(Business Lounge – Business Insight) Bank multinasional HSBC akan melakukan pemecatan terhadap karyawannya. Stuart Gulliver yang menjabat sebagai Chief Executive mengumumkan bahwa akan memangkas 50.000 karyawannya dengan separuh dari 50.000 karyawan tersebut berasal dari unit usaha penjualan HSBC di Brasil dan Turki. Selain itu ada sekitar 7.000 sampai 8.000 karyawan lainnya yang diketahui berasal dari Inggris, dengan perbandingan satu dari enam pekerja yang akan di-PHK.
Pengumuman pemecatan ini disampaikan saat menjelang presentasi kepada para investor dan analis. Sejak Gulliver mengambil alih kepemimpinan bank dengan aset terbesar di Eropa tersebut pada tahun 2011, ia memiliki misi untuk meningkatkan keuntungan. Namun usahanya selama ini telah digagalkan oleh biaya kepatuhan yang tinggi, denda dan suku bunga rendah.
HSBC telah berencana untuk meningkatkan bisnisnya di Asia terutama di Tiongkok. Strategi tersebut dibuat oleh HSBC agar dapat membangun kembali bisnis yang lebih sederhana dan juga untuk meningkatkan performa finansial mereka. Strategi baru ini termasuk pelepasan perbankan secara global dan divisi pemasaran untuk mengurangi sepertiga dari neraca HSBC yaitu sebesar US$ 2,6 miliar dari posisi saat ini sekitar 40 persen, yang artinya terjadi sebuah pengalihan bagi para kreditor. Untuk saham HSBC saat ini turun 0,94 persen, dikarenakan tertekan oleh krisis juga setelah bank menurunkan target untuk return on equity lebih besar dari 10 persen pada 2017, turun dari target sebelumnya 12-15 persen pada tahun 2016. Beberapa investor dan analis memperhitungkan HSBC harus mempertimbangkan rencana yang mereka buat, dengan alasan bahwa kepatuhan dan biaya regulasi lebih besar daripada manfaat dari skala.
HSBC jatuh pada aturan baru yang diberlakukan oleh Pemerintah Inggris yaitu mengenai pungutan perbankan yang diberlakukan sejak tahun lalu dan biaya pungutan perbankan tersebut mencapai USD 1,1 miliar atau sekitar 14,6 triliun rupiah. Bahkan, kantor pusat HSBC di Inggris terpaksa akan pindah dari London ke Birmingham pada tahun 2019 dikarekan adanya peraturan baru tersebut. Akan tetapi HSBC juga menyatakan masih mempertimbangkan untuk menjual bisnisnya. Chief Executive, Gulliver menjanjikan pembayaran yang lebih tinggi untuk investor. Tapi investor berhati-hati tentang bagaimana HSBC akan menerjemahkan PHK ke dalam tabungan mengingat biaya yang akan dikeluarkan lebih tinggi daripada melakukan bisnis pasca-krisis yang ditandai dengan aturan baru tentang risiko dan kepatuhan. Namun demikian banyak orang berpendapat bahwa melakukan pemecatan staf belum tentu merupakan solusi kecuali manajemen membuat bank jauh lebih kompleks.
Bagaimana dengan HSBC di Indonesia? Sampai hari ini tidak ada kabar bahwa pengurangan ini akan melanda HSBC di Indonesia.
Melisa Ngangi/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana