(Business Lounge – Service) – Ketika selesai melakukan transaksi perbankan pada sebuah Bank ternama yang memiliki jaringan ATM terluas di Indonesia, sebelum saya meninggalkan loket, petugas frontliner meminta pada saya untuk memberikan penilaian atas kinerja atau atas pelayanan yang telah saya terima, hal ini sebenarnya untuk mengetahui seberapa jauh nasabah menilai service yang telah diberikan oleh Petugas Frontliner.
Dan dilain kesempatan juga kami pernah melatih, lebih dari 750 personil dalam jajaran frontliner sebuah Bank Pemerintah yang sedang berkembang pesat, untuk memperoleh keseragaman dalam standar melayani nasabah, sehingga ketika nasabah mulai memasuki halaman parkir disambut oleh Satpam yang membukakan pintu mobil, setelah memasuki area banking hall, disambut oleh Petugas Satpam yang membukakan pintu dan ketika bertransaksi disambut baik oleh Customer Service maupun Teller yang menyambut dengan ramah dan senyum sepenuh hati untuk melayani nasabah.
Rupanya Bank ini secara sadar juga berorientasi mencetak karyawan untuk menginternalisasikan dan saling menularkan nilai-nilai pelayanan dan integritas yang diekspresikan dalam tindakan nyata.
Derap persaingan yang semakin komplek, apalagi dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif, semakin menuntut adanya peningkatan kualitas dalam pelayanan. Organisasi dan perusahaan tidak mengizinkan lagi seorang karyawan tidak memberikan pelayanan dengan baik. Setiap karyawan merupakan bagian dari keunggulan organisasi perusahaan, sehingga harus berorientasi pada “customer focus” untuk memberikan kepuasaan pelanggan.
Perhatikan pada setiap perusahaan besar, apa kunci prestasi mereka sehingga perusahaan mereka bisa bertahan? Apa kunci keberhasilan mereka untuk dapat terus bertumbuh menjadi besar? Anda akan menemukan salah satu kunci terpenting adalah pelayanan kepada pelanggannya. Maka banyak perusahaan mengangkat tema “kepuasan pelanggan” menjadi bagian penting dalam beberapa tahun terakhir ini. Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya akan lebih mudah dalam meraih dan mempertahankan kesuksesannya.
Paradigma melayani sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, karena sudah sejak dulu para guru spiritual selalu mengajarkan akan hal ini. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani dengan sepenuh hati?
1. Memandang pekerjaan sebagai ibadah
Jadikanlah setiap apa yang kita kerjakan dalam kehidupan hanyalah berorientasi untuk pengabdian kita kepada Pencipta kita dan pelayanan kepada orang lain. Kesadaran ini, dapat menjadikan pekerjaan adalah bagian dari ibadah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Pencipta kita dan kepada orang lain.
Kita dapat memberikan keikhlasan hati untuk senantiasa melayani orang lain dengan baik. Apakah itu pelanggan kita, apakah itu teman-teman kita, apakah itu bos ataupun pemimpin kita. Dengan demikian orang lain akan memberikan apresiasi terhadap apa yang kita lakukan. Kalau hal ini dijadikan sebagai kedisiplinan, inilah modal bagi kesuksesan kita.
2. Arti dalam hidup kita adalah kesempatan untuk membantu orang lain.
Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, “Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan.” Inilah sebuah prinsip bahwa memperoleh apa yang kita inginkan dapat dimulai dengan membantu orang lain memperoleh keinginannya.
Gunakan kehidupan yang kita miliki sebagai kesempatan berharga untuk membantu banyak orang lain, memberikan manfaat bagi orang lain.
3. Hukum menabur dan menuai
Pepatah bijak mengatakan siapa yang menabur dialah yang akan menuainya. Saya sangat sepaham, bahwa apa yang kita tabur akan kita tuai. Kalau kita menaburkan benih-benih kebaikan, maka kita akan memanen hasil kebaikan. Kalau kita menebarkan pelayanan dengan sepenuh hati, maka kita akan menuai kemudahan-kemudahan dalam kehidupan. Begitupun sebaliknya.
Sayangnya, banyak orang sering kurang menyadari hal ini. Rejeki yang kita peroleh sesungguhnya melalui orang lain, maka sebaiknya sebagian dibagikan bagi orang lain. Kalau kita sebagai karyawan, maka sesungguhnya gaji yang kita peroleh itu berasal dari pelanggan, bukan dari sang pemilik atau pemimpin perusahaan. Sebagai pengusaha, sesungguhnya keuntungan yang kita peroleh asalnya dari sang pelanggan. Maka penting memiliki kesadaran untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan secara baik dan memuaskan. Perusahaan akan menuai keuntungannya yang akhirnya dapat menghidupi pengusaha dan karyawannya.
Kehidupan ibarat ladang pertanian yang subur. Setiap benih yang kita sebarkan akan tumbuh dan memberikan hasil. Kalau benih kebaikan dan pelayanan sepenuh hati yang kita taburkan, maka sudah pasti itu akan memberikan hasil kebaikan dan kemudahan bagi kita.
“Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang digerakkan oleh kasih.” – Martin Luther King –
(Margaretha Shakuntala/IC/BL)