Strategi Media Cetak di Era Digital

(Business Lounge – Manage Your Business) Perubahan adalah sesuatu yang pasti di dalam kehidupan ini, seperti sebuah peribahasa yang mengatakan “the only thing constant is change”, satu-satunya yang tidak pernah berubah adalah adanya perubahan. Seperti di dalam kehidupan demikian juga di dalam bisnis. Perusahaan yang ingin terus sukses adalah perusahaan yang bersedia untuk berubah mengikuti kondisi yang ada. Karena keadaan tidak pernah terus sama, zaman berganti maka trend berganti, teknologi meningkat, dan gaya hidup pun berubah.

Perkembangan dunia digital salah satunya, mengakibatkan perubahan dalam segala segi kehidupan, termasuk perubahan di dalam bisnis media cetak. Resolusi teknologi digital mengubah cara orang untuk mendapatkan berita. Kalau dahulu untuk terus up to date sebagian besar kita bergantung pada media cetak seperti koran dan majalah, atau media elektronik seperti televisi dan radio, kini muncul kompetitor baru yang dinilai cukup kuat yaitu media digital atau media online.  Ketiga media ini saling berlomba untuk menyajikan informasi teraktual dan mendalam untuk menarik perhatian publik.

Beberapa pakar mengatakan bahwa di dalam menghadapi ketatnya persaingan media, agar tidak saling mematikan maka media cetak dan online harusnya bisa saling bersinergi. Berita online dengan karakternya yang cepat akan menyampaikan informasi yang bersifat breaking news, akan tetapi media cetak dapat menyampaikan berita lengkapnya, dengan kedalaman dan ketajaman yang sampai saat ini tidak dimiliki oleh media online. Tetapi tetap tidak dapat dipungkiri bahwa hadirnya media digital berdampak pada penurunan omzet penjualan dan iklan media cetak. Apa artinya? Bahwa untuk bertahan media cetak perlu berinovasi dan mengubah pola bisnisnya. Sekali lagi kuncinya adalah mau berubah. Mau mengubah strategi bisnisnya untuk dapat terus bersaing, hal ini memang memerlukan kerja keras.

Bagaimana strategi media cetak menghadapi era digital? Perubahaan apa saja yang perlu mereka lakukan?

– Mengubah model bisnisnya ke media online

Hal ini dilakukan oleh majalah Newsweek, majalah terbitan Amerika ini pada akhir 2012 lalu menghentikan edisi cetaknya dan beralih penuh ke edisi online. Banyak orang beranggapan peristiwa ini menjadi salah satu tanda sedang berakhirnya era media cetak.

– Memperluas model bisnisnya ke media online

Nampaknya strategi inilah yang dipilih oleh media-media cetak Indonesia, berlomba-lomba baik Kompas, Tempo, Republika, Metrotv dan lainnya menerbitkan edisi online mereka. Jadi cetak dan online, keduanya dikerjakan.

– Mengubah strategi bisnisnya

Ada banyak strategi berbeda yang dipilih oleh media cetak. Majalah Femina misalnya melalui pemimpin redaksinya Petty Fatimah, mengungkapkan bahwa strategi mereka di era digital lebih mengarah pada pengelolaan komunitas, bahasa kerennya “engagement”. Sedangkan pewakilan dari majalah SWA, Kemal Ghani menyatakan bahwa SWA sendiri tidak hanya mengandalkan edisi cetak, tapi juga mengembangkan riset dan event.” Lain lagi yang dilakukan majalah O, The Oprah Magazine. Majalah milik ratu talk show asal Amerika Serikat ini yang  juga mengalami penurunan omzet sebesar 14% pada tahun 2013, memanfaatkan popularitas dari Oprah dengan mengambil strategi personal branding untuk meluncurkan progran berlangganan pada pelanggan setianya. Program ini menawarkan tiga kategori berlangganan dengan penawaran hadiah menarik, mulai dari diskon spesial bagi produk-produk yang direkomendasikan Oprah, satu kotak perawatan kecantikan mewah, sampai tikert tur “The Life You Want” sehingga pelanggan dapat mencoba produk-produk yang akan tampil di majalah O dan bahkan mendapatkan kartu ucapan ulang tahun langsung dari Oprah. Selain itu ada strategi segmentasi bisa menjadi nilai lebih, misalnya Republika yang menyasar komunitas Muslim dan Bisnis Indonesia yang menyasar kalangan pebisnis. Dengan segmentasi seperti ini, media cetak tersebut akan terus dinantikan oleh masyarakat.

Rebecca HayatiRebecca Hayati/VMN/BL/Managing Partner E-Commerce