(The Manager’s Lounge – Leadership), Pada hakekatnya kita semua adalah pemimpin, baik itu pemimpin di suatu organisasi atau pemimpin dalam rumah tangga. “Setiap kita adalah pemimpin, akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya.
Seseorang yang memimpin di kantor, akan mempertanggungjawabkan semua tugas dan tanggung jawabnya di kantor yang ia pimpin tersebut. Demikian juga seorang pemimpin dalam rumah tangga bagaimana ia membina istri dan anak-anaknya , kepemimpinan merupakan hal yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab.
Pemimpin Yang Ideal: Memimpin Dengan Hati
Setiap orang mendambakan pemimpin yang ideal. Mengapa? Setiap pemimpin memiliki visi, yaitu ingin membawa organisasi yang dipimpinnya menjadi maju, besar,
Salah satu contoh, direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan mengatakan kesuksesannya mengelola Pertamina karena dirinya lebih menggunakan hati. Bahasa hati itu pulalah yang membawa dirinya menjadi dirut BUMN terbesar di Indonesia.
Ia menambahkan, itulah kelebihan pemimpin perempuan dibandingkan dengan pemimpin pria yaitu lebih menggunakan hati sehingga bisa memimpin dengan bijak. “Sebagai pemimpin harus tahu kalau seseorang tidak performa, beri kesempatan sekali lagi,” kata Karen dalam suatu acara Srikandi Migas Membagun Negeri.
Jim Collins, guru manajemen, dalam bukunya: Good to Great, mengungkapkan karakter model kepemimpinan baru yang ia sebut dengan the fifth-level leadership. Ia mengungkapkan, pada level tertinggi ini kepemimpinan didominasi oleh kerendahan hati dan kemauan keras. “…The CEOs of these remarkable companies were not aggressive, not self promoting, and not self congratulatory. This relatively unique class of leader possesses the ability to build enduring greatness through a paradoxical combination of personal humility plus professional will”.
Pemimpin tidak menggunakan kekuasaan secara otoriter, tetapi mengajak dan meminta dukungan partisipatif dari anggota tim. Kita bisa menyaksikan dalam berbagai situasi sulit, banyak individu atau anggota kelompok, yang dengan rela mengorbankan waktu dan spiritnya demi tercapainya tujuan dengan penuh kerelaan hati tanpa tekanan. “Saya lembur karena kita memang harus mengejar deadline.
Bukan semata karena disuruh atasan. Keluarga memang dikorbankan, tetapi ini tidak terjadi setiap hari, kok,” demikian ungkap seorang karyawan. Bukankan situasi kepemimpinan seperti ini lebih indah dan menyenangkan daripada situasi penuh penekanan?
Sebelum menuntut mereka untuk loyal kepada Anda, tanyakan dulu, ”Apa yang sudah Anda tanam di HATI mereka?” Bukan sekedar gaji saja! Kunci menumbuhkan loyalitas, Memanusiakan manusia! Anggap mereka seperti saudara, bahkan anak-anak kita.
(Adelina Martha/IK/TML)