(Business Lounge Journal – News and Insight)
Sudah sering kita membaca bahwa generasi Z sedang menjadi target potensial bagi banyak bisnis karena jumlahnya yang cukup besar dari populasi di Indonesia dan dunia.
Namun uniknya, baru-baru ini salah satu merek ternama di dunia milik Giorgio Armani menunjukkan seakan-akan ia tidak sedang mengejar isi kantong generasi tersebut, khususnya generasi pascamilenial atau generasi Z. Hal ini terlihat dalam peluncuran model terbarunya pada Giorgio Armani Men’s Fall 2023 minggu ini.
Sebagai informasi, besarnya populasi generasi Z di dunia, yaitu mencapai sekitar 2,5 miliar orang. Sedangkan di Indonesia sendiri, generasi yang lahir dalam rentang waktu 1995 hingga 2010 ini mencapai lebih dari 68juta orang. Sehingga wajar saja, jika banyak brand menargetkan para anak muda.
Namun Armani, desainer mode yang dapat dikatakan “paling” sukses di dunia dan pemilik salah satu dari beberapa merek mode independen, tidak menerapkan taktik bisnis yang biasa dilakukan segudang pemilik bisnis lainnya. Ia sama sekali tidak melirik kepada generasi Z. Pria berusia 88 tahun ini tetap konsisten dalam menawarkan gaya yang berkelas bagi mereka yang dewasa. Terlihat mewah, nyaman, dan exclusive.
Menjadi Diri Sendiri
Jika industri mode terkadang nampak terobsesi untuk memimpin tren yaitu dengan menciptakan tren penjualan berikutnya, maka tidak demikian dengan Giorgio Armani. Seakan tidak peduli dengan komposisi market terbesar saat ini, Armani tidak mengikuti strategi yang diterapkan banyak kompetitornya. Ia tetap tampil percaya diri dan menjadi dirinya sendiri.
Namun demikian, Armani tetap menggandeng sederet artis dan model dengan nama-nama besar mereka.
Namun sekali lagi, nama besar yang telah dimiliki oleh Armani tentu saja sangat merpengaruhi kepercayaan diri Armani untuk mengambil keputusan.
Giorgio Armani Men’s Fall 2023
Koleksi musim gugur/musim dingin 2023 milik Armani dipengaruhi oleh apa yang dapat Anda dilihat di ruang-ruang mewah di Milan, Italia. Baju-baju yang terbuat dari cashmere dan alpaca disandingkan dengan celana cargo sutra. Belum lagi bahan velvet yang muncul di semua jaket bomber hingga sepatu olahraga. Selain itu ada juga pakaian ski dan pakaian malam nan megah. Pakaian-pakaian ini akan mewarnai semua kegiatan Anda.
Bisnis Fesyen Kembali ke Runways
Berada di penghujung pandemi memang membuat bisnis fesyen kembali bangkit. Berbagai merek besar pun berlomba mengadakan pagelarannya. Para pelanggan tidak lagi hanya melihat model-model pakaian ditawarkan lewat media sosial mereka. Melainkan, dapat melihatnya secara langsung.
Dolce & Gabbana, pasangan desainer yang legendaris juga menyajikan kemewahan yang luar biasa dari sartoria. Etro, dengan creative director Marco De Vincenzo, menghormati warisan tekstilnya dengan show deretan pakaian yang penuh tekstur. Juga Miuccia Prada, yang biasanya menantang mode menjadi hal-hal baru, berbicara tentang kembali ke “dasar-dasar fesyen”.
Keuntungan Armani
Bagi Armani, loyalitas pelanggan terhadap merek bergengsi ini dapat dikatakan berlangsung untuk jangka panjang dan ini adalah bisnis yang menguntungkan. Angka terbaru dari “kekaisarannya” menunjukkan bahwa total pendapatan dari produk bermerek ini di seluruh dunia pada tahun 2021 mencapai € 4.05 miliar (£ 3.59 miliar) atau setara dengan 66 triliun rupiah.