Startup Indonesia Mengembangkan Industri Tradisional Menjadi Berteknologi

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Beberapa industri paling tradisional di Indonesia termasuk pertanian, perikanan, real estate, teknologi konstruksi, pengecer kecil, jasa keuangan, truk, dan lain-lain, telah mengalami perubahan besar dengan intervensi teknologi yang memungkinkan penyederhanaan operasional, yang menguntungkan seluruh rantai nilai.

Katakanlah kisah kesuksesan dari lima pendiri dari startup yang mendobrak sektor tradisional dan arus utama melalui teknologi. Pendiri yang pertama adalah seorang petani ikan yang beralih menjadi pengusaha teknologi pertanian, pendiri dan CEO eFishery Gibran Huzaifah, telah merevolusi pasar akuakultur Indonesia yang relatif belum tersentuh, senilai $9,4 miliar. eFishery menyediakan solusi end-to-end untuk pembudidaya ikan dan udang di Indonesia mulai dari teknologi smart farming, input, dan akses pembiayaan, hingga pasar B2B. Pada Januari 2022, eFishery mengumpulkan $90 juta dalam putaran Seri C yang dipimpin bersama oleh investor negara Singapura Temasek, SoftBank Vision Fund 2, dan Sequoia Capital India. Wow bukan?

Pendiri yang kedua adalah Dayu Dara Permata yang ikut mendirikan platform properti Indonesia Pinhome, yang baru-baru ini mengumpulkan $50 juta dalam putaran Seri B dari Goodwater Capital, Intudo Ventures, Ribbit Capital, dan lainnya. Pinhome merupakan platform e-commerce jual beli sewa properti seperti rumah, apartemen, kantor dan ruko di Indonesia yang  menghubungkan calon pembeli dan penyewa dengan pemilik dan agen properti, membuat proses jual beli, dan sewa properti menjadi lebih mudah. Melalui bantuan teknologi, transaksi jual beli di Pinhome menjadi lebih mudah, cepat, dan transparan. Pinhome punya ratusan agen di seluruh Indonesia yang jual rumah baru, rumah second ataupun rumah indent. Rumah dijual pada lokasi strategis pun banyak pilihannya di Pinhome. Selain itu, Pinhome juga memfasilitasi interaksi dengan para stakeholder terpercaya.

Berikutnya adalah  salah satu pendiri dan CEO Evermos Ghufron Mustaqim tentang ruang perdagangan sosial yang berkembang. Mustaqim ikut mendirikan Evermos, platform e-niaga menghubungkan merek, pengecer, dan konsumen. Evermos merupakan social commerce pertama yang memberdayakan UMKM dan brand lokal asli Indonesia dengan menghubungkan UMKM dan brand lokal tersebut ke konsumen melalui keberadaan reseller. Evermos mengintegrasikan interaksi antara reseller, pemilik UMKM dan brand lokal, serta konsumen melalui aplikasi Evermos yang tersedia gratis di Google Play Store. Seluruh fasilitas untuk Reseller akan disediakan oleh Evermos seperti alat pemasaran, pelatihan berjualan yang berkelanjutan, serta katalog produk. Dengan teknologi terkini dari Evermos, UMKM dan brand lokal dapat mengakses data penjualan lebih cepat, sehingga kebutuhan pasar dan siklus penjualan dapat terjadi dengan lebih intens dan dengan frekuensi lebih tinggi. Pada tahun 2021, Evermos mengumpulkan $30 juta dalam pendanaan Seri B-nya dan sudah memiliki 12.000 produk

Pendiri yang keempat adalah pendiri dan Presiden Social Bella Indonesia Christopher Madiam dalam perjalanan pertumbuhannya membangun startup menjadi perusahaan teknologi kecantikan terintegrasi terkemuka. Social Bella, yang dikenal dengan situs perdagangan omnichannel Sociolla, baru-baru ini mengumpulkan lebih dari $60 juta dalam putaran pendanaan yang dipimpin oleh investor negara Singapura Temasek Holdings dan L Catterton. Beradaptasi dengan cepat di masa pandemi Christopher Madiam berkata, “Kami bangga bahwa pemegang saham lama dan baru melihat nilai luar biasa dari ekosistem kami dan tetap sangat mendukung rencana bisnis perusahaan. Pandemi ini telah secara besar-besaran menantang hampir semua bisnis secara global. Namun, kami beradaptasi dengan cepat terhadap tantangan dan terus melayani kebutuhan konsumen kami. Dengan ekosistem terintegrasi kami yang didukung oleh teknologi dan berdasarkan pemahaman mendalam tentang konsumen Indonesia, kami tetap dapat melayani konsumen kami dengan cara yang relevan namun tetap kompetitif. Hal ini menghasilkan peningkatan lalu lintas organik yang signifikan ke platform kami selama periode karantina.”

Selain itu, masih ada pendiri dan CEO Qoala Harshet Lunani. Qoala  bergerak di bidang teknologi asuransi atau insurtech (insurance technology) di bawah bendera PT Archor Teknologi Digital dalam bentuk perusahaan multi-channel yang memberikan ketenangan pikiran dari risiko finansial tidak terduga. Qoala berupaya merevolusi asuransi melalui kombinasi pengembangan produk baru yang didukung oleh teknologi dan proses klaim berbasis digital serta pembelajaran mesin. Sebelum membangun Qoala, Lunani mendirikan dan menjalankan Kelola, sebuah platform investasi digital.