(Business Lounge – World News) – Operasi militer untuk merebut kendali kota-kota di Ukraina timur dari cengkeraman milisi pro-Rusia telah dimulai , demikian pernyataan dari Presiden sementara Ukraina, Oleksandr Turchynov pada hari Selasa kemarin. Operasi “antiteror” ini dimulai Selasa dini hari di kawasan Donetsk. Daerah itu merupakan daerah yang mayoritas dikontrol pasukan pro Rusia. Dia mengatakan bahwa operasi ini dilakukan dengan bertahap, bertanggung jawab, dan seimbang. Tujuannya adalah untuk melindungi warga Ukraina.
Hari minggu lalu Turchynov juga mengancam akan mengerahkan operasi skala penuh militer ketika protes semakin meluas. Namun pada hari Senin dia sedikit melunak. Dia juga sampaikan bahwa ia tidak menentang referendum nasional yang akan memberikan otonomi lebih besar di beberapa kawasan—seperti yang menjadi tuntutan kunci demonstran.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Selasa kemarin juga mengatakan bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Ukraina dalam memadamkan kerusuhan di timur negara ini bisa menggagalkan perundingan mendatang di Jenewa. Negosiasi dijadwalkan Kamis ini antara Amerika Serikat, Rusia, Ukraina, dan Uni Eropa.
Rusia dituduh oleh Kiev dan Barat telah menghasut kerusuhan di Ukraina TImur ini. Hal ini dituduh serupa dengan apa yang terjadi di semenanjung Crimea dimana akhirnya wilayah itu dicaplok oleh Rusia. Rusia menolak akan tuduhan tersebut. Namun Rusia juga mengatakan bahwa untuk melindungi etnis Rusia yang berada di Ukraina mereka siap intervensi jika dibutuhkan.
Beberapa ribu tentara yang dimiliki Angkatan Darat Ukraina kemungkinan belum cukup terlatih dalam menangani gerilya di jalanan. Sementara Kev juga upayakan mobilisasi ganda nasional dengan bantuan demonstran pro Eropa. Sementra kubu pro Rusia terdiri atas jumlah yang tidal diketahui dan adalah milisi bersenjata berat. Belum lagi bantuan dari para pemuda yang memegang tameng dan pentungan.
Arum/Journalis/VM/BL
Editor: Iin Caratri
Image: Antara