Bersiap Menjelang Masa Keemasan Para Millennial

(Business Lounge – Empower People) Suatu kali seseorang berkomentar kepada saya bahwa saat ini adalah masa keemasan generasi millennial atau yang biasa dikenal dengan gen-y. Sementara yang lain mengatakan bahwa sampai saat ini para CEO perusahaan-perusahaan besar dunia, mayoritas masih dipegang baik oleh para baby boomer (kelahiran 1945 – 1964) ataupun para gen-x (kelahiran 1965 – 1980). Ya, memang benar, contohnya saja CEO Yahoo Marissa Mayer yang lahir tahun 1975, Larry Page yang lahir pada tahun 1973, atau Marry Bara yang lahir pada tahun 1961, dan sebagainya.

Namun sudah diperkirakan bahwa pada tahun 2025 (10 tahun ke depan), sejumlah 75% dari tenaga kerja global akan terdiri dari orang-orang millennials. Oleh karena itu, EY melakukan sebuah research guna membantu para pemimpin senior untuk bersiap menghadapi sebuah perubahan budaya yang mau tidak mau harus mereka hadapi kemudian oleh karena adanya perlintasan generasi yang akan segera terjadi.

Bukan ditentukan nanti pada tahun 2025, tetapi harus dimulai sejak sekarang. Sebab para kaum millennial tersebut telah ada dan sedang memasuki arena bisnis yang saat ini telah terbuka lebar. Hal ini tidak dapat dipandang sebelah mata, atau disepelekan, sebab jika tidak dapat mengikuti perubahan yang ada maka bisa saja sebuah bisnis menjadi tidak survive oleh karena ditinggalkan para millennial yang merasa tidak nyaman, atau bahkan dihindari oleh generasi Y ini.

EY memilih untuk mengangkat beberapa topik yang dijadikannya sebuah pertanyaan pada research-nya seperti, beberapa hal seputar manajemen, keseimbangan kehidupan kerja, pertumbuhan karir, kesempatan keuangan, pengasuhan, dan sebagainya. Perlu untuk diketahui apa yang menjadi motivasi bagi para millennials untuk unggul dalam lingkungan ekonomi yang menantang bagi banyak orang. EY juga berupaya untuk memahami dampak generasi ini pada tenaga kerja secara lebih luas.

Para millennials diidentifikasi sangat berkomitmen terhadap karir mereka. Banyak dari mereka yang mengalami peningkatan jam kerja selama lima tahun terakhir. Perjalanan bisnis bukan lagi sesuatu yang enggan untuk dilakukan bahkan mereka lebih cenderung untuk menjadi bagian dari keluarga berkarir-ganda dibandingkan rekan-rekan boomer mereka. Mereka ingin bekerja secara fleksibel tanpa stigma dan bersedia untuk membuat pilihan sulit dan pengorbanan untuk mengelola pekerjaan bahkan berani untuk tetapbekerja dari rumah.

Itulah sebabnya mereka juga disebut “Generasi Go”, yaitu perusahaan harus mengikuti mereka atau beresiko kehilangan mereka. EY melakukan penelitian pada generasi ini pada 8 negara, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Cina, Meksiko, Brasil, India, dan Inggris.

Penting bagi para pengusaha untuk dapat mengakomodir budaya para millennial untuk mendapatkan talent yang terbaiknya. Apabila mereka berhasil mendapatkan komitmen dan energi para millennial, maka ini akan menjadi sebuah harta yang akan mendukung para pemilik bisnis.

Ya, memang akan ada perubahan generasi yang tentu saja akan berdampak pada perubahan budaya, karena itu sangat penting untuk dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk tetap dapat menjalankan bisnis dan meraih keuntungan yang maksimal.

ruth_revisiRuth Berliana/VMN/BL/Managing Partner Human Capital Development

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x