(Business Lounge – Lead & Follow) Perubahan adalah suatu yang wajar terjadi. Di tengah dunia yang terus bergerak dengan segala pencapaian-pencapaian menunjukan perubahan selalu diusahakan ke arah yang positif. Bagi setiap orang menghadapi suatu perubahan adalah suatu tantangan yang patut dilewati. Dalam beberapa artikel mencoba untuk menjelaskan terjadinya kegagalan dalam suatur organisasi dalam menghadapi perubahan. Transformasi yang dilakukan ternyata gagal dalam menghadapi tantangan perubahan. Sewajarnya pemimpin dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam suatu kegagalan.
Jika ditelaah lebih lanjut, maka faktor kepemimpinan memang merupakan suatu yang paling penting dan menentukan dalam sebuah keberhasilan atau kegagalan. Setiap pemimpin memiliki perilaku dasar sebagai bagian dari bagaimana secara psikologis ketika menghadapi persoalan. Maka timbul mekanisme yang mempengaruhi bagaima seorang pemimpin bertindak. Namun ada beberapa perilaku dasar yang perlu dikenali yang sifatnya adalah negatif. Seperti munculnya rasa cemas, demi melindungi ego pemimpin dan hal ini tentu akan berdampak kurang baik.
Sifat-sifat dasar ini perlu disadari untuk diwaspadai bagi setiap pemimpin supaya tidak menjadi perangkap. Jika Anda dapat menghindarinya, tentu tidak hanya berhenti pada satu posisi menghindar, Anda juga dituntut untuk melakukan tindakan mitigasi. Atau melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang diperlukan untuk menghadasi situasi dan kondisi tertentu.
Bagi seorang pemimpin biasanya akan lebih fokus memperhatikan kinerja dari “one down unit” yang langsung memberikan laporan atau “direct report”. Sementara itu untuk unit di bawahnya lagi akan didelegasikan kepada pemimpin pada level manajer atau senior manajer.
Contohnya, bagi seorang pemimpin pada level CEO yang bergerak di bidang teknologi informasi melakukan prediksi dengan tren secara demografis dan teknologi pada masa mendatang memiliki potensi resiko yang besar yang dapat mengakibatkan stagnansi pertumbuhan bisnis perusahaan. Atau dampak paling ekstrimnya adalah bisnis tidak lagi mampu menghasilkan pendapatan perusahaan. Kemudian CEO mengambil langkah, mulai mengumpulkan semua ahli dan setiap pemimpin unit kerja untuk membantunya dalam mengembangkan suatu strategi baru bagi perusahaan agar tetap survive. Namun tidak berjalan mulus karena justru timbul keberatan dari beberapa pemimpin unit kerja. Klaim yang mereka sampaikan adalah bahwa mereka juga memahami potensi resiko yang akan muncul di masa mendatang, namun di sisi lain pandangan mereka kondisi saat ini dinilai juga sedang kritis dan memerlukan suatu solusi segera yang dapat diandalkan untuk menghadapinya. Menghadapi penolakan tersebut akhirnya CEO memutuskan untuk menunda pelaksanaan perencanaan.
Sebagai seorang pemimpin, jangan terjebak pada situasi ketika Anda menerima keadaan begitu saja. Hal yang perlu Anda lakukan adalah mendorong para bawahan Anda agar dapat melakukan koordinasi secara aktif. Bawahan Anda dapat diarahkan agar bisa me-manage secara independen proyek-proyek yang sedang dikerjakan. Jangan memposisikan diri Anda sebagai pengasuh bagi unit-unit kerja yang Anda pimpin. Mengapa? Karena akan banyak menyedot waktu dan energi Anda sehingga menjadi kurang strategic dan kurang produktif. Dengan kata lain Anda terjebak dengan perilaku dasar yaitu seorang pemimpin yang cemas dan kurang berpikir terbuka. Hal ini tentu akan menjadi hambatan bagi diri Anda untuk mengembangkan kapabilitas kepemimpinan Anda.
Dalam kasus ini seorang pemimpin telah terperangkap kepada perilaku pembiaran terjadi atas ketidakterlibatan atau kurangnya partisipasi dari karyawan di bawahnya. Padahal penting untuk dicatat untuk dapat mencapai tujuan tujuan perusahaan, Anda tidak akan bisa bertindak sendiri. Pentingnya partisipasi tim di bawah Anda akan menjadi suatu sinergi yang akan menggerakan perusahaan untuk mencapati tujuan perusahaan seutuhnya.
Berikut ini contoh lain, agar Anda bisa melihat jelas pentingnya pemimpin mendorong partisipasi dari karyawan dibawahnya.
Sebuah perusahaan bergerak di bidang menufaktur alat telekomunikasi global. Suatu waktu mengalami perlambatan dalam pengembangan varian produk baru. Hal ini berdampak pada ketertinggalan untuk berkompetisi. Karena para kompetitor sudah bergerak lebih cepat dalam mengeluarkan varian produk baru. Seorang CEO yang membidangi bidang pengembangan produk bekerja keras dan bersama timnya yang juga sebagai kepala-kepala unit melakukan percepatan tempo kerja. Usaha ini menunjukan hasil dengan dilahirkannya gambar kerja, rancangan design, dan pengujian produk serta uji pasar yang lebih cepat dari sebelumnya.
Hingga tahapan ini tampak sepertinya suatu pencapaian yang baik. Namun CEO ini tidak pernah meminta kepada para kepala-kepala unit bisnis untuk memiliki tanggung jawah yang lebih besar terhadap pengembangan produk secara keseluruhan. Atau tidak didorong untuk mengerjakan yang extra mile. Akibatnya tanggung jawab hasil akhir produk secara keseluruhan bertumpu hanya pada sang CEO. Meskipun setiap unit kerja bisa saja memberikan laporan terjadinya peningkatan signifikan performance unit mereka masing-masing. Namun kurangnya keterlibatan para level kepala unit menyebabkan mereka tidak punya fokus dan pemahaman terhadap keseluruhan pengembangan produk. Atau dengan kata lain mereka tidak benar-benar berperan dalam penciptaan perkembangan perusahaan. Menimbulkan minimnya partisipasi para kepala unit kerja akan berdampak pada tidak maksimalnya suatu perusahaan dalam berkembang.
P. Adi/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana