(Business Lounge – Inspiration) Sekitar 5.393 warga China Minggu siang kemarin berkumpul di Stadion Buruh Beijing, untuk bermain angklung bersama dipimpin Daeng Udjo, dari Saung Angklung Mang Udjo.Ini merupakan suatu moment yang sangat jarang terjadi.
Orkestra yang dipimpin Mang Udjo itu akan memainkan beberapa lagu, di antaranya Manuk Dadali, lagu berbahasa Mandarin, Yueliang Daibiao Wo De Xin, dan lagu We Are The World.
Rekor konser angklung dengan jumlah pemain terbanyak berhasil dipecahkan Kedutaan Besar RI di Beijing bersama Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT).
Jumlah itu lebih banyak dari rekor serupa yang sebelumnya. Pencatatan rekor konser angklung dengan pemain terbanyak di Beijing itu dimasukkan dalam Guiness Book of Record, melalui pengecekan oleh 12 pengecek dari panitia, satu pengecek independen dan satu orang juri. Sebelumnya telah ada konser kolosal 5.000 angklung yang digelar perwakilan Indonesia di Amerika Serikat pada 2011.
Pengumuman pemecahan rekor itu dilakukan oleh juri Guiness Book of Record Charles Watson.
Para pemain orkestra angklung tersebut berasal dari para pelajar, wakil sejumlah perusahaan China seperti ZTE, para peserta didik Universitas Pertahanan China dan warga Tionghoa-Indonesia yang sempat lari dari Indonesia dan menetap di China hingga kini serta komponen masyarakat lain. Merupakan suatu kebersamaan yang indah dapat bermain angklung bersama dengan ribuan orang.
Dalam konser itu ditampilkan film sejarah angklung, dan ucapan “I Love Angklung” dalam sepuluh bahasa berbeda di layar LED di lokasi konser.
Ditampilkan pula angklung digital, Angklung Tradigi dari Restoran ” Made in Indonesia – Sansico “.
Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia Imron Cotan mengatakan kegiatan itu selain untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan Indonesia, juga untuk makin mempererat hubungan masyarakat Indonesia-China.
Dia katakan bahwa mereka ingin menunjukkan salah satu kebudayaan tradisional Indonesia, melalui konser angklung ini sekaligus berbagi dan mempererat hubungan masyarakat kedua bangsa, yang merupakan mandat dari Kemitraan Strategis Indonesia-China yang ditandatangani pada 200an5.
Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat, mengatakan, konser angklung itu bentuk pelestarian alat musik bambu khas Indonesia yang telah tercatat sebagai salah satu warisan budaya dunia, The Intangible Heritages UNESCO.
“Syarat untuk dapat bertahan tercatat sebagai warisan budaya UNESCO adalah warisan budaya dimaksud harus terpelihara, terlindungi, terpromosikan dan tergenerasikan,” katanya.
Sungguh moment ini merupakan moment yang tidak terlupakan dan sangat membanggakan bagi bangsa Indonesia, sebagai satu langkah kita dalam menghargai budaya bangsa kita.
(ic/IC/BL-ANT)