(Business Lounge Journal – Special Report)
Dunia bisnis memang selalu akan penuh dengan kompetisi dan kompetisi ini kemudian mempengaruhi business model yang juga akan berdampak kepada Sumber Daya Manusia/ talent. Demikian perbincangan menarik yang dipaparkan oleh Melisa Soentoro, Principal Korn Ferry Indonesia. Salah satu contoh adalah kompetisi pada jasa pengiriman paket. Semula kita hanya mengenal nama JNE atau TIKI bila hendak mengirimkan paket, namun sekarang, paket dapat diambil langsung oleh Grab atau Gojek. Business model di era digital ini benar-benar mengubah ‘the Way Business Work’ yang kemudian mempengaruhi arti talent dengan cukup significant karena peranan yang sebelumnya tidak ada, sekarang harus ada sehingga dapat tetap melanjutkan kompetisi dengan perusahaan lain.
Contoh lainnya yang disebutkan oleh Melisa adalah big data analyst yang kini menjadi competitive advantage sebuah bisnis. Sebab melalui data ini, kita dapat membaca customer experience, employee experience, dan talent yang mengerti hal ini jelas akan menjadi rebutan. Adalah sebuah fakta bahwa dunia kerja di Indonesia ataupun di negara lain sangat dinamis dan ini menimbulkan terjadinya talent war karena setiap pemilik bisnis mencoba untuk mencari talent yang skillful, tetapi tidak hanya secara technical, tetapi juga dalam memiliki jiwa kepemimpinan, being agile (gesit), being adapt (dapat beradaptasi). Namun demikian Melisa mengakui bahwa ini tidak mudah untuk ditemukan. Baginya, tidak mudah menemukan mereka yang benar-benar dapat mengikuti dinamika bisnis saat ini yang berubah-ubah dengan sangat cepat. Sebab mereka yang memiliki talenta unggul pun sudah tentu akan di-retain oleh perusahannya. Di sinilah terjadinya talent war, sebab saat ini demand yang ada lebih tinggi dibandingkan supply.
SDM sekarang menuntut fleksibilitas
Dalam kesempatan ini Melisa juga memaparkan bagaimana para kaum milenial lebih menuntut fleksibiltas. Namun demikian masih diperlukan adaya kebijakan yang dapat mengatur baik karyawan maupun pemilik bisnis dan kebijakan tersebut juga haruslah dapat fleksibel.
Pada dunia Human Resources dituntut adanya empathy. Tidak hanya berbicara mengenai sisi technical yang sangat saklek, tapi juga berbicara tentang perasaan. “When you are talking about human, you are talking about empathy, your talking about feeling. It is about stake holder management, so I think itu yang ingin aku suarakan juga ke banyak orang, bahwa SDM itu, tidak hanya sekedar kebijakan, tidak hanya sekedar admin, tapi it is about connecting with people,” demikian disampaikan Melisa dan baginya ini bukanlah kompetensi yang mudah.
Ruth Berliana/VMN/BLJ