(Business Lounge – Dominate the Market) Saya bertemu dengan seorang pemilik bisnis home appliance & furniture yang masih memegang teguh desain produk yang bergaya lama dan cenderung klasik, namun sekarang menghadapi persoalan pasar yang semakin sempit, dan beberapa tokonya terpaksa ditutup karena kecilnya pemasukan dan tidak sanggup lagi memenuhi biaya operasi yang harus dikeluarkan. Hal tersebut menjadi observasi saya bahwa saat ini terjadi shifting di dunia bisnis baik dari sisi supply maupun demand bahkan player itu sendiri menuju kepada pasar yang dikenal dengan “generation Y market ”.
Generasi yang lahir antara tahun 1979 hingga 1994 ini memang merupakan bonus demografi bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju seperti yang pernah diprediksi oleh McKinsey dalam tulisan bertajuk The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential yang dikeluarkan tahun 2012. Mc Kinsey memandang Gen Y merupakan pasar besar untuk mengundang investor masuk ke Indonesia, sekaligus sebagai tenaga kerja yang kreatif untuk membawa Indonesia lebih kompetitif.
Selain terjadinya shifting pasar, adanya alih generasi ini memerlukan juga kesiapan para pebisnis untuk tetap berada di pasar dengan brand mereka, seperti istilah Joeri Van Den Bergh How Cool Brand Stay Hot, Joerl menuangkannya menjadi judul buku best seller, pada tahun 2012. Inilah impian setiap pebisnis bagaimana merk yang mereka perdagangkan tetap bertahan dari generasi ke generasi. Market Probe pernah melakukan penelitian kepada 1000 responden tentang bagaimana pendapatnya terhadap 30 merek di Amerika dapat bertahan lama. Grafik dibawah ini merupakan perpaduan antara prosentase jumlah pengguna dalam responden (sumbu y) dan prosentase responden yang mengatakan merk tersebut akan bertahan lama (sumbu x):
Brand Passion, Usage and Longevity
Dari hasil penelitian ini, tergambar temuan yang beragam, Facebook dengan pengguna lebih dari 70 persen dalam responden, 40 persennya saja yang memilih dia akan bertahan lama. Google digunakan 90 persen responden dan 70 persennya menyatakan akan bertahan lama. Merk besar seperti Coca-Cola, McDonald diyakini akan bertahan lebih lama dibandingkan yang lain.
Terdapat beberapa kiat yang harus diterapkan oleh seorang pebisnis agar merek perusahaan – yang mencerminkan komitment dalam produk dan jasa – dapat bertahan lama.
Hal yang pertama adalah menyadari dan mengetahui what business are you in? Dilanjutkan dengan mengerti kenapa sebuah produk ada dan bukan produk apa yang akan dipasarkan- start with why. Dapat mengantisipasi masa depan dan tetap bertahan pada inti bisnis perusahaan, tidak menjadi pengikut tapi menjadi pencipta dan membangun kebutuhan pelanggan sebelum mereka menyadarinya, dan tidak terjebak dengan persoalan harga yang sering menekan perusahaan. Contoh dalam hal ini adalah Apple yang pada awalnya tidak diminati namun sekarang menjadi produk yang menguasai pasar dunia karena berhasil menerapkan kiat tersebut.
Pelanggan umumnya terdiri dari mereka yang memiliki pengalaman yang negatif, biasa-biasa saja, mendukung hingga yang sangat tertarik. Kiat tersebut bila dilakukan dengan konsisten akan mengubahkan pelanggan yang semula mungkin negatif (negative) menjadi pelanggan yang selalu tertarik (excited) dengan produk perusahaan.
Dalam konsep brand longevity, pelanggan yang excited tidak lagi melihat dari segi kualitas, namun pengalaman positif yang terus menerus membangun ikatan emotional yang kuat menjadi tidak mudah dipisahkan oleh pengaruh merk lain.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/Regional Head-Vibiz Research Center