sejarah berdirinya uniqlo

Sejarah Berdirinya Uniqlo Hingga Berani Mengubah Business Model

(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)

Menarik untuk mengetahui sejarah berdirinya Uniqlo. Siapa sih yang tidak kenal brand Uniqlo sekarang ini? Brand ternama dari Jepang ini telah sukses merambah dunia fashion di 25 negara dan memiliki lebih dari 2.250 outlet. Tetapi kalau kita melihat 10 tahun ke belakang, jika Anda menyebutkan brand ini pada siapa saja di luar Jepang, ternyata belum tentu ada yang mengenalnya. Begitulah kesuksesan Uniqlo dalam satu dekade terakhir ini yang membuatnya dapat bersaing dengan pemain besar lainnya seperti ZARA (Inditex), H&M, Gap, dan Forever21. Sebelum kita mengulas bagaimana Uniqlo mampu tumbuh dengan cepat, coba kita lihat dulu sejarah berdirinya Uniqlo.

Awal berdirinya Uniqlo – Business Model yang berubah

Adalah Tadashi Yanai yang berada di balik kesuksesan Uniqlo. Yanai memang telah bersemangat untuk menekuni dunia bisnis sejak awal. Ia lulus dari Universitas Waseda di Tokyo pada tahun 1971 dalam ilmu politik. Setelah menyelesaikan kelulusannya, ia memulai usahanya dengan menjual pakaian pria dan peralatan dapur di supermarket Jusco. Setelah menghabiskan satu tahun di Jusco, ia pun berhenti dari pekerjaannya dan bergabung dengan usaha bisnis menjahit ayahnya yang cukup dikenal, Ogori Shoji di kawasan prefektur Yamaguchi, Jepang. Kemudian pada tahun 1972, Tadashi Yanai mewarisi jaringan 22 toko penjahit pria milik ayahnya.

Pada tahun 1984, pria kelahiran tahun 1949 ini kemudian memutuskan untuk memulai toko pertamanya di Hiroshima dengan nama Unique Clothing Warehouse, yang kemudian disingkat menjadi Uniqlo. Toko ini sebenarnya adalah toko yang menjual jas pria siap pakai. Tetapi, setelah melakukan banyak perjalanan ke Eropa dan AS, Yanai mendapatkan banyak inspirasi yang baru. Ia mulai mengamati rantai pakaian kasual besar seperti Benetton dan Gap dan ia pun melihat potensi besar untuk pasar pakaian kasual Jepang sehingga ia pun menetapkan untuk mengubah arah bisnisnya yang semula mengembangkan strategi bisnis keluarga yang menjual jas setelan pria menjadi pakaian kasual. Dengan demikian Yanai berharap dapat mengakomodir banyak orang untuk dapat membeli barang-barang fashion dalam jumlah besar dengan biaya rendah.

Tadashi Yanai terus mengamati banyak rantai mode asing yang terintegrasi secara vertikal, bagaimana seluruh proses bisnis fashion dimulai dari desain, produksi, hingga ritel. Ia pun menerapkan strategi yang sama pada Uniqlo yang terus berkembang hingga pada tahun 1998, ia pun telah berhasil membuka lebih dari 300 toko Uniqlo di seluruh Jepang. Setelah sebelumnya memutuskan untuk go public pada tahun 1994.

Tantangan Utama Saat Berdirinya Uniqlo

Salah satu yang menjadi tantangan utama ketika dalam sejarah berdirinya Uniqlo adalah adanya persepsi konsumen bahwa merek ini dianggap sebagai brand pengecer diskon yang menjual pakaian murah dan berkualitas rendah ke pinggiran kota. Namun persepsi ini benar-benar berubah ketika merek tersebut meluncurkan Global Quality Declaration pada tahun 2004, sebuah janji untuk berhenti membuat pakaian dengan harga murah dan berkualitas rendah. Sejak saat itu, orang-orang mulai memperhatikan Uniqlo karena jaket bulunya yang berkualitas tinggi. Persepsi yang menempel pada merek ini pun langsung berubah dari murah dan berkualitas rendah, menjadi terjangkau tetapi berkualitas tinggi.

Kunci Keberhasilan Brand Uniqlo

Beberapa faktor kunci keberhasilan merek Uniqlo dapat kita lihat dari komitmennya yang teguh terhadap inovasi dan budaya perusahaannya. Tadashi Yanai terkenal dengan quote-nya “Without a soul, a company is nothing”. ‘Soul’ di sini tercermin dalam 23 Prinsip Manajemen yang telah diciptakan dan diindoktrinasi pada setiap karyawan Uniqlo. Inti dari prinsip-prinsip ini termasuk: putting customers first, contribute back to society, and being self-disruptive.

Membahas sedikit tentang contribute back to society, Uniqlo menjadi brand sangat percaya bahwa nilai perusahaan secara intrinsik terkait dengan nilai yang dibawanya kepada masyarakat secara keseluruhan dan bahwa perusahaan yang sukses harus melayani masyarakat. Yanai percaya bahwa perusahaan yang hanya berfokus pada keuntungan tidak akan bertahan. Ini juga yang membuat perusahaan memiliki salah satu statement: Changing clothes. Changing conventional wisdom. Change the world.” yang mencerminkan keinginan perusahaan untuk mengubah masyarakat dan meningkatkan lingkungan dan kehidupan semua pemangku kepentingannya.

Baca: Mempelajari Keberhasilan Brand Strategy Uniqlo