(Business Lounge – Culture) Kawasan Jakarta Pusat memang banyak memiliki gedung-gedung kuno nan bersejarah. Beberapa di antaranya kini difungsikan sebagai museum atau sebagai galeri. Salah satunya adalah Tugu Kunstkring Paleis yang telah berfungsi sebagai galeri dan restauran. Sesuai dengan namanya, tempat ini memang merupakan salah satu tenant dari Tugu Hotel & Restaurants Group yang telah terkenal akan keunikannya. Sebut saja Lara Djonggrang, Dapur Babah, Samarra, dan Shanghai Blue 1920. Semua restoran ini memiliki dekorasi yang didominasi dengan barang-barang seni yang sudah berumur ratusan tahun dan kental akan nuansa zaman dulu serta sarat akan makna.
Namun hal yang unik dari Tugu Kunstkring Paleis, bahwa bangunan ini merupakan bangunan pertama yang menggunakan beton bertulang di Indonesia.
Menempati sebuah bangunan yang diresmikan sejak tahun 1914 dan dirancang oleh seorang arsitek Belanda, Tugu Kunstkring Paleis yang terdiri dari dua lantai ini memang telah beberapa kali mengalami perubahan fungsi hingga kini menjadi galeri dan restauran. Mulai dari bagunan pengawas dari Nederlandsch Indische Kunstkring, kantor pusat organisasi keagamaan, dan kemudian digunakan sebagai Kantor Imigrasi Jakarta Pusat (1950-1997). Desain bangunan ini mengikuti prinsip arsitektur rasionalis sebagai reaksi terhadap gaya klasik yang lebih tua, yang dikenal sebagai Oud Indische Stijl di Hindia Belanda.
Pada tahun 1997, bangunan itu dijual.Tetapi kemudian pada tahun 2003, atas perintah Gubernur Sutiyoso pada waktu itu, pemerintah membeli kembali gedung tersebut dan dipugar, tetapi ada beberapa bagian yang pernah dijarah, tidak dapat terganti.
Pada tahun 2008, bangunan tersebut kembali berubah fungsi menjadi sebuah sebuah klub eksklusif yang dimiliki oleh rantai waralaba internasional, Buddha Bar. Namun hal ini menimbulkan pertentangan hingga pada tahun 2011, pemilik mendesain ulang konsep bangunan. Lantai atas bangunan itu diubah menjadi sebuah galeri seni, mirip dengan penggunaan sebelumnya, sedangkan lantai bawah diubah menjadi sebuah restoran dengan arsitektur yang mirip dengan arsitektur Batavia tua. Pada April 2013, gedung ini dibuka kembali sebagai Tugu Kunstkring Paleis.
Tugu Hotel & Restaurants Group memiliki visi untuk membawa kembali ke kehidupan seni yang indah, budaya dan sejarah Indonesia. Oleh karena itulah akhirnya Tugu Hotel & Restaurants Group memutuskan untuk mengambil alih salah satu bangunan bersejarah yang paling indah di Jakarta ini. Tugu Kunstkring Paleis merupakan hasil kerja sama Tugu Group dengan Lingkaran Seni Indonesia yang ingin mengembalikan fungsi awal dari bangunan ini. Selain galeri seni, gedung ini juga mempunyai restoran fine dining yang terletak di gedung utama dan bakery & coffee shop yang menyempil di sayap kiri gedung. Toko itu menggunakan wewangian bunga Melati yang tidak begitu menusuk. Total ada 5 meja kayu mungil dengan hiasan bunga segar pada bagian tengah ruangan dan masing-masing dikelilingi 3 kursi kayu.
Sonang Elyas/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image: Sonang Elyas