(Business Lounge Journal – Event)
Gajah Gallery, Jakarta sedang mengangkat karya anak bangsa dalam sebuah perhelatan bertajuk Beyond Borders: Minangkabau Art and the Fluidity of Cultural Dynamics. Pameran yang menampilkan sejumlah seniman pionir dan kontemporer dari daerah Minangkabau ini telah dibuka pada 4 November 2023 di Galeri Gajah Jakarta dan akan berlangsung hingga 3 Desember 2023.
Kontribusi tanah Minangkabau memang tidak terbantahkan dalam pendefinisian seni rupa Indonesia, baik dalam lingkup pengakuan lokal maupun global. Beberapa nama besar telah hadir sejak permulaan kanon sejarah seni rupa di negara ini. Sebut saja Wakidi yang walaupun lahir di Palembang namun telah menjadikan Bukittinggi sebagai tanah pengabdiannya sebagai pelukis dan pendidik. Karya-karya Wakidi pun telah turut membentuk identitas seni lukis Indonesia secara krusial dengan kecenderungan visual pemandangan alam (mooi indie) pada corak warna yang lembut.
Selain itu Gajah Gallery pun menampilkan hasil karya Oesman Effendi, seorang seniman sekaligus intelektual seni rupa yang menjadi sosok penerobos visual yang dengan praktik abstraksinya. Oesman Effendi ini merepresentasikan proses dan pencarian yang terus berjalan dalam praktek seni rupa. Pemikiran-pemikirannya yang tajam dan kritis telah tertuang dalam media cetak dan masih menjadi sumber referensi dan pembahasan budaya yang berlanjut hingga sekarang.
Dalam hal pergerakan kelompok, Itji Tarmizi yang tergabung dalam Pelukis Rakyat dan Sanggar Bumi Tarung juga melakukan aksi nyata dalam setiap praktik artistiknya. Keseharian rakyat yang menjadi landasan berkarya Itji tentunya merupakan kesadaran entitas atas eksistensinya – seniman adalah rakyat.
Baik Oesman maupun Itji, menjadi representasi keberagaman corak praktik seniman Minangkabau.
Tidak hanya sampai pada Oesman dan Itji, pada akhir 90-an, ketika dunia seni digempur praktek seni yang sarat dengan unsur sosial-politik di Indonesia, maka sekelompok seniman muda Minang yang menamai diri Kelompok Seni Rupa Jendela (KSR Jendela) hadir di Yogyakarta. Pada waktu itu, sebenarnya mereka dapat dikatakan menempuh sebuah jalan terjal – yang nyaris mustahil – untuk melawan arus utama diskursus dan pasar. Namun, alih-alih dipinggirkan dari arus kontemporer, mereka berhasil membawa angin segar di antara keseragaman praktek artistik. Anggota-anggota KSR Jendela hingga kini tetap aktif berkontribusi dalam dinamika seni rupa Indonesia yang dalam presentasi ini diwakilkan melalui karya-karya Handiwirman Saputra, Yunizar, Rudi Mantofani, dan Yusra Martunus.
KSR Jendela menjadi sebuah pertanda bahwa obor semangat para seniman Minang terdahulu tetap dikobarkan oleh generasi hari ini. Ibrahim, Erizal As, Ridho Rizki, dan Fika Ria Santika hadir dengan pola berkarya mereka yang kritis terhadap tren.
Dalam pameran Gajah Gallery kali ini, disertai tulisan dari kurator dan sejarawan seni dan kandidat PhD LIAS Aminudin Siregar.