(Business Lounge Journal – General Management)
Penggunaan AI di tempat kerja di AS meningkat pesat dalam dua tahun terakhir, dengan hampir dua kali lipat karyawan yang melaporkan pernah menggunakan AI secara reguler, terutama di bidang teknologi, jasa profesional, dan keuangan. Penggunaan AI oleh pekerja kantor dan pemimpin juga meningkat, sementara pekerja garis depan dan produksi tetap stabil. Meskipun adopsi AI meningkat, sebagian besar karyawan tidak yakin AI akan menggantikan pekerjaan mereka dalam lima tahun mendatang. Banyak organisasi masih kurang dalam memberikan panduan dan strategi yang jelas terkait penggunaan AI. Karyawan yang merasa mendapatkan manfaat dari AI dan mendapat komunikasi yang jelas dari pimpinan cenderung merasa lebih siap dan nyaman menggunakannya di tempat kerja.
Mengapa hal ini penting bagi kita? Amerika Serikat adalah acuan dunia. Apa yang terjadi di Amerika Serikat akan menyusul terjadi di belahan-belahan dunia lainnya. Apalagi Indonesia adalah negara keempat terbesar pengguna smartphone yang kini dipenuhi dengan AI Intelligence.
Adopsi AI Melaju Cepat — Tapi Masih di Tahap Awal
Menurut Gallup Report April-Juni 2025, sekitar 40% karyawan telah menggunakan AI setidaknya sekali dalam setahun. Tapi, hanya 19% yang menggunakannya beberapa kali seminggu dan sedikit lebih banyak lagi, 8%, yang menggunakannya setiap hari.
Meskipun AI mulai banyak digunakan, hanya sebagian kecil yang benar-benar mengintegrasikannya ke dalam rutinitas kerja. Kita masih berada dalam tahap awal revolusi AI. Sebagian besar penggunaannya masih bersifat sporadis dan belum menjadi bagian rutin dari pekerjaan.
Pegawai Kantoran Mendominasi Penggunaan AI
Karyawan kantoran atau yang bekerja di bidang pengetahuan (white-collar) mendominasi penggunaan AI, Sebaliknya, para pekerja di sektor produksi dan garis depan cenderung tetap menggunakan AI secara minimal. Mari kita lihat data berikut ini:
- 27% pegawai white-collar (kantoran) sering menggunakan AI, naik 12 poin dari 2024.
- Industri terdepan:
- Teknologi (50%)
- Jasa profesional (34%)
- Keuangan (32%)
- Sebaliknya, penggunaan AI oleh pekerja produksi dan garis depan stagnan di sekitar 9-11% selama dua tahun terakhir.
Ada kesenjangan digital yang nyata. AI lebih banyak dimanfaatkan di sektor pekerjaan yang berbasis pengetahuan, sedangkan sektor operasional belum tersentuh secara signifikan.
Para pemimpin tingkat atas (manajer dan eksekutif) lebih aktif dalam memanfaatkan AI. Sekitar 33% dari mereka menggunakannya secara rutin, sementara hanya 16% dari staf biasa yang mengikuti. Hal ini menunjukkan AI masih lebih banyak digunakan di tingkat strategi dan pengambilan keputusan, belum menyentuh secara luas ke level pelaksanaan.
Rasa Aman Karyawan Tidak Berubah Meski AI Meningkat
Dari data yang ada, memang AI berkembang sangat pesat, namun mayoritas karyawan tampaknya tidak merasa pekerjaan mereka terancam. Hanya sekitar 15% yang khawatir bahwa AI akan menggantikan mereka dalam lima tahun ke depan—angka ini tidak mengalami perubahan banyak sejak 2023. Kekhawatiran terbesar muncul di sektor teknologi, ritel, dan keuangan, masing-masing sekitar 20-21%.
Mengapa mayoritas karyawan tidak merasa terancam? Mungkin karena mereka belum melihat dampak langsungnya atau merasa AI hanya menjadi alat bantu, bukan pengganti.
Banyak Perusahaan Menggunakan AI Tanpa Arah yang Jelas
Banyak perusahaan sudah mulai mengintegrasikan AI, namun sayangnya, hanya sekitar 22% yang memiliki strategi atau rencana yang jelas. Sekitar 30% organisasi bahkan belum memiliki kebijakan formal mengenai penggunaan AI. Tanpa panduan yang tepat, risiko penyalahgunaan, ketidakmaksimalan manfaat, hingga isu privasi dan etik menjadi ancaman serius.
Ini masalah besar karena 44% perusahaan sudah mulai mengintegrasikan AI, tapi hanya 22% yang punya strategi atau rencana yang jelas.
Tanpa panduan yang jelas, AI bisa disalahgunakan, tidak dimanfaatkan secara maksimal serta menimbulkan risiko privasi dan etika
Hasil survei menunjukkan bahwa hanya 16% pengguna AI merasa bahwa alat yang mereka gunakan benar-benar berguna. Meski begitu, 68% dari mereka yang pernah memakai AI untuk berinteraksi dengan pelanggan melaporkan dampak positif. Sebaliknya, mereka yang belum mencoba atau belum memakai AI merasa kurang yakin bahwa teknologi ini akan membantu pekerjaan mereka.
- Hanya 16% pengguna AI yang merasa alat yang disediakan benar-benar berguna.
- Yang pernah memakai AI untuk berinteraksi dengan pelanggan:
- 68% merasa dampaknya positif.
- Yang belum pernah mencoba:
- Hanya 13% percaya AI akan membantu. Mereka yang belum mencoba atau belum memakai AI merasa kurang yakin bahwa teknologi ini akan membantu pekerjaan mereka.
Orang yang pernah mencoba AI akan lebih menghargainya. Tanpa pengalaman langsung dan pelatihan, sulit bagi karyawan untuk melihat nilai dari teknologi ini.
Komunikasi yang jelas dari pemimpin tentang AI sangat menentukan keberhasilan adopsi. Bukan soal teknologi saja, tapi soal kepemimpinan, pelatihan, dan budaya kerja.
Data Gallup menunjukkan:
Karyawan yang sangat setuju bahwa pemimpinnya punya strategi AI yang jelas:
- 3x lebih siap menggunakan AI
- 2,6x lebih nyaman bekerja dengan AI
Apa yang Harus Pemimpin Lakukan?
Ini adalah saatnya menata masa depan AI di tempat kerja. Walaupun penggunaan AI masih dalam tahap awal, tren ini menunjukkan bahwa AI bukan lagi sekadar konsep masa depan — ia sudah hadir di meja kerja kita.
Bagi para pemimpin, inilah saatnya menjadi pengarah perubahan. Bagi karyawan, mari mulai belajar dan mencoba agar tidak tertinggal. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan pemimpin untuk mengkomunikasikan strategi AI secara efektif:
- Jelaskan Visi dan Tujuan Secara Jelas
Pemimpin harus menyampaikan dengan tegas mengapa perusahaan ingin mengadopsi AI, apa manfaatnya bagi perusahaan dan karyawan, serta bagaimana AI akan membantu mencapai visi jangka panjang. Visi ini harus sederhana, inspiratif, dan mudah dipahami oleh semua tingkat karyawan.
- Transparansi tentang Peran dan Dampaknya
Berikan gambaran nyata tentang bagaimana AI akan digunakan, peran apa yang akan berubah, dan apa yang tidak akan berubah. Pemimpin perlu menegaskan bahwa AI dirancang sebagai alat bantu, bukan pengganti manusia, dan menyoroti manfaat langsung bagi pekerjaan sehari-hari.
- Fasilitasi Pelatihan dan Edukasi
Sampaikan bahwa perusahaan akan menyediakan pelatihan dan sumber belajar yang diperlukan agar semua orang dapat memahami dan mengoperasikan teknologi baru. Jangan tunggu sampai semua terjadi secara tiba-tiba; buat program pelatihan yang terbuka dan inklusif.
- Libatkan Karyawan dalam Proses
Buka ruang dialog dan tanya jawab secara rutin. Tanyakan kekhawatiran dan ide dari karyawan. Dengan melibatkan mereka, mereka merasa dihargai dan lebih percaya diri dalam menghadapi perubahan.
- Bangun Budaya Inovasi dan Percaya Diri
Pemimpin harus menjadi contoh dengan menunjukkan keterbukaan terhadap perubahan dan keberanian belajar hal baru. Memberikan motivasi bahwa kesalahan dan tantangan adalah bagian dari proses belajar adalah penting untuk menciptakan budaya yang positif.
- Berikan Update Berkala dan Feedback
Jangan komunikasi satu arah. Sampaikan perkembangan implementasi AI secara rutin melalui pertemuan, newsletter, atau forum. Dengarkan feedback dari karyawan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Tegaskan Komitmen dan Dukungan
Perlihatkan bahwa pimpinan berkomitmen mendukung tim selama proses adaptasi ini. Berikan jaminan bahwa perusahaan akan membantu mengatasi tantangan dan memfasilitasi transisi yang mulus.
Untuk organisasi secara keseluruhan, menata strategi AI yang matang akan menentukan keberhasilan mereka dalam menghadapi dunia kerja yang semakin cerdas dan efisien. Perusahaan dapat menata strategi secepatnya dari sekarang sebab perkembangan AI semakin cepat dan berkejaran dengan waktu.