(Business Lounge Journal – General Management)
Industri retail sedang mengalami transformasi pesat yang didorong oleh perubahan ekspektasi konsumen dan realitas ekonomi baru. Memasuki tahun 2025, pelaku retail perlu beradaptasi dengan perubahan dinamika. Perubahan sudah di depan mata, mulai dari melambatnya pertumbuhan toko diskon, maraknya restoran bertenaga teknologi, hingga permintaan yang semakin tinggi akan kemudahan. Pelaku retail yang mau memikirkan kembali strateginya mungkin akan menjadi yang berkembang pesat.
Pembeli masa kini mencari lebih dari sekadar harga menarik – mereka menginginkan pengalaman yang menyenangkan, kualitas, dan inovasi. Dari retailer yang mengutamakan nilai seperti Ikea yang menawarkan produk premium dengan harga terjangkau, hingga merek seperti Levi’s yang menggunakan kampanye nostalgia untuk menarik kembali Millennial, jelas bahwa konsumen sedang menulis ulang peta jalan retail. Pada saat yang sama, brand lama seperti Gap sedang ‘comeback’, dan retailer seperti Sephora yang menyesuaikan diri dengan format toko yang lebih kecil dengan harapan mereka dapat mengikuti perkembangan zaman.
Pertumbuhan Penjualan Ritel Indonesia pada Tahun 2024
Perubahan perilaku konsumen telah merombak lanskap industri ritel di Indonesia. Pandemi COVID-19 telah mendorong masyarakat untuk beralih ke platform e-commerce, sementara belanja melalui perangkat mobile semakin digemari. Konsumen kini menginginkan pengalaman belanja yang lebih personal dan terukur, sehingga mendorong para retailer untuk mengadopsi teknologi data analytics. Tren omnichannel yang mengintegrasikan toko fisik dan online menjadi semakin populer, memungkinkan konsumen berbelanja kapan saja dan di mana saja. Selain itu, minat terhadap produk private label yang lebih terjangkau namun berkualitas, layanan pengiriman cepat (hyperlocal), dan praktik bisnis yang berkelanjutan juga semakin meningkat.
Pertumbuhan penjualan ritel di Indonesia pada tahun 2024 menunjukkan tren yang positif, meskipun menghadapi beberapa tantangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Seperti terlihat pada tabel Indeks Penjualan Riil yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, bagaimana pada tahun 2021 yang semula indeks ada pada kisaran 170 – 180, maka pada akhir 2024, indeks mencapai 2010 – 2011.
Ritel di tahun 2025
Retail di tahun 2025 akan membutuhkan keseimbangan antara tradisi dan inovasi untuk menarik perhatian, loyalitas, dan dompet pembeli modern. Placer.ai, sebuah platform analisis lokasi yang menggunakan data dari perangkat seluler untuk memberikan wawasan mendalam mengenai perilaku konsumen dan pola pergerakan mereka di dunia nyata, baru saja merilis laporannya tentang tujuh tren utama yang akan membentuk peta jalan retail di 2025.
- Pertumbuhan Toko Diskon Sedang Melambat
Meskipun tidak selalu dipublikasikan secara besar-besaran, seringkali ada berita tentang penutupan beberapa gerai toko diskon di lokasi-lokasi tertentu. Ini bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan sedang melakukan konsolidasi atau menyesuaikan strategi bisnis mereka. Karena itu timbul prediksi bahwa adanya kemungkinan pertumbuhan toko diskon mengalami perlambatan. Traffic pengunjung toko menurun, sinyal bahwa toko-toko ini mungkin perlu berkembang. Analis sebelumnya mengatakan meskipun toko diskon memiliki persediaan yang baik, mereka kesulitan dengan kehadiran toko online dan terbatasnya penawaran bahan makanan.Strategi: Pelaku toko diskon seperti Indogrosir dan Lotte Mart perlu memprioritaskan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi. Salah satunya adalah penggunaan aplikasi untuk memberikan diskon personal berbasis riwayat belanja konsumen. Selain itu, kolaborasi dengan brand lokal yang menawarkan barang eksklusif dapat menarik konsumen setia.
- Nilai dari Barang Membutuhkan Sentuhan yang Berbeda
Nilai dari barang memang masih dianggap penting, tetapi konsumen menginginkan adanya peningkatan. Banyak retailer yang menang karena menawarkan item unik dengan harga terjangkau. Hal ini membuat pembeli tertarik karena mereka memberikan “pengalaman yang menyenangkan” tanpa membuat kaget melihat harganya.
Strategi: Retailer seperti Matahari atau Ramayana dapat fokus menawarkan produk yang menonjolkan elemen lokal, misalnya baju tradisional modern. Konsumen Indonesia menghargai nilai tambah seperti cerita di balik produk, sehingga pemasaran berbasis cerita (storytelling) menjadi sangat relevan. - Definisi Kenyamanan (convenience) mengalami perubahan
Menawarkan kenyamanan itu bagus, tetapi hanya sekedar nyaman tidak menjadikan pelanggan sebagai raja. Pelanggan ini menjadi benar-benar menjadi raja. Mereka dapat dengan rela pergi ke toko yang jaraknya lebih jauh untuk item khusus hanya untuk mendapatkan pengalaman yang lebih baik. Pelanggan bisa saja berbelanja bahan makanan hanya dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi pada toko-toko yang besar.
Strategi: Toko seperti Alfamart dan Indomaret dapat mempertimbangkan peningkatan layanan berbasis aplikasi, seperti pembayaran tanpa kontak dan pengiriman kilat. Meningkatkan pengalaman di toko melalui tata letak yang lebih menarik dan produk I yang tersedia di area tertentu juga dapat memenuhi perubahan ini. - Memanggil Robot
Teknologi sedang mengubah pengalaman bersantap. Sebagai contoh, robot pemotong alpukat “Autocado” milik Chipotle telah meningkatkan penjualan di lokasi California. Begitu juga restoran McDonald’s yang hampir dapat dikatakan beroperasi secara otomatis di Texas menunjukkan hasil positif. Pada bulan September, McDonald’s mengatakan sedang menguji coba pengaturan baru berupa kiosk digital di beberapa lokasi AS dengan janji tidak akan mengurangi tenaga kerja. Jaringan lain, seperti Wendy’s dan Taco Bell, sedang bereksperimen dengan AI untuk memenuhi permintaan, baik di dalam maupun di drive-thru.Strategi: Di sektor F&B, robot seperti yang digunakan Chipotle atau McDonald’s dapat diadaptasi untuk mempercepat layanan di restoran atau kios lokal, terutama di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Teknologi pengenalan suara dan otomatisasi di kasir juga dapat mengurangi waktu antrean.
- Retail Menyusut, Namun Tetap Berekspansi
“Little things make big things happen” – hal-hal kecil merealisasikan hal-hal besar. Jika di Amerika ada Macy’s, maka di Indonesia ada Alfamart dan Indomaret. Jaringan ini berkembang pesat dengan toko lokal yang kompak yang melayani traffic pejalan kaki harian. Sebagai perbandingan, jaringan supermarket Superindo atau Farmers Market yang kerap kali berlokasi yang sama dengan mega-store untuk memenuhi kebutuhan pembeli akhir pekan yang mencari satu tempat untuk melakukan pembelian.Strategi: Fenomena “micro-retail” seperti toko serba ada Alfamart dan Indomaret dapat terus diperkuat dengan menawarkan layanan tambahan, seperti loket pengiriman paket. Supermarket besar seperti Giant atau Hypermart bisa menyiasatinya dengan membuka cabang mini-market di daerah pinggiran kota.
- Brand Lama Kembali Diminati
Retailer fashion dan gaya hidup ikonik seperti Gap, Cottonink, atau Levi’s sedang mengalami momen mereka sekali lagi. Brand klasik juga diprediksi mengalami peningkatan kunjungan toko.Strategi: Brand lokal seperti Bata atau Wakai bisa memanfaatkan nostalgia untuk menghidupkan kembali daya tarik mereka. Dengan pendekatan kontemporer, seperti kolaborasi dengan desainer muda atau memanfaatkan media sosial untuk kampanye interaktif, brand lama dapat mengukir kesuksesan baru.
- Millennial Jadi Incaran
Millennial, mereka yang berusia antara 28 hingga 43 tahun, lebih penting dari sebelumnya bagi retailer yang bertujuan mendorong pertumbuhan. Taco Bell memanfaatkan rasa nostalgia grup ini dengan peluncuran menu baru, sementara Sam’s Club menarik Millennial lajang dengan fokus pada pengalaman belanja yang terjangkau. Lainnya adalah bagaimana Indomie seringkali melakukan kolaborasi dengan merek lain, seperti dengan merek makanan cepat saji, untuk menarik minat konsumen muda.Strategi: Menyasar generasi Millennial Indonesia, pelaku retail dapat menggunakan pendekatan personalisasi melalui teknologi data. Misalnya, aplikasi belanja yang memberikan rekomendasi produk berbasis preferensi pengguna. Kolaborasi unik, seperti yang dilakukan Indomie, dapat menjadi inspirasi untuk menciptakan kampanye yang menggemparkan media sosial.
Survei Penjualan Eceran untuk 2025
Menurut laporan survei penjualan eceran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada Oktober 2024, maka penjualan eceran diprakirakan menurun pada Januari dan April 2025.
Responden memprakirakan penjualan eceran pada Januari dan April 2025 (3 dan 6 bulan yang akan datang) menurun. Indeks Ekspektası Penjualan (IEP) Januari dan April 2025 masing-masing sebesar 144,7 dan 146, 5 atau lebih rendah daripada periode sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 163,9 dan 156,5 Penurunan IEP Januari 2025 disebabkan oleh normalisasi permintaan masyarakat pasca-Nataru (natal dan tahun baru), sementara penurunan April 2025 disebabkan oleh normalisasi pasca-Idulfitri.
Arah Masa Depan Retail Indonesia
Dengan adopsi tren ini, retail di Indonesia memiliki peluang besar untuk tetap relevan dan berkembang di tengah perubahan. Tahun 2025 akan menjadi titik tolak penting, di mana retailer yang mampu menggabungkan inovasi global dengan sentuhan lokal akan unggul dalam memenangkan hati konsumen Indonesia. Fokus pada keberlanjutan, teknologi, dan pengalaman konsumen akan menjadi kunci membangun fondasi ritel yang sukses di masa depan.
Penerapan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), analitik data, dan otomatisasi akan mendorong efisiensi operasional serta personalisasi dalam industri retail. Penggunaan big data akan memainkan peran penting dalam memahami preferensi konsumen dan menciptakan pengalaman belanja yang relevan. Sebagai contoh, retailer dapat memanfaatkan analitik data untuk memprediksi tren pasar dan mengelola inventori secara lebih efektif.
Pertumbuhan e-commerce tetap menjadi motor utama perubahan di sektor retail. Namun, penerapan strategi omnichannel yang mulus akan menjadi pilar penting dalam mengintegrasikan pengalaman belanja online dan offline. Toko fisik tidak lagi sekadar menjadi tempat belanja, tetapi lebih difungsikan sebagai ruang pengalaman dan interaksi merek. Integrasi layanan digital di toko fisik akan membantu menciptakan pengalaman belanja yang lebih nyaman dan terhubung.
Kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan terus meningkat. Retailer perlu mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan, seperti penggunaan bahan ramah lingkungan, pengurangan limbah, dan dukungan terhadap produk lokal. Selain memperkuat citra merek, inisiatif ini juga memberikan nilai tambah untuk menarik generasi milenial dan Gen Z, yang semakin peduli terhadap dampak sosial dan lingkungan.
Untuk menarik perhatian konsumen yang semakin cerdas dan terhubung, retailer harus menyediakan pengalaman belanja yang imersif. Implementasi teknologi seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) dapat memberikan pengalaman belanja yang unik dan personal. Selain itu, penggunaan storytelling yang kuat dalam branding akan membangun hubungan emosional yang lebih dalam dengan konsumen.
UMKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia, dan kolaborasi antara retailer besar dengan UMKM dapat menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan. Memberikan platform bagi produk-produk lokal tidak hanya meningkatkan diversitas produk tetapi juga memberdayakan usaha kecil. Langkah ini sejalan dengan tren konsumen yang menghargai produk lokal dan otentik.
Selain pasar metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, retailer harus mulai memanfaatkan potensi pertumbuhan di wilayah-wilayah daerah. Urbanisasi dan peningkatan daya beli di kota-kota kecil serta area semi-perkotaan menghadirkan peluang besar untuk ekspansi. Dengan pendekatan yang sesuai budaya dan kebutuhan lokal, retailer dapat menjangkau segmen pasar baru yang sebelumnya kurang tergarap.
Dengan menyesuaikan strategi berdasarkan pilar-pilar tersebut, masa depan retail di Indonesia akan terus bertransformasi menjadi lebih dinamis, inklusif, dan berkelanjutan. Transformasi ini tidak hanya memberikan manfaat bagi industri retail, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.