strategi rekrutmen

Mengintip Strategi Rekrutmen Google

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Siapa yang tidak kenal Google? Siapa yang tidak mau bekerja di Google? Ya, mungkin ada. Tetapi sampai hari ini, dapat dikatakan bahwa Google adalah perusahaan paling menarik di dunia. Terutama bagi para pencari kerja. Sehingga sangat mudah bagi Google untuk mendapatkan talent terbaik di dunia. Apa yang menjadi strategi rekrutmen Google?

Pada tahun 2021, Google menempati posisi pertama pada Top 50 World’s Most Attractive Employers 2021. Survei tahunan ini dikeluarkan oleh Universum, sebuah perusahaan spesialis employer branding yang berkantor pusat di Stockholm, Swedia.

Survei global ini diberikan kepada para responden yang berasal dari mahasiswa pencari kerja yang mengambil jurusan bisnis, engineering, dan IT (Information and Technology).

Bukan tanpa alasan Google menjadi perusahaan yang paling diminati pencari kerja di dunia. Google memang memiliki strategi dan kebijakan-kebijakan yang sering kali menjadi tren untuk diikuti perusahan-perusahaan lainnya. Lalu bagaimana dengan strategi rekrutmen milik Google?

Saya pernah bertanya kepada beberapa orang pencari kerja. Perusahaan seperti apa sih yang mereka impikan? Jawabnya: Google. Mengapa? Hal pertama yang ‘nyangkut’ pada pikiran mereka adalah bagaimana di kantor Google disediakan fasilitas yang ‘pro’ pada karyawan. Misalnya: bisa tidur siang di kantor Google, dapat sarapan dan makan siang gratis, bisa ngopi gratis, bahkan ada fasilitas gym, dan masih banyak lagi.

Semua fasilitas yang ‘memanjakan’ para karyawan itu sangat diimpikan banyak pencari kerja. Tetapi sebenarnya bukan masalah fasilitas saja yang sangat menarik untuk dibahas, Google juga punya ‘1001’ kebijakan menarik yang diterapkan dalam strategi rekrutmen.

Tidak Perlu CV

Rasanya sudah hampir dipastikan bahwa pencari kerja akan selalu menyiapkan Curiculum Vitae (CV) untuk diberikan kepada perusahaan pencari kerja. Maka para candidate pun akan berupaya membuat CV mereka semenarik mungkin. Deretan gelar, pengalaman kerja, pelatihan yang pernah diikuti, hingga berbagai keahlian akan dicantumkan. Selain itu, akan disertakan berbagai ssertifikat yang pernah diperoleh.

Tetapi tidak dengan strategi rekrutmen Google.

Google tidak membutuhkan resume dan surat lamaran lengkap dengan penghargaan dan pengalaman bertahun-tahun yang dikirimkan para kandidat. Google memiliki pendekatannya sendiri untuk mendapatkan talenta terbaiknya.

Salah satunya melalui program seperti Google Project Management Certificate, sebuah kursus online yang besertifikat profesional dan mandiri. Kurus ini tersedia secara gratis melalui Coursera. Google menghapus pendekatan tradisional untuk ketenagakerjaan.

Pendekatan yang Google terapkan ini sebenarnya mirip dengan “two-hands test” milik Elon Musk. Sebuah test untuk menemukan talenta terbaik tanpa gelar kesarjanaan serta menghilangkan kebutuhan akan pengalaman.

Tanpa gelar sarjana? Tanpa sederet pengalaman?

Faktanya, Google telah menemukan banyak talenta terbaik tanpa gelar atau pengalaman sama sekali. Kok bisa?

Setelah menyelesaikan kursus sertifikasinya, Google memberikan kesempatan kepada siswa yang tertarik untuk mencoba salah satu peran manajemen proyeknya. Daripada menganalisis kandidat berdasarkan pendidikan atau pengalaman mereka, Google mengukur bakat dari kualitas kursus yang diambil para kandidat.

Hasilnya Google menemukan bukan hanya manajer proyek terbaik di dunia, tetapi juga manajer proyek yang memiliki keahlian yang tepat untuk membantu membawa tim yang Google miliki ke tingkat berikutnya.

Ini adalah ide jenius yang diterapkan Google pada strategi rekrutmen untuk menemukan para talent yang benar-benar terbaik.

Memperluas Jaringan

Sekarang mari membahas apa yang dilakukan Google dengan Google Project Management Certificate.

Memberikan akses kepada siapa saja di seluruh dunia untuk mengikuti program sertifikasi ini tentu saja membuat Google dapat menjangkau apa yang tidak terjangkau sebelumnya. Mungkin saja mutiara terpendam itu ada di belahan dunia lain dan mereka tidak mempunyai akses untuk mendatangi kantor Google untuk membawa CV mereka.

Tetapi, Google Project Management Certificate secara efektif menemukan para talent yang ternyata sangat kompeten untuk mengisi posisi manajer proyek yang Google miliki. Dengan meniadakan persyaratan standar yang ternyata menjadi batasan, seperti pendidikan tinggi dan pengalaman langsung, Google telah membangun jaringan yang seluas-luasnya untuk memiliki talent pool-nya sendiri.

Secara fakta memang ada banyak profesi yang tidak memerlukan gelar kesarjanaan sebenarnya. Ketika gelar sarjana menjadi satu-satunya alat ukur, maka pintu untuk menemukan talent tanpa gelar tersebut, serta merta akan tertutup. Ini tentu akan merugikan perusahaan.

Tanpa Pengalaman

Bagi banyak pekerjaan, pengalaman akan menjadi sesuatu yang menguntungkan. Sehingga perusahaan pun tidak perlu mengeluarkan biaya lebih besar untuk memberikan pelatihan dan sebagainya.

Namun tidak semua perusahaan demikian. Pengalaman ada kalanya membuat pekerja membawa kebiasaan atau mindset lamanya ke tempat pekerjaan yang baru. Hal ini bisa saja tidak sesuai dengan keinginan pemberi kerja yang baru. Atau juga mengacaukan apa yang sedang dibangun pada tempat yang baru.

Jadi, pada beberapa kasus, dapat menguntungkan pemberi kerja bahwa seorang kandidat tidak memiliki pengalaman sebelumnya di lapangan. Hal ini terutama berlaku dalam tim atau organisasi inovatif yang tidak ingin segala sesuatunya dilakukan dengan cara yang selalu mereka lakukan sebelumnya.

Atau ketika pemberi kerja ingin melakukan sesuatu yang berbeda dari pesaing mereka.

Pengalaman nol dapat menghasilkan banyak sekali perspektif yang berbeda dengan sudut pandang yang lain.

Prioritas Bakat

Sekali lagi, bukan gelar atau pengalaman yang Google butuhkan, melainkan bakat.

Dengan strategi yang diterapkan Google lewat kursus sertifikasi gratisnya, Google berupaya mendapatkan talent terbaiknya yang dapat mengisi peran yang dibutuhkannya. Sebab Google bukanlah mencari sebanyak-banyaknya jumlah pelamar. Sedangkan kursus pelatihan online gratisnya berfungsi sebagai portofolio bagi pelamar.

Dari portofolio pelamar ini maka Google dapat mengetahui bagaimana pekerjaan mereka, proses berpikir, gaya kepemimpinan, dan keterampilan komunikasi mereka. Lebih penting lagi, kursus tersebut secara efektif meniru peran tersebut, yang menunjukkan bakat kandidat untuk suatu posisi.

Dalam skala kecil, maka pada kursus ini dapat menjadi sebuah cakupan dari proses rekrutmen yang biasa diadakan. Bagaimana kandidat harus mengikuti rangkaian test, kemudian menjawab pertanyaan demi pertanyaan dalam rangkaian interview. Semua pertanyaan saringan tersebut sudah tercakup di dalam Google Project Management Certificate.

Investasi Pelatihan

Perlu dipahami bahwa pendidikan formal tidak selalu berarti seseorang siap untuk mulai bekerja. Begitu juga dengan pengalaman sebelumnya. Di satu sisi, setiap bisnis sudah tentu beroperasi secara berbeda.

Jadi siapa pun yang direkrut sudah tentu harus diberikan pelatihan. Itulah sebabnya perusahan pemberi kerja akan berinvestasi dalam pelatihan karyawan. Jadi adalah penting untuk menemukan kandidat dengan bakat yang tepat.

Memang, rata-rata bisnis belum tentu memiliki akses seperti Google dengan Google Project Management Certificate-nya. Namun, ada cara untuk mengoptimalkan proses perekrutan untuk memprioritaskan bakat daripada pendidikan atau pengalaman.

Cara cepat untuk melakukannya adalah dengan lebih menekankan pada pelatihan karyawan baru seperti yang pemberi kerja inginkan. Sehingga setelah pelatihan ini, mereka akan dapat menjalankan dungsi seperti yang diinginkan.

Hal ini jelas lebih baik daripada menerima karyawan baru yang kemudian mereka akan bekerja seperti yang dilatih oleh pemberi kerja sebelumnya.

Jika Anda ingin berkompetisi, maka penting untuk memiliki warna sendiri yang berbeda dengan para kompetitor Anda di pasar. Hal ini berarti Anda membutuhkan talent dengan tingkat bakat yang tinggi dan perspektif yang segar.

Membuat persyaratan rekrutmen berupa pengalaman sejenis dan pendidikan formal tertentu hanya akan membatasi talent pool Anda. Selain itu juga akan membatasi kemampuan tim Anda untuk berinovasi, dan membatasi kemampuan bisnis Anda untuk membedakan diri di pasar yang ramai.

Namun hal ini tentu saja tidak berlaku pada beberapa profesi tertentu yang memang membutuhkan keahlian khusus seperti dokter, pengacara, atau beberapa profesi lainnya.