upaya memahami situasi atau kondisi dimana individu atau organisasi harus membuat keputusan, merencanakan, mengelola resiko, mendesakan perubahan, dan menjawab persoalan.
Kemudian akronim VUCA diadopsi dalam dunia bisnis untuk memperlengkapi para pemimpin, karyawan maupun pebisnis untuk memiliki kemampuan dan keahlian menghadapi bisnis yang semakin dinamis ditengah iklim ketidak pastian.
Bagaimana mereka harus menguasai konsep dan mengaplikasikan dalam dunia bisnis untuk tetap bertahan dan berkembang, merupakan sebuah seni tersendiri . Berikut penjelasan VUCA lebih lanjut:
Volatility
Merupakan suatu kondisi dimana adanya perubahan yang sangat cepat dari situasi ke situasi lainnya. Perubahan ini datang dengan tidak terencana, tidak teratur, tidak jelas, tidak terduga, tidak stabil, dan sudah pasti dapat menimbulkan masalah baru bertubi tubi.
Karakter dari kondisi volatilitas adalah tantangan yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dan sampai kapan berlangsung. Namun tantangan ini dapat ditangani dengan baik, jika memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan yang mumpuni.
Volatilitas bisa menjadi tantangan ataupun peluang batu loncatan. Semua ini tergantung dari strategi yang diambil para pimpinan dan karyawan perusahaan untuk mengatasinya.
Pada kondisi ini, para pemimpin ditantang untuk berani merespon dan mengelola perubahan dengan lebih efektif bergeser dari reaktif terhadap perubahan menjadi lebih bersifat proaktif menanggapi setiap perubahan yang terjadi.
– Uncertainty
Uncertainty diartikan sebagai ketika perusahan menghadapi keadaan atau kondisi yang serba tidak memiliki kepastian.
Uncertainty sering kali terjadi karena mengikuti perubahan yang dinamis sehingga sulit memperkirakan kebijakan apa yang akan diambil. Pada fase ini biasanya perkembangan pasar global diwarnai dengan penuh ketidakpastian.
Uncertainty juga dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik global yang menyebabkan kondisi pasar tidak pasti sehingga perusahaan sulit untuk membuat perencanaan untuk perencanaan bisnis kedepan.
Pada kondisi Uncertainty, biasanya para pemimpin bertindak berdasarkan data informasi yang tidak cukup atau tidak lengkap. Mereka menggunakan strategi melihat dan menggunakan tindakan dimasa lalu yang berhasil dilakukan di dalam masa ketidak pastian.
– Complexity
Complexity atau kompleksitas diartikan sebagai kondisi yang sangat rumit.
Pada saat ini, seringkali kondisi dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan arus informasi yang sangat deras. Kemunculan berbagai informasi, seringkali menimbulkan kesalah pahaman yang berakibat konflik berlapis. Dalam kondisi ini, hubungan sebab akibat sudah tidak jelas.
Pada kondisi complexity, para pemimpin biasanya tidak memiliki waktu untuk mengurai kerumitan yang terjadi, dan akhirnya bertindak terlalu cepat.
Pemimpin tergoda untuk mengimplementasikan solusi jangka pendek dan berlebihan mengandalkan “quick wins“.
Pemimpin dalam bahaya terjebak dalam kelumpuhan analis dan akhirnya terlalu lambat bertindak.
Ambiguity
Ambiguity atau Ambiguitas atau kemenduaan diartikan sebagai keadaan yang penuh ketidak jelasan. Fase ini biasanya ditandai dengan kondisi pasar yang tidak terarah. Akibatnya perusahaan sulit mengambil kebijakan karena penuh resiko yang serba tidak jelas.
Dalam kondisi Ambiguity, biasanya pemimpin terlalu jauh terlempar dari sumber dan konteks peristiwa. Pemimpin hanya bertindak berdasarkan pemahaman yang terbatas atas kejadian kejadian dan makna atau artinya.
VUCA juga dilihat dari dua aspek yang melatar belakangi penyebab terjadinya kondisi. Yaitu kondisi Global dan Nasional.
I. Pengaruh Kondisi Global.
1. Saat ini dunia penuh gejolak, mengakibatkan Krisis sosial, politik dan ekonomi.Ditambah lagi dengan dampak pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu, belum sepenuhnya memperbaiki kondisi perekonomian global.
2. Revolusi Industri 4.0
Kemajuan teknologi telah membuat peradaban manusia berubah. Teknologi juga berpengaruh pada tingkat produktivitas perusahaan.
Mengutip Harvard Business Review : “Peningkatan produktivitas tidak serta merta dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan”.
Bahwa peningkatan produktivitas karena teknologi ternyata tidak seiring dengan tumbuhnya lapangan pekerjaan.
Hal ini dibuktikan, dengan munculnya teknologi canggih, menimbulkan resiko. Beberapa pekerjaan manusia, digantikan oleh mesin dan robot.
3. Urbanisasi.
Gaya hidup masyarakat yang semakin mengurban, mengakibatkan dampak resiko pemanasan global dan perubahan iklim.
II. Pengaruh Kondisi Nasional
Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa, termasuk dapat membangun dengan baik sebelum masa pandemi datang.
Sebagai catatan bahwa Indonesia pernah memiliki prestasi di bidang ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi diraih 5 % , pengangguran dapat ditekan kisaran 3 %, kemiskinan berhasil di kisaran 9 % (dibawah 2 digit). Namun kondisi setelah pandemi mengubah prestasi ini.
– Adanya kebijakan membangun Indonesia sentris, bukan jawa sentris.
Selain itu konteks datangnya teknologi yang mengubah cara hidup.
Setelah kita melihat fenomena VUCA dan dua kondisi yang mempengaruhinya, sekarang bagaimana para pebisnis mengubah VUCA dari ancaman menjadi peluang.
Para peneliti bisnis telah menemukan bahwa VUCA harus bertemu dengan VUCA.
Artinya, untuk menaklukan fenomena VUCA, harus dipertemukan dengan VUCA sendiri.
1. Volatility harus bertemu dengan Visi
Berarti dalam kondisi Volatility atau dalam keadaan yang bergejolak, para pemimpin harus memiliki visi yang kuat. Visi yang kuat dapat dibaca oleh entitas menjadi :
a. Ubah data menjadi informasi yang mudah dibaca.
b segera informasikan visi yang dapat dimengerti oleh semua pimpinan, karyawan atau pebisnis.
2. Uncertainty harus bertemu Undersranding
Pada kondisi Uncertainty, harus ada pemahaman yang jelas. Understanding yang baru , yang lebih fleksibel. Belajarlah dari pengalaman kebelakang dan beralihlah ke depan dengan pemahaman yang jelas. Ini adalah strategi tepat menghadapi kondisi Uncertainty.
3. Bagaimana menghadapi kondisi complexity?
a. Harus ada kejelasan.
Ditengah kondisi yang serba tidak ada kejelasan, pemimpin, karyawan maupun pebisnis dituntut untuk memiliki kejelasan. Bagaimana caranya? Berkolaborasi. Dengan berkolaborasi adalah cara untuk menciptakan perspektif yang lebih luas. Dengan cara ini dapat ditemukan kejelasan.
b. Berhenti mencari solusi yang bersifat permanen. Temukanlah solusi terbaik yang bersifat temporary dan harus cepat diambil. Pada kondisi complexity, tidak ada solusi yang bersifat permanen.
c. Tidak pernah ada kata berhenti belajar dan berlatih. Kondisi kompleksitas menuntut mental tentara yang pantang menyerah. Belajar hari ini untuk menaklukan complexity yang terjadi hari esok.
4. Ambiguity
Dalam kondisi Ambiguity atau kemenduaan, sangat diperlukan sikap keluwesan. Berarti para pemimpin, karyawan dan para pebisnis, wajib mendengar baik baik, bukan memaksakan kehendak atau ambisi. Dengarkan setiap informasi dengan telinga dan hati.
Dalam tahap ini juga diperlukan berpikir dengan cara berbeda dari berbagai perspektif.
Sikap mental bekerja secara bertahap juga mutlak diperlukan.
Setelah kita mengetahui fenomena VUCA bertemu dengan kondisi VUCA itu sendiri,
Maka berikut ini adalah beberapa tips sikap yang dapat diambil oleh pimpinan, karyawan maupun pebisnis :
1. Kembali memperjelas tujuan perusahaan, hanya berfokus apa yang mau kita raih.
Para pimpinan perlu mengambil waktu untuk merumuskan kembali apa yang sungguh sungguh penting bagi perusahaan dan apa yang sebenarnya hanya pilihan saja.
Prinsipnya adalah tidak semua hal yang ada dimuka bumi ini penting. Ambil yang benar benar penting saja. Pilihan lainnya adalah opsional.
2. Harus memiliki peta bisnis sendiri. Peta ini adalah sebuah kompas, sebuah gambaran, kemana perusahaan akan melangkah. Gambaran tentang masa depan, sudah kita miliki di peta ini, agar kita tahu jalan yang kita tuju bukan jalan yang salah.
3. Sikap berani. Para pemimpin, karyawan dan pebisnis harus memiliki sikap berani untuk melangkah ke tujuan yang telah ditetapkan.
4. Melatih diri untuk menjelajah ke area area bisnis yang belum pernah kita jelajahi sebelumnya. Perlu tindakan. Tanpa tindakan, kita tidak akan tahu apa yang terjadi di depan. Namun dengan tindakan, area yang belum pernah kita sentuh itu, tidak seberat yang kita kira.
5. Fokus. Fokuslah pada tujuan yang sudah ditetapkan dan dapat kita kendalikan. Jangan tergiur melakukan sesuatu yang sudah pasti tidak dapat kita kerjakan atau kita kendalikan.
6. Bersikap terbuka dengan kejutan-kejutan yang selalu terjadi dalam bisnis. Hidup ini penuh dengan kejutan. Bersikaplah positif, karena banyak hal yang belum pernah kita alami, dan akan kita alami. Semua itu akan memperkaya karakter bisnis kita.
7. Terimalah resiko.
Melakukan bisnis, selalu ada resikonya. Biasanya semakin besar resikonya, semakin besar pula manfaat yang akan kita terima. Namun yang paling penting untuk direnungkan adalah dengan menerima resiko, sebenarnya kita sedang meminimalisir dan menerima sesuatu yang kita tidak bisa hilangkan dalam hidup.
Dunia memang sudah akrab dengan VUCA, bagaimana cara kita menyiasatinya, adalah pilihan.