Learning From BLUE BIRD: Saya, Karyawan, dan Negara

Bannr_Bluebird_1200x520px

(Business Lounge – Entrepreneurial News) Dua hal yang diberikan oleh Purnomo Prawiro sebagai kiat dalam memulai bisnis memang sederhana tetapi sangat mendasar, all out dan tidak cengeng. (Baca: Learning From BLUE BIRD: Memulai Dari Sebuah Bemo). Tetapi tidak sampai di situ. Selama 40 tahun menjalankan bisnisnya, Purnomo selalu tetap fokus kepada sasarannya, itulah sebabnya Blue Bird memiliki kontribusi tidak hanya bagi karyawan dan pemegang saham, tetapi juga bagi negara tercinta, Indonesia.

Berbincang dengan Pria kelahiran 1947 ini memang sangat menyenangkan. Kerendahan hatinya, sikapnya yang selalu ingin berbagi serta kebanggaannya atas dirinya sebagai bagian dari Bangsa Indonesia tidak dapat dikesampingkan. Pria ini tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri tetapi untuk sebanyak-banyaknya orang yang dapat ia pikirkan. Itulah sebabnya dalam perjumpaannya dengan businesslounge.co, Vibiz Media Network, Purnomo mengatakan bahwa ia tidak hanya menginginkan Blue Bird dimiliki oleh beberapa orang melainkan oleh semua orang.

Taksi Blue Bird

Purnomo juga memaparkan 4 sasaran utama yang telah menjadi fokus baginya selama 40 tahun:

1. Kesejahteraan stakeholder.

“Para pemegang saham, karyawan, pengemudi, masyarakat (termasuk tetangga) juga negara merupakan bagian dari stakeholder Blue Bird,” demikian ia menyebutkan siapa yang menjadi stakeholder bagi Blue Bird. Sebab ia tahu persis bahwa berkembangnya Blue Bird bukan hanya karena seorang “Purnomo Prawiro” tetapi juga dukungan management dan lingkungan yang ada. Salah satu langkah yang diambil oleh Blue Bird untuk ikut serta dalam IPO pada Oktober 2014 lalu, diyakini Purnomo akan mewujudkan tujuan yang ingin dicapai Blue Bird yaitu kesejahteraan stakeholder.

“Karena itu dengan melalui IPO, Blue Bird memberikan program pemberian saham gratis pada 4200 pengemudi dan 999 karyawan sebagai bentuk pensejahteraan karyawan,” ujar Purnomo.

2. Memberikan Lapangan Kerja

Saat ini total karyawan dan pengemudi Blue Bird mencapai 45,000 orang. Purnomo pun menyatakan bahwa adalah kewajibannya untuk memberikan nafkah kepada seluruh karyawan dan pengemudi Blue Bird yang jumlahnya saat ini telah mencapai 45,000 orang.

Setelah itu, ia pun berkewajiban untuk memastikan nafkah tersebut bisa langgeng. “Jadi Blue Bird harus tetap eksis,” demikian ia bertekad. “Eksis dengan cara yang benar yaitu dengan menjunjung tinggi, mutu kita, kejujuran, kerjasama, dan disiplin,” demikian prinsip yang ia pegang. Ia mencoba menggambarkan kepada businesslounge.co, Vibiz Media Network bahwa jika Blue Bird tidak eksis maka ada 5300 pemegang saham internal yang terkena dampaknya serta lebih dari 40,000 karyawan harus mencari pekerjaan lain yang pasti membutuhkan effort. Sehingga Blue Bird akan terus berupaya untuk tetap eksis dengan cara yang benar.

3. Menjadi kebanggaan bagi negara

“Indonesia memiliki sistem taxi yang baik dibandingkan dengan negara lain, sehingga kami merasa bertanggung jawab untuk terus meningkatkan pelayanan taksi di Indonesia. Kami sebagai panutan,” demikian penuturan Purnomo. Pada 4-5 tahun yang lalu pernah dimuat sebuah artikel pada koran lokal Singapura yang menggambarkan keberhasilan sistem transportasi taksi di Indonesia. Artikel tersebut menyatakan bahwa banyak pelajar Indonesia yang belajar ke Singapura, tetapi kalau pengusaha dan pengemudi taksi Singapura ingin belajar tentang taksi, maka Indonesialah tempatnya. Ini adalah kebanggaan dan menaikkan nama Bangsa Indonesia.

Indonesia telah memiliki sistem taksi yang baik dengan harga yang terjangkau dan ini menjadi kebanggaannya sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. Di beberapa Negara Eropa, tariff taksi sangat tinggi hingga masyarakat pun tidak dapat menggunakan jasa taksi.

Selain itu, untuk saat ini rakyat Indonesia belum dapat menikmati layanan MRT seperti di Negara-negara lain, karena itu Purnomo merasa ia berkewajiban memberikan layanan transportasi yang nyaman dengan harga yang terjangkau.

4. Memberikan contoh kepada generasi muda.

You have to do something … you have to do something!” demikian ia mengulangi kalimatnya. Sama seperti yang dia telah katakan sejak awal bahwa untuk memulai usaha tidak boleh “cengeng”. Seperti ia telah mencontohkan bagaimana ia sudah mulai bekerja ketika ia duduk di bangku SMA, maka demikianlah ia berharap generasi muda saat ini dapat melakukan banyak hal bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah.

Oleh karena kerja keras seluruh tim management Blue Bird maka berulang kali perusahaan transportasi ini diganjar berbagai penghargaan. Namun dengan jelas ia mengatakan bahwa ia tidak berfokus kepada award, sebab award hanyalah tambahan bukan tujuan utama. “Tujuannya bukanlah untuk meraih award walaupun hal tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi brand Blue Bird,” demikian dikatakannya. “Buat kami award adalah sebuah pengakuan yang membuktikan tidak sia-sia semua perjuangan karyawan.” Selain itu, karyawan pun tidak merasa malu bekerja di Blue Bird melainkan memiliki kebanggaan.

uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana

 

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x