(Business Lounge Journal – Interview Session)
Art Agenda, S.E.A. didirikan pada tahun 2016 di Singapura oleh Wang Zineng. Didirikan sebagai sebagai sebuah Art Advisory sesuai dengan background yang dimiliki oleh Zineng. Bertujuan memberikan sebuah masukan bagi para kolektor sebab Zineng berpendapat bahwa koleksi seni adalah sesuatu yang akan diwarikan pada generasi berikutnya.
Zineng berharap melalui Art Agenda, S.E.A., ia dapat membantu klien dalam perjalanan mengumpulkan karya seni dari waktu ke waktu. Mulai dari memberikan saran untuk pembelian karya seni hingga mempertimbangkan apa yang harus dibeli. Kemudian menganalisa pasar juga menciptakan struktur yang tepat sehingga karya seni masih dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Bagi Zineng, bisnis seni adalah bisnis yang sangat menarik. Sebab, tidak ada usia pensiun. “Saya dapat bekerja sampai hari terakhir saya berhenti,” ujar Zineng.
Art Agenda, S.E.A., juga memberikan perencanaan koleksi bagi kliennya. Apa yang harus dikoleksi hingga 40 bahkan 50 tahun ke depan. Sebab koleksi karya seni dapat menjadi sebuah warisan.
Fokus Asia Tenggara
Zineng bersama dengan timnya terus meneliti seni modern, khususnya Indonesia dan Asia Tenggara. Untuk dapat lebih mendekat kepada pasar Asia Tenggara dan mengingat pentingnya seni rupa Indonesia di Asia Tenggara, ia pun memutuskan untuk membangun galeri Art Agenda, S.E.A., di Jakarta pada tahun 2020.
Patut diakui bahwa seluruh ekosistem seni rupa di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Seni rupa Indonesia pada abad ke-19 disebut seni Indo-Eropa atau seni Mooi Indie.
“Indonesia adalah sebuah perjalanan yang sangat menarik. Jadi saya tahu sejak awal, bahwa kami perlu hadir di sini untuk terhubung dengan klien kami dan untuk dapat melayani klien yang mengumpulkan karya seni Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga orang-orang yang berada di luar negeri dan mengoleksi karya seni Indonesia,” terang Zineng.
Pentingkah art advisor?
Aktivitas mengoleksi karya seni adalah sesuatu yang sangat personal. Namun penting untuk melakukannya dengan sangat rasional dan objektif. Bagi Zineng, hal yang paling menyenangkan adalah sebuah journey dalam mengumpulkan karya seni.
Suatu kombinasi antara pendapat atau kesukaan secara personal bila digabungkan dengan keahlian para profesional akan menjadi sebuah journey yang berkesan. Sebuah pendapat dari mereka yang ahli akan memberikan perspektif baru yang menarik.
Terkadang para kolektor tidak menyadari bahwa pendapat seorang art advisor akan dapat memberikan sebuah bantuan. Terutama ketika ia menginginkan koleksi karya seninya menjadi sebuah warisan bagi generasi berikutnya. Seorang art advisor akan membantu para kolektor untuk menempatkan perspektif logis untuk hal terebut.
Spesialisasi seniman pasca Perang Dunia II
Art Agenda, S.E.A., mendefinisikan dirinya sebagai art advisor untuk seni post-war dan seni modern Asia untuk karya seni mulai dari tahun 1930-an hingga 1980-an. Zineng telah mendalami sejarah tentang para seniman yang lahir sebelum Perang Dunia II.
Salah satu seniman yang menjadi favoritnya adalah Popo Iskandar. Zineng berupaya untuk mendalami karya-karya Popo pada tahun 60-an dan 70-an. Apa yang menjadi konteks produksinya, apa yang ada di pikiran si seniman, juga ide-ide yang bersumber dari sejarah pada waktu itu.
Zineng juga mempelajari seniman-seniman yang ada pada kurun waktu tersebut. “Jadi, ketika Anda melihat karya seni pascaperang, maka ini juga tentang apa yang akan Anda ketahui pada masa itu,” jelas Zineng. Tidak hanya sekedar menyukai sebuah karya seni berwarna kuning karena sang kolektor menyukai warna kuning. Atau menyukai sebuah karya seni karena tertarik dengan warna biru yang mendominasinya. Tetapi karena sebuah sejarah yang bercerita melalui karya seni tersebut.
“Bagi seorang seniman, untuk menciptakan karya seni pada periode itu, memiliki sebuah sisi sejarah yang tinggi,” terang Zineng.
Seni Post War, Seniman Kontemporer, dan Seniman Modern
Terdapat perbedaan antara seniman pascaperang, seniman kontemporer, maupun seniman modern yang tergantung pada konteks masa ketika mereka dibesarkan. Ini sangat jauh berbeda.
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa seniman pasacaperang adalah mereka yang dilahirkan sebelum PD II. Mereka tumbuh di masa yang sangat formatif.
Seni kini atau yang disebut dengan seni kontemporer, dihasilkan oleh para seniman yang lahir setelah Perang Dunia yaitu pada tahun 1940-an sampai 1950-an.
Sedangkan seni modern kebanyakan dianut oleh mereka yang tumbuh pada tahun 1990-an dan awal 2000-an. Mereka adalah para seniman digital natives.
Dampak Pandemi
Secara bisnis, Zineng mengatakan bahwa pandemi memberikan dampak yang sangat buruk. Namun secara seni, terjadi sebuah perkembangan yang baik, ketika teknologi digital mengambil bagian di dalamnya. Semua orang dapat mengakses sebuah karya seni hanya melalui ponsel mereka. Begitu juga melakukan transaksi karya seni.
Sehingga walaupun galeri harus ditutup untuk umum pada awal pandemi, namun bisnis dapat tetap berjalan.
Ada banyak hal telah berubah karena pandemi, terutama lingkungan bisnis. Volume bisnis pada dunia seni memang belum kembali seperti semula. Tetapi masa pandemi telah membuat banyak orang menjadi lebih tertarik untuk mempelajari sejarah seni. “Saya pribadi merasa sangat menarik pada saat sekarang ini untuk memperkenalkan orang-orang pada seni sejarah dari masa pascaperang dan periode modern. Karena saya pikir dalam dua tahun pandemi, banyak orang memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang sejarah. Mereka juga belajar lebih banyak tentang masa lalu yang menjadi bagian negara, bagian komunitas Anda. Orang-orang tertarik lebih dalam untuk menangani isu-isu sejarah di sekitar mereka,” papar Zineng.
Saran untuk para calon kolektor muda
Bagi siapa pun yang ingin mulai masuk ke dalam dunia kolektor karya seni, Zineng memberikan beberapa sarannya. Mulailah untuk memiliki pemahaman yang lebih luas tentang karya seni. Apa, kapan, dan bagaimana karya seni itu dibuat. Siapa penjualnya di masa lalu.
Hal ini berlaku mulai dari karya seni tradisional, lukisan kanvas di dinding, atau mungkin aset digital. Hal ini sebenarnya juga berlaku jika Anda berminat untuk mengoleksi benda-benda lainnya seperti sepatu kets.
Temukanlah nilai artistik di dalamnya.
Jadilah diri Anda sendiri dan tidak perlu mengikuti orang lain. Tidak tergantung kepada harga. Anda tidak dapat mengatakan bahwa koleksi Anda bagus karena Anda mendapatkannya dengan harga yang paling tinggi di balai lelang.