(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Do you have customer? Apakah Anda punya pelanggan? Pertanyaan tersebutlah yang harus terus Anda ajukan pada bisnis yang kini sedang mengalami masa-masa sulit seiring dengan kondisi perekonomian yang kurang baik.
Mengapa?
Kondisi perekonomian yang memburuk mengakibatkan banyak orang untuk memangkas pengeluarannya. Mungkin sebagian dari mereka adalah konsumen produk/layanan Anda. Sehingga, penting bagi Anda untuk mengetahui apakah masih terdapat pasar bagi produk/layanan Anda.
Prediksi mengenai seberapa banyak konsumen Anda sekarang tentunya mengarah kepada prediksi penjualan. Seberapa banyak konsumen yang hilang akibat kondisi perekonomian yang melemah? Untuk menjawab hal ini Anda harus memahami profil pelanggan Anda, termasuk bagaimana posisi produk/layanan Anda dalam prioritas pembelian mereka, hingga seberapa jauh sensitivitas mereka terhadap kualitas dan harga.
Misalnya, untuk orang kebanyakan, membeli produk elektronik mungkin bukan merupakan prioritas utama. Namun, bagi orang yang tech-savvy, maka produk elektronik sama saja dengan barang kebutuhan pokok. Dengan memahami profil konsumen, maka Anda akan dapat memperkirakan seberapa besar permintaan dan penjualan produk/layanan Anda.
Survival Mode
Penting bagi Anda untuk memastikan bahwa pelanggan masih berada pada pihak Anda. Pelanggan adalah tulang punggung, penentu bottom line, sekaligus memastikan bahwa perusahaan Anda bisa bertahan dari ancaman bangkrut.
Hal yang seringkali terjadi pada banyak bisnis adalah perusahaan menggelontorkan working capital untuk memproduksi barang-barang yang sudah tidak ada pasarnya. Hasilnya? Overcapacity yang menimbulkan membengkaknya biaya inventory. Sementara itu, permintaan lemah sehingga barangnya sendiri tidak laku. Akibatnya? Kesehatan finansial bisnis sendiri semakin meragukan.
Oleh karena itu, demi keberlangsungan bisnis Anda, maka prediksi terlebih dahulu seberapa besar permintaan bagi produk Anda. Kemudian produksi sesuai dengan perkiraan permintaan, demi menghindari kesia-siaan dari overcapacity. Contoh nyata dari kasus ini adalah General Motors yang kini tengah terkatung-katung kepastian bailout dari pemerintah. GM menghadapi kesulitan likuiditas akibat lemahnya permintaan dan overcapacity, sementara working capital terus terkuras untuk membiayai operasional perusahaan.
Bagaimana jika jawabannya adalah pelanggan Anda sangat sedikit atau bahkan tidak ada? Bagaimana jika biaya untuk memproduksi barang berdasarkan permintaan yang ada lebih besar dibandingkan dengan hasil yang Anda peroleh? Jangan segan-segan untuk menghentikan produksi, sebelum Anda dibelit kesulitan yang lebih besar. Namun jika Anda cukup berani dan jeli, mungkin Anda bisa mencoba untuk bisnis lain yang peluangnya lebih besar.
(Rinella Putri/AA/TML)