Etos Kerja Singapura Membentuk Pekerja Unggul

(Business Lounge Journal – Culture)

Singapura adalah salah satu negara Asia Tenggara yang maju dan dikenal dengan salah satu keunggulannya dalam bidang perekonomian terkuat di dunia. Kebijakannya yang selalu pro-bisnis, lingkungannya yang aman dan kondusif, serta lokasinya yang strategis di Asia tenggara telah membuat Singapura berjaya sebagai pusat perdagangan dunia, serta industri jasa keuangan dan investasi global.

Selain perekonomian yang kuat, Singapura juga dikenal memiliki keunggulan lainnya, yaitu: kepemimpinan yang stabil, pendidikan berkualitas dunia, infrastruktur modern, tingkat keamanan yang tinggi, inovasi dan teknologi, tingkat kebersihan yang prima serta keaneka ragaman budaya yang berpadu serasi antara. Ada empat bahasa yang dipergunakan: Melayu, Inggris, Mandarin, dan Tamil.

Singapura juga dikenal dengan perpaduan budaya barat dan asia tenggara yang unik dan berpadu. Faktor ini juga yang membuat suasana berbisnis di sana sangat kondusif. Buktinya, banyak sekali ditemukan warga dari dunia barat bekerja di Singapura, berpadu dengan masyarakat singapura asli dari suku bangsa Tiongkok, Melayu, dan India.

Orang Singapura dikenal baik dalam menjalankan bisnis dengan bersungguh sungguh. Mereka tidak main-main dengan etos kerjanya. Semua dikerjakan dengan profesional, penuh kedisiplinan, berdedikasi tinggi, hingga menghasilkan produktivitas yang optimal.

Apa saja etos kerja Singapura yang bisa kita teladani dalam menjalankan bisnis di negeri kita sendiri, Mari kita simak tulisan ini.

1. Kedisiplinan.
Orang Singapura terkenal dengan kehidupan disiplin yang sangat tinggi.
Sejak mereka kecil, orang tua mereka selalu mengajarkan untuk hidup bersih, tidak membuang sampah secara sembarangan karena negara ini terkenal dengan dendanya yang sangat tinggi.

Dari sejarahnya, masyarakat Singapura sadar bahwa wilayah mereka tidak besar dan ketersediaan sumber daya alam sangat terbatas. Untuk itulah mereka membangun sumber daya manusia dengan optimal lewat karakter baik dan pendidikan berkualitas.

Selain itu, banyak peraturan peraturan ketat yang menghasilkan masyarakat yang sadar hukum dan super tertib.

Para siswa di Singapura juga sudah terbiasa untuk tidak terlambat tiba di sekolah. Mereka juga selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan deadline yang diberikan. Untuk urusan ini, mereka tidak bisa kompromi dengan berbagai alasan, seperti lupa buat Pekerjaan Rumah (PR), terlambat karena macet, atau lainnya, hidup mereka sudah terbiasa untuk disiplin dan tidak kompromi dengan mencari berbagai alasan yang masuk akal.
Sehingga ketika mereka memasuki dunia pekerjaan, orang singapura sudah dikenal dengan talenta yang sangat disiplin, tepat waktu dan dapat diandalkan.

Perlu diketahui, setiap warga negara laki laki yang berusia 18 tahun, wajib mengikuti kegiatan wajib militer yang diselenggarakan oleh negara. Kegiatan ini wajib diikuti selama 18 bulan. Dapat dibayangkan, bahwa orang singapura juga memiliki karakter tentara yang kuat, tangguh dan tidak mudah menyerah.

2. Bersikap profesionalisme

Orang Singapura selalu menerapkan sikap standar internasional dalam berbisnis. Ciri ini sangat mendominasi cara berpakaian mereka ketika bekerja. Biasanya mereka mengenakan pakaian formal berupa kemeja berkancing, celana bahan dan rok formal bagi wanita. Tak jarang pula para wanitanya mengenakan pakaian terusan formal. Para prianya akan mengenakan jas dan dasi jika ada pertemuan yang bersifat sangat formal.

Etika bisnis lainnya adalah budaya berjabat tangan ketika bertemu dengan partner bisnis untuk pertama kalinya. Jikalau kita bertemu dengan orang Melayu, maka mereka akan meletakan sebelah tangannya di dada setelah kita berjabat tangan. Inilah salam budaya melayu.

Jangan lupa selama berkenalan dan pertemuan melakukan kontak yang sewajarnya seperti kebiasaan bangsa barat. Senyum adalah ekspresi universal dari rasa simpatik.

Dalam bisnis Singapura, kartu nama memiliki peranan penting dalam pertemuan pertama. Standar yang sopan dalam memberikan kartu nama yaitu memberikan dengan kedua tangan dengan arah tulisan kepada penerima. Sang penerima juga menerima kartu nama dengan kedua tangan. Biasakan membaca baik-baik kartu nama dan taruhlah kartu nama di atas meja dengan tulisan menghadap ke atas. Jangan cepat cepat memasukan kartu nama ke dalam kantung. Ini adalah standar kesopanan berbisnis.

Budaya kerja di Singapura tidak mengharuskan kita membayar tip. Namun ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Kalau diundang dalam acara sosial oleh rekan bisnis dari negara barat, biasanya yang diundang tidak datang dengan tangan kosong. Tapi membawa sebotol anggur. Namun kalau tuan rumah tidak mengkonsumsi alkohol, bisa diganti dengan cokelat.

Di beberapa kantor Singapura, memiliki kebiasaan melepaskan sepatu sebelum masuk kantor. Ini merupakan budaya yang sangat wajar, karena singapura masih termasuk negara berbudaya timur.

3. Berpegang kuat pada hierarki

Budaya kerja di Singapura berdasarkan hierarki, yaitu sangat menghormati para senior, atasan, atau otoritas pemegang kekuasaan yang membuat keputusan, kebijakan penting dalam bisnis.

Struktur organisasi dalam tiap perusahaan berbeda-beda. Namun dapat dipastikan bahwa para karyawan junior mengikuti arahan yang diberikan oleh para atasan dengan sebaik baiknya. Para karyawan bawahan bekerja dengan menunjukan rasa hormatnya kepada senior mereka. Meskipun di luar kantor mereka memiliki hubungan persahabatan, namun dalam hubungan di kantor harus tetap bersikap formal dan profesional.

Demikian pula dengan suasana pertemuan kantor di Singapura yang selalu diwarnai dengan ketepatan waktu. Artinya mulai rapat tepat waktu, dan rapat juga berakhir tepat waktu.

Hal yang paling berkesan ketika menghadiri salah salah satu rapat di sana adalah ada satu kesan tersendiri bagi orang Singapura. Mereka sudah terbiasa menguasai materi rapat dan siap menjawab tiap pertanyaan yang akan diajukan dalam rapat bisnis dengan tepat dan benar. Bagi mereka, ini merupakan rasa hormat dan tanggung jawab.

4. Meritokrasi dan Efisiensi

Meritokrasi adalah sistem kerja yang memberikan kesempatan kepada setiap talenta untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam bekerja, menjalankan bisnis bahkan memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi yang dimiliki bukan berdasarkan kekayaan atau kelas sosialnya.

Para pekerja akan dievaluasi secara berkala, diberi penghargaan sesuai prestasi kerja dan kemampuan mereka.

Demikian juga bila terjadi pelanggaran, tanpa memandang bulu, termasuk pimpinan yang paling tinggi sekalipun kalau berbuat salah akan mendapat hukuman.

Buat orang Singapura, tidak ada toleransi untuk datang terlambat kerja atau pertemuan kantor. Karena pintu kantor akan ditutup tepat pada waktunya.

Jika ada kegiatan kantor yang pendaftarannya dilakukan secara online, jangan sampai terlambat dalam proses pendaftaran. Meskipun telat hanya 2 menit, bisa berakibat fatal. Ditolak by system. Tidak ada orang yang bisa menolongnya. Meskipun masih bisa diproses secara digital lewat arahan call center, namun kita hanya menemukan suara mesin yang berbicara.

Untuk kasus yang satu ini, biasanya dialami oleh karyawan yang baru bekerja di Singapura. Bagi karyawan lokal, sudah terbiasa dengan budaya ini dan tidak ada yang komplain.

Jikalau mau berobat ke dokter dan datang terlambat dari jadwal yang sudah ditetapkan, petugas klinik akan menyarankan untuk membuat pendaftaran di hari berikutnya.

Bagaimana dengan kehidupan masyarakat di sana? Sama! Misalnya kalau ada undangan nonton bareng, tiba-tiba ada yang datang telat, sepertinya kehadiran peserta yang telat sudah tidak diharapkan lagi alias tidak terima anggota baru.

Sekali lagi, tidak ada toleransi keterlambatan bagi karyawan negeri Singa ini. Mereka yang datang telat dianggap wanprestasi alias under perform. Semua berjalan berdasarkan meritokrasi atau standar hidup yang sudah selayaknya dijalankan.

Kehidupan kerja dan kehidupan sehari hari di Singapura sudah tersistem. Buat orang yang baru kerja di sini, kesannya semua orang bekerja seperti robot. Namun suasana kerja menjadi sangat produktif, tertib dan aman.(kondisi keamanan sangat tinggi dan tingkat korupsi sangat rendah).

Efisiensi di Singapura sangat penting dan dihargai. Mereka sangat fokus pada penyelesaian tugas dan pencapaian tujuan secara tepat waktu dan efektif.

Salah satu bentuk efisiensi yang dilakukan oleh pemerintah Singapura adalah memberdayakan para tenaga pensiunan untuk bekerja kembali sebagai kekuatan bangsa. Secara struktur kependudukan, Singapura tidak punya bonus demografi. Maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mengaktifkan para penduduk senior untuk dipekerjakan kembali. Pekerjaan mereka adalah banyak menjadi asisten di Bandara Changi. Mereka akan mengarahkan para penumpang untuk mengantri di tempat yang benar, menolong petugas imigrasi untuk mencari penumpang random untuk diperiksa, menjadi tenaga bantuan di kantin, dan lain lainnya.

Para pekerja senior ini juga merasa senang dapat dipekerjakan kembali. Bukan karena motivasi ekonomi, tapi kegiatan ini membuat mereka jauh lebih bergembira dan aktif dibandingkan istirahat diam-diam di apartemennya. Kegiatan ini juga bermaksud mengenyahkan penyakit diabetes yang makin melanda.

Sekedar informasi, pemerintah Singapura membuat kebijakan untuk menghindari diabetes dengan jalan ensubsidi minuman sehat dan membuat mahal harga minuman manis. Kebijakan ini mendapat sambutan baik. Warga Singapura percaya bahwa setiap kebijakan pemerintahnya adalah untuk melindungi dan mensejahterakan warganya.

5. Budaya kerjasama dalam tim

Budaya kerja di Singapura berpusat pada kerjasama kelompok bukan bekerja secara individu seperti di negara barat.

Di Singapura, dinamika dan keharmonisan kelompok menjadi kunci utama dalam keberhasilan mencapai tujuan perusahaan.

Orang Singapura memang bersifat cenderung individualistik, kristis, dan berpikir secara logika. Namun ketika ada dalam satu perusahaan, mereka harus bekerja sama dalam satu tim kolektivisme, melebur berkolaborasi dan saling terintegrasi bercampur dengan kearifan budaya lokal dan global mewujudkan produktifitas yang maksimal.

Bila terjadi perselisihan antar karyawan di dalam kantor, maka setiap konflik harus diselesaikan baik-baik secara pribadi, bukan di depan umum. Tujuannya adalah menciptakan budaya kerja yang nyaman dan tetap kondusif sekaligus membina lingkungan kantor yang bersahabat dan harmonis supaya tingkat produktifitas perusahaan tetap stabil. Ingatlah, bahwa Singapura adalah salah satu negara paling tertib di dunia.

Salah satu sifat karyawan Singapura adalah tidak mau disalahkan. Bukan berarti kalau ada yang berbuat salah tidak bisa ditegur. Tentu saja mereka akan mendapat teguran, nasehat, dan masukan yang berharga untuk bertindak menjadi karyawan yang sesuai dengan harapan budaya perusahaan.

Beberapa pengamat ekonomi mengatakan bahwa generasi muda Singapura saat ini memiliki sifat lebih individualistik dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Bagaimana situasi Jam Kerja Biasa di Singapura?

Jam kerja reguler di Singapura adalah sebagai berikut:

  • Sepanjang lima hari kerja selama seminggu: hingga 9 jam sehari atau 44 jam seminggu.
  • Untuk lebih dari lima hari kerja dalam seminggu: hingga 8 jam sehari atau 44 jam seminggu.
  • UU Ketenagakerjaan juga mengingatkan pemberi kerja bahwa jam kerja maksimal adalah 12 jam per hari. Pekerja dapat bekerja lembur hingga 72 jam setiap bulan dengan pembayaran minimal 1,5 kali tarif dasar per jam.

Jam kerja yang panjang ini membuktikan bahwa warga Singapura sangat giat bekerja. Mereka betah bekerja di kantor dibanding pulang cepat-cepat ke rumahnya. Bekerja keras adalah budaya Singapura. Para karyawan di sana berani menghadapi persaingan ditempat kerja maupun persaingan dengan perusahaan lain. Faktor ini telah membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih tangguh. Mental mereka hanya hadapi saja dengan kerja, kerja dan kerja.

Photo by Singapore Stock Photos