(Business Lounge Journal – News)
Spanyol bisa menjadi salah satu negara pertama di dunia yang menguji coba empat hari kerja dalam seminggu (32 jam) setelah pemerintah setuju untuk meluncurkan proyek percontohan sederhana bagi perusahaan yang tertarik dengan gagasan tersebut. Sebelumnya Prancis telah memberlakukan 35 jam waktu kerja dalam seminggu sejak tahun 1998.
Pada awal tahun ini, pemerintah telah menerima proposal untuk menguji gagasan tersebut. Pembicaraan telah diadakan, dengan pertemuan berikutnya diharapkan berlangsung dalam beberapa minggu mendatang. Hal ini dianggap akan dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesehatan mental pekerja, dan dianggap penting karena pandemi telah mempertajam timbulnya masalah seputar kesejahteraan, kelelahan, dan keseimbangan kehidupan kerja .
Jika melihat ke belakang, maka pada tahun 1919, terjadi pemogokan selama 44 hari di Barcelona yang mengakibatkan Spanyol menjadi salah satu negara pertama di Eropa Barat yang mengadopsi hari kerja selama delapan jam. Beberapa tokoh merasa bahwa Spanyol adalah salah satu negara yang pekerjanya bekerja lebih banyak daripada rata-rata orang Eropa, namun bukanlah negara yang paling produktif. Sehingga dianggap bahwa bekerja lebih banyak tidak berarti bekerja lebih baik.
Sementara detail pasti dari uji coba tersebut akan dibahas oleh pemerintah. Diprediksi sekitar 200 perusahaan akan berpartisipasi, dengan total sekitar 3.000 hingga 6.000 pekerja. Diperkirakan bahwa uji coba dapat dilakukan paling cepat pada musim gugur. Uji coba ini kelak akan dipandu oleh para tenaga ahli – termasuk perwakilan dari pemerintah, serikat pekerja dan pebisnis – yang juga akan membantu menganalisis hasilnya.
Pada tahun lalu sebenarnya sebuah perusahaan software Spanyol, Delsol, telah menjadi yang pertama di negara itu yang menerapkan empat hari kerja dalam seminggu. Sebagai hasilnya angka ketidakhadiran menurun, produktivitas meningkat, dan pada pekerja mengatakan bahwa mereka lebih bahagia.
Namun demikan ide ini masih menuai pertentangan di beberapa kalangan, dan beberapa tokoh menganggap ide ini sebagai sebuah “kegilaan” setelah resesi terburuk yang pernah dialami oleh Spanyol sejak perang saudara (136 – 1939).