(Business Lounge – Global News) Di tengah ketidakpastian arah masa depan industri penerbangan, sebuah startup kecil dari Virginia bernama Electra tengah membangun pesawat yang berpotensi merevolusi cara manusia bepergian. Dipimpin oleh CEO Marc Allen, perusahaan ini tengah mengembangkan EL-9, sebuah pesawat hybrid-electric yang tidak memerlukan landasan panjang untuk lepas landas—cukup seukuran lapangan sepakbola. Dengan mengusung teknologi lepas landas dan mendarat jarak pendek (eSTOL), Electra menjanjikan solusi transportasi udara yang lebih cepat, senyap, ramah lingkungan, dan terjangkau.
Proyek ini telah menarik perhatian besar, tidak hanya karena pendekatannya yang berbeda dari mobilitas udara urban yang kerap dibayangkan dalam bentuk taksi terbang vertikal, tapi karena Electra justru mempertahankan karakteristik pesawat fixed-wing konvensional yang efisien dan terbukti aman. Dalam wawancaranya dengan The Wall Street Journal, Marc Allen menyebut bahwa tujuannya bukan menciptakan mainan baru untuk kota-kota futuristik, tetapi membangun moda transportasi yang bisa beroperasi dari tempat parkir stadion, halaman belakang hotel, hingga jalur darurat untuk bencana.
Electra telah menyelesaikan uji terbang demonstrator dua kursi yang disebut EL-2, yang menjadi dasar dari pesawat sembilan kursi EL-9 yang saat ini tengah dikembangkan. Teknologi utama yang digunakan adalah sistem “blown lift”, yaitu menggunakan baling-baling elektrik untuk meniupkan udara di atas sayap agar pesawat bisa mengangkat diri dengan jarak sangat pendek. Pesawat ini juga menggunakan sistem hybrid-electric: daya utama berasal dari baterai dan motor listrik, namun terdapat turbogenerator sebagai sumber energi cadangan dan pengisi daya baterai, membuatnya lebih fleksibel dan aman dibandingkan pesawat listrik penuh.
Dengan konfigurasi seperti itu, EL-9 mampu lepas landas hanya dengan jarak 150 hingga 300 kaki—bandingkan dengan ribuan kaki yang dibutuhkan pesawat komersial biasa. Ini memungkinkan Electra menawarkan konsep baru bernama “Direct Aviation”, yaitu perjalanan udara langsung antarlokasi tanpa bergantung pada bandara besar. Misalnya, perjalanan dari pusat kota ke kawasan industri, dari resor wisata ke pusat medis, atau dari kota kecil ke kota besar dalam waktu yang lebih singkat dan efisien.
Potensi pasar dari EL-9 pun tidak hanya terbatas pada sektor sipil. Electra telah menarik perhatian militer AS yang melihat pesawat ini cocok untuk misi logistik ringan, evakuasi medis, hingga tanggap bencana di wilayah terpencil. Pesawat ini juga dapat menghasilkan listrik darurat hingga 600 kW, cukup untuk menghidupkan rumah sakit lapangan atau peralatan bantuan di zona bencana.
Dalam wawancaranya, Allen menjelaskan bahwa Electra ingin mengisi ruang kosong antara helikopter yang fleksibel namun mahal dan bising, dengan pesawat komersial yang murah per mil tapi terikat pada infrastruktur bandara. Pesawat mereka diharapkan mampu mengangkut 5–9 penumpang atau logistik ringan sejauh 400 mil dalam satu kali pengisian daya, menjadikannya ideal untuk rute-rute regional yang selama ini tidak dilayani secara efisien oleh penerbangan komersial.
Electra juga telah memperoleh lebih dari 2.000 pre-order dari berbagai operator di seluruh dunia, baik dari sektor swasta maupun pemerintah. Estimasi nilai pemesanan mencapai lebih dari 9 miliar dolar AS, dengan mitra investor termasuk Lockheed Martin, menunjukkan betapa seriusnya pasar menyambut teknologi ini. Sertifikasi pesawat dijadwalkan untuk selesai pada 2028 dengan peluncuran komersial penuh pada 2029.
Meski demikian, tantangan tetap besar. Electra harus membuktikan bahwa teknologi hybrid-electric mereka tidak hanya aman dan andal, tapi juga layak secara ekonomi. Regulasi udara yang ketat, kebutuhan infrastruktur baru untuk lepas landas dan mendarat, serta persaingan dari perusahaan besar seperti Joby Aviation, Beta Technologies, dan Lilium akan menguji ketahanan strategi mereka.
Namun keunggulan Electra terletak pada pendekatannya yang praktis. Alih-alih mencoba merevolusi dari nol, Electra membangun dari teknologi yang ada dan memperbaikinya secara sistematis: mempertahankan sayap tetap, memperpendek kebutuhan landasan, memanfaatkan daya listrik tanpa mengandalkan baterai 100 persen, dan mengedepankan efisiensi energi daripada kecepatan semata. Alih-alih mengejar mimpi taksi terbang pribadi, mereka menargetkan pasar massal yang membutuhkan solusi cepat dan murah untuk perjalanan regional.
Dengan latar belakang Allen sebagai veteran Boeing dan jaringan kuat di sektor pertahanan dan industri penerbangan, Electra bergerak dengan hati-hati namun pasti. Proyek ini bukan sekadar uji coba teknologi, tetapi visi nyata akan masa depan penerbangan yang lebih dekat ke masyarakat, lebih bersih, dan lebih terdesentralisasi.
Jika semuanya berjalan sesuai rencana, maka pada akhir dekade ini, kita mungkin akan melihat pesawat-pesawat kecil terbang langsung dari atap gedung pusat kota menuju daerah-daerah yang selama ini sulit dijangkau. Dan jika Electra sukses, maka bukan hanya perjalanan udara yang berubah—tapi cara kita memahami aksesibilitas, logistik, dan konektivitas global secara keseluruhan.