Uji Coba Untuk Pengobatan Ebola Terus Dilakukan

(Business Lounge – News & Insight) – Badan bantuan Doctors Without Borders mengatakan kemarin akan mulai lakukan uji coba selama satu bulan pada obat Ebola dan darah dari korban menggunakan pasien di Afrika barat.

Uji coba di Guinea ini ditujukan untuk segera mengeluarkan terapi darurat untuk memerangi epidemi yang telah menewaskan lebih dari 5.000 orang sejak Desember lalu, dilansir dari AFP.

“Ini adalah kemitraan internasional yang merupakan harapan bagi pasien untuk akhirnya mendapatkan pengobatan yang nyata terhadap penyakit yang saat ini membunuh antara 50 dan 80 persen dari mereka yang terinfeksi,” kata Annick Antierens, yang mengkoordinasi percobaan untuk amal medis, lebih dikenal dengan inisial MSF.

Uji coba pertama akan dimulai pada bulan Desember dan hasilnya akan tersedia pada bulan Februari tahun depan, kata MSF. Ebola, yang ditularkan melalui cairan tubuh ini, menyebabkan demam berdarah dan – dan sekitar 70 persen kasus yang terjadi karena wabah ini mati.

Tidak ada rezim pengobatan khusus dan, sebagai vaksin belum atau tidak ada lisensi, meskipun salah satu kandidat terkemuka, yang dikenal sebagai ChAd3 dan dibuat oleh GlaxoSmithKline Inggris, berada di bawah uji.

Kesempatan terbaik bagi pasien untuk bertahan hidup, jika kondisi mereka terdeteksi cukup dini, adalah mengambil parasetamol untuk demam mereka, rehidrasi dan usahakan dijaga cukup gizi.

French National Institute of Health and Medical Research akan lakukan uji coba  favipiravir obat antivirus di Guinea selatan. Sementara itu, Institute of Tropical Medicine yang berbasis di Antwerpen akan memimpin uji coba “sembuh seluruh darah dan terapi plasma” di MSF Donka Ebola pusat di Conakry, ibukota Guinea. MSF telah mengumumkan uji coba ketiga pada brincidofovir antivirus pada unit pengobatan di ibukota Liberia Monrovia, tapi kemudian mengungkapkan itu belum diberi lampu hijau oleh pemerintah setempat.

Ebola, yang muncul di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976, merupakan salah satu patogen paling agresif yang dikenal, dan korban cenderung meninggal beberapa hari setelah menunjukkan gejala.

Target untuk percobaan yang sukses di setiap perawatan ini adalah pasien bertahan hidup selama dua minggu, kata MSF. Badan amal itu mengatakan akan ada sedikit gangguan terhadap perawatan normal pasien.

Pasien dalam uji coba Conakry akan diberikan pengobatan dengan darah atau plasma yang mengandung antibodi dari korban. “Plasma Convalescent dari pasien sembuh, mengandung antibodi terhadap patogen, telah digunakan dengan aman untuk penyakit menular lainnya,” kata koordinator Johan van Griensven.

Arum/Journalist/VM/BL
Editor: Iin Caratri

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x