Pasar Tradisional Mencerminkan Kekakayaan Budaya Indonesia

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Semburat biru bercampur putih menghiasi cakrawala fajar
Tetesan bening embun, masih tersisa di atas sayur-sayuran hijau
Sejuknya udara pagi menyambut hari yang baru
Menyambut hiruk pikuknya penjual dan pembeli di pasar tradisional
Demikian cuplikan suasana tiap pagi di berbagai pasar tradisional Indonesia.

Pasar tradisional sendiri masih memiliki daya tarik hingga saat ini. Tidak pernah padam oleh perkembangan zaman maupun hantaman pasar-pasar yang lebih modern seperti berbagai pasar swalayan maupun pasar daring.

Gelaran sayur-sayuran hijau segar berjejer manis seperti bayam, kangkung, kemangi, buncis, kacang panjang hingga brocoli ditambah lagi dengan varietas sayuran berwarna seperti terong, bunga kol, sawi putih, paprika dan tomat. Semua terasa indah dan hangat menyambut para pembeli. Bahkan kentang dan telur ayam telah tersusun rapih dalam kotak kayu.

Sebagai orang Indonesia, kegiatan berbelanja di pasar tradisional ini bisa menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan dan menantang. Karena mengandung pengalaman budaya Indonesia yang dinamis.

Pengertian pasar tradisional pada umumnya adalah suatu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi jual beli secara langsung disertai proses tawar menawar. Pasar tradisional dikelola oleh pemerintah daerah.

Pasar tradisional juga menyediakan keragaman produk lokal yang unik dan beberapa item yang sulit ditemukan di tempat lain.

Beberapa contoh pasar tradisional menarik adalah :

Pasar Tradisional Alor, Nusa Tenggara Timur, menjual pisang Ambon dengan ukuran jumbo. Pisang jenis ini sulit ditemukan di daerah lain. Belum lagi jajanan berupa jagung goreng dengan rasa khas pedas, renyah khas Alor. Menggiurkan sekali. Di beberapa pasar tradisional NTT, dijajakan juga berbagai kain tenunan daerah yang indah.

Di Pasar tradisional Merauke, Papua dapat ditemui tepung sagu untuk dibuat papeda. Sayuran khas Papua seperti sayur gedi, gohi, dan sayur lilin beserta jantung pisang. Di luar pasar terdapat kios yang menjual kerajinan dari kulit buaya, seperti dompet, ikat pinggang, tas, sepatu dan lainnya.. Keren !!

Pasar Klewer, Solo, sudah menjadi surganya tekstil di Jawa Tengah. Berbagai macam busana batik, selalu diincar para wisatawan. Banyak wisatawan membuat destinasi wisatanya ke pasar ini yang wajib dikunjungi.

Pasar-pasar di Toraja, Sulawesi Selatan, selain menjual kebutuhan pokok, juga menjual berbagai ternak hidup dan beraneka ragam oleh-oleh khas Toraja, seperti kaos, tas, miniatur rumah tradisional serta kue-kue khas Toraja.

Hal yang unik lainnya adalah pasar terapung Banjarmasin, Kalimantan Selatan, di mana para penjual dan pembeli melakukan transaksi di atas perahu. Selain membeli kebutuhan rumah tangga, dijajakan pula sejumlah kuliner khas lokal seperti soto Banjar, pisang gapit, putu mayang, bingka, dan lain-lainnya… sedap..

Pasar tradisional merupakan cerminan kekayaan kebudayaan Indonesia secara turun temurun.

Berikut adalah cerita dari satu dari sekian banyak orang Indonesia yang sangat menyukai pasar tradisional.

Pagi hari adalah waktu kegemaran saya berbelanja ke pasar sebelum berangkat kerja. Biasanya saya berjalan kaki atau mengayuh sepeda ontel ke pasar yang hanya beberapa meter jaraknya dari rumah. Tidak lupa membawa kantong belanjaan sendiri yang terbuat dari bahan daur ulang.

Tidak sulit mencari tempat parkir kendaraan di pasar, kemudian memasuki gerbang pasar dan terjun turut berbaur dengan masyarakat sekitar, di sinilah kita bisa merasakan denyut ekonomi lokal, dengan suasana riuh rendah aura pasar bergejolak.

Biasanya prioritas utama belanja adalah membeli daging sapi, unggas, atau ikan. Kenapa yang pertama? Supaya kita bisa mendapatkan bahan pangan daging yang paling segar. (Kalau agak siang, sudah kehabisan stok daging yang paling segar). Di sini kita dapat langsung melihat, menyentuh, memeriksa, dan memilih semua kebutuhan daging yang mau kita beli. Misalnya ketika kita hendak membeli daging ikan, otomatis kita akan memeriksa insangnya apakah masih berwarna merah segar atau sudah berwarna kecokelatan, diikuti mata ikan yang jernih, tidak buram serta masih beraroma khas laut.

Demikian juga dengan daging sapi yang terlihat berwarna merah cerah mengkilap, tidak pucat atau kotor serta bertekstur kenyal. Pastikan, Tidak ada aroma yang menyimpang selain aroma daging sapi yang masih baru. Sedangkan untuk membeli daging unggas yang baik kita harus memastikan dagingnya berwarna merah muda, aromanya tidak menyengat , tidak keluar banyak darah dan usahkan dagingnya masih hangat.

Pengalaman ini menimbulkan proses interaksi antar pedagang dan pembeli. Pedagang biasanya akan memberikan informasi tentang kondisi kualitas daging yang dijajakan. Keuntungan yang kita peroleh dari membeli daging di pasar tradisional adalah daging biasanya bebas dari bahan pengawet dan pendingin. Semua relatif masih segar.

Setelah melihat-lihat dan menemukan ikan cakalang yang cocok, terjadilah proses tawar-menawar hingga tercapai kesepakatan harga antara pedagang dan pembeli. Buat sebagian orang Indonesia, rasanya tidak puas kalau berbelanja tanpa adanya proses tawar menawar. Tentu saja dalam proses ini harus mengindahkan norma “win win solution”. Ini adalah salah satu budaya dan kearifan lokal. Kita tidak akan menemukan yang model begini di pasar daring maupun pasar swalayan modern.

Kegiatan selanjutnya diteruskan ke tempat sayuran. Tomat, pare, terong , toge, petai maupun jengkol… sudah terpampang di depan mata. Sayuran mana yang mau kita beli, tinggal pilih mana yang suka.

Lihat-lihat dulu sebelum membeli. Pilih mana yang terlihat lebih segar dari lainnya, jangan sungkan untuk bertanya dan menawar pada pedagang. Kalau merasa harganya kurang cocok, kita bebas beralih ke pedagang lainnya. Karena bisa saja di pedagang lain ada yang menjual dengan harga lebih murah.

Namun pada umumnya, kalau kita sudah biasa berbelanja di pasar, kita sudah memiliki pedagang langganan. Keuntungannya adalah, kita bisa lebih akrab dan mendapatkan potongan harga yang lebih rendah. Ini disebut harga langganan.

Pedagang langganan juga bisa memberikan bahan ekstra. Contohnya kalau kita membeli tempe, biasanya ia akan memberikan irisan tambahan. Kalau kita membeli sesisir pisang raja, beberapa buah pisang ranum akan ditambahkan ke kantong pelastik kita. Mereka juga tak akan segan-segan memberikan informasi yang terjadi seputaran ekonomi pasar dan berbagai kejadian lainnya. Memang sebagai orang Indonesia, kita suka bersosialisasi.

Sekarang, daging, ikan, dan sayuran sudah dalam genggaman. Kini saatnya mencari berbagai bumbu dapur yang dijual di gelaran pasar. Di sini kita bisa berburu semua rempah-rempah khas Indonesia yang pernah membuat bangsa Eropa pernah datang di abad pertengahan. Apalagi kalau bukan kayu manis, cengkeh, wijen, kapulaga, pala, kemiri, asam jawa, saffron, merica, lada, jahe, jeruk nipis hingga bawang merah, bawang putih serta bawang bombay.. semua tersedia lengkap di pasar tradisional.
Makin terbayang lezatnya makanan yang akan dimasak… dan jangan lupa membeli tahu tempe sebagai makanan rakyat indonesia beserta minyak goreng serta cabai yang akan dibuat sambal ulek ditambah kerupuk dan ikan teri.. Wah.. gak sabar menyantap hidangan enak rumahan..

Terakhir membeli buah-buahan yang sudah terlihat di samping los sayur-sayuran. Pepaya, pisang, jeruk, semangka, melon, salak.. semua terlihat segar dan menggiurkan, namun belilah sesuai kebutuhan dan bertindaklah bijak dalam mengatur anggaran belanja. Jangan sampai berlebihan. Seperti kata peribahasa “besar pasak dari tiang”.

Di akhir kegiatan belanja, di pasar tradisional, bisa jadi ini merupakan kegiatan yang paling saya gemari, yaitu mencicipi berbagai kulineran, seperti nasi uduk betawi, soto mie bogor, ketoprak, soto ayam, mie bakso pangsit, siomay, dim sum, bubur sumsum, es cendol, es dawet.. Belum lagi dengan kue-kuenya yang menggiurkan.. kue ape, kue pancong, lemper, bacang, donat, klepon, kerak telor, martabak, pastel, risoles bahkan brownies kampung.. semua enak enak.. patut untuk dicoba.

Di seberang pasar, seorang penjual jamu menawarkan jamunya agar sehat selalu. Mengikuti perkembangan zaman, sang penjual jamu juga menjual beberapa produknya dalam bentuk botol kemasan. Nampak juga sebuah mobil truk buatan Jepang yang sedang menurunkan beberapa karung beras cianjur. Karung-Karung beras itu diangkut oleh beberapa pria berotot, masuk ke dalam gedung pasar yang ramai.

Pada saat saya mengikat barang belanjaan di sepeda, terlihat juga beberapa dagangan lainnya di luar pasar, seperti ikan hias yang dikemas dalam plastik bening, penjual mainan perahu kaleng yang bisa mengapung dalam wadah berair dan jasa pembuatan duplikat kunci.

Beberapa orang juga menyukai datang ke pasar agak lebih siang. Karena suasananya sudah tidak terlalu ramai dan bisa jadi harga lebih murah. Mungkin penjualnya sudah mau pulang dan ingin barang dagangannya habis terjual supaya besok dapat menjual dengan stok yang baru.

Pada saat mengayuh sepeda menuju ke rumah, terbersit dalam pikiran saya, apa yang baru saya alami di pasar tradisional adalah merupakan suatu kekayaan budaya Indonesia yang sarat akan nilai-nilai kearifan lokal, unik, dan dinamis.

Dapat disimpulkan, bahwa berbelanja di pasar tradisional memberi manfaat berinteraksi sosial, memilih barang dengan kualitas yang diinginkan dan mencoba secara langsung serta bertransaksi melalui proses seni tawar menawar, yang sudah pasti mendukung perekonomian masyarakat setempat.

Selamat berbelanja..