Dari Tongkat Dikunyah Sampai Sikat Gigi

(Business Lounge Journal – Do you know?)

Adanya tindakan perawatan gigi sebenarnya telah ada sejak ribuan tahun silam. Bahkan para sejarawan percaya bahwa praktik kedokteran gigi mungkin sudah ada sejak setidaknya 7000 SM, berabad-abad yang lalu sebelum perawatan gigi profesional tersedia secara luas.

Teori tentang apa yang menyebabkan kerusakan gigi, memang telah berubah selama berabad-abad — dari “cacing gigi” nan misterius di zaman kuno hingga bakteri yang berkembang biak pada plak saat ini. Hal ini membuat banyak orang memahami pentingnya menjaga kebersihan gigi.

Tongkat Kunyah

Sebelum sikat gigi dikenal, banyak orang yang menggunakan tongkat kunyah, sebuah ranting tipis yang akan mereka gigit sampai salah satu ujungnya berjumbai untuk menciptakan semacam sikat.

Metode yang juga digunakan oleh orang India ini diperkenalkan juga oleh Biksu Yijing dari Tiongkok (635–713 A.D.). Setiap pagi, seorang bhikkhu harus mengunyah sepotong kayu gigi untuk menyikat gigi dan mengikis lidahnya, dan ini harus dilakukan dengan cara yang benar.

Dalam bahasa Sanskerta, kayu gigi dikenal sebagai dantakastha—danta artinya gigi, dan kastha, sepotong kayu. Panjangnya dua belas jari dan yang terpendek panjangnya tidak kurang dari delapan jari, menyerupai ukuran kelingking. Mereka akan mengunyah salah satu ujung kayu dengan baik untuk waktu yang lama dan kemudian menggosok gigi mereka dengan itu.

Hingga kini, tongkat kunyah masih tetap digunakan secara luas di beberapa budaya yang ada.

Selain itu ada juga ranting pembersih gigi yang telah digunakan sejak 3000 SM. Kebiasaan ini dilakukan oleh orang Mesir kuno, Yunani, Romawi, Arab, dan juga India. Beberapa orang akan mematahkan salah satu ujung ranting dan membersihkan sela-sela gigi mereka agar lebih efektif.

Sikat gigi

Sikat gigi – seperti yang kita ketahui sekarang ini – tampaknya ditemukan di Cina, sekitar masa Dinasti Tang, dari tahun 618 hingga 907 M. Semula sikat gigi memiliki model dengan gagang dari bambu atau tulang dan bulu yang dibuat dari bulu babi hutan. Sikat gigi dari bulu babi hutan juga tetap tersedia hingga hari ini dan sering dipromosikan sebagai alternatif yang ramah lingkungan dari varietas bergagang plastik berbulu nilon.

William Addis, seorang Inggris, diklaim sebagai pengusaha pertama yang memproduksi sikat gigi secara massal. Konon ia menciptakan prototipenya pada tahun 1780, saat ia berada di penjara atas tuduhan kerusuhan. Pada tahun 1857, HN Wadsworth, seorang dokter gigi Washington, DC, menerima hak paten AS pertama untuk sikat gigi, yang menurutnya sangat efektif untuk menggosok sela-sela gigi. Banyak inovasi lain yang kemudian menyusul, termasuk pengenalan bulu nilon pada tahun 1938.

Di Amerika Serikat, meskipun sikat gigi tersedia pada akhir abad ke-19, namun pada praktiknya sikat gigi tidak tersebar luas sampai setelah Perang Dunia Kedua, ketika tentara AS melanjutkan kebiasaan untuk menyikat gigi yang diwajibkan pada mereka selama dinas militer.

Sikat Gigi Elektrik

Pada tahun 1937, seorang penemu asal Amerika, Tomlinson I. Moseley mematenkan desain sikat gigi elektrik. Namun, gagasan itu gagal diterima, sampai Philippe-Guy Woog, seorang ilmuwan Swiss, memperkenalkan modelnya sendiri pada tahun 1954. Menurut beberapa catatan, sikat elektrik Broxodent Woog dimaksudkan untuk membantu orang dengan mobilitas terbatas, tetapi segera dipromosikan ke masyarakat umum. Sebuah iklan majalah tahun 1960-an bahkan menyebutnya sebagai “hadiah yang sempurna untuk Hari Ibu, Hari Ayah, pernikahan, dan wisuda”.

Pasta gigi

Anehnya, pasta gigi sebenarnya lebih tua dari sikat gigi. “Sekitar 3.000–5.000 SM, orang Mesir kuno untuk pertama kalinya mengembangkan krim gigi yang mengandung abu bubuk dari kuku sapi, mur, kulit telur, dan batu apung,” tulis Frank Lippert dari Indiana University School of Dentistry dalam monograf tahun 2003. “Orang Persia kemudian menambahkan cangkang siput dan tiram yang dibakar bersama dengan gipsum, herba, dan madu sekitar 1.000 SM”

Orang-orang terus membuat pasta gigi dan bubuk mereka sendiri bahkan setelah munculnya versi yang diproduksi secara komersial berabad-abad kemudian. Pada tahun 1860, pada sebuah buku yang berjudul Ibu Rumah Tangga Praktis, maka telah direkomendasikan untuk mencampur bubuk akar orris, bubuk arang, bubuk kulit kayu Peru, kapur, dan minyak bergamot atau lavender.

Seorang dokter gigi Connecticut, Washington Wentworth Sheffield, dikreditkan dengan ide mengemas pasta gigi dalam tabung yang dapat diremas pada tahun 1880-an. Sebelumnya, American Dental Association mencatat, biasanya “dijual dalam botol, pot porselen, atau kotak kertas”. Terobosan itu, kata ADA, membantu memungkinkan pasta gigi “diproduksi secara massal di pabrik, dipasarkan secara massal, dan dijual secara nasional”.

Pada tahun 1955, Crest meluncurkan pasta gigi pertama yang mengandung fluorida, yang menurut penelitian terbukti efektif dalam mengurangi gigi berlubang. Digambar oleh ilustrator Norman Rockwell, iklan Crest awal menampilkan anak laki-laki dan perempuan yang menyeringai memamerkan laporan dari kunjungan dokter gigi terbaru mereka, dengan tagline “Lihat Ibu — tidak ada gigi berlubang!” Saat ini semua pasta gigi dengan tanda penerimaan ADA harus mengandung fluorida, dan banyak kota menambahkannya ke dalam air minum mereka.

Matthew J. Messina, seorang asisten profesor di Ohio State University College of Dentistry, telah menulis tentang sejarah gigi. Ia mengatakan bahwa pada tahun 1960, 49 persen orang Amerika diperkirakan akan kehilangan semua gigi mereka selama hidup mereka. Pada tahun 2010, angka tersebut turun menjadi 13 persen, meskipun rata-rata harapan hidup meningkat hampir 10 tahun. “Kakek-nenek saya mencabut gigi [palsu] mereka setiap malam dan menaruhnya di gelas di meja samping tempat tidur mereka,” katanya. “Generasi saya dan anak-anak kami tahu bahwa kami dapat menjaga senyum kami selamanya, dan kami berharap dapat melakukannya.”