Starbucks

84.000 Barista, Satu Juara Dunia Starbucks

(Business Lounge – Global News) Dalam ajang yang belum pernah terjadi sebelumnya, Starbucks untuk pertama kalinya menggelar kompetisi barista tingkat dunia yang melibatkan lebih dari 84.000 pegawainya dari seluruh penjuru bumi. Perusahaan kopi terbesar di dunia ini tidak hanya ingin menemukan siapa pembuat kopi terbaik di antara mereka, tetapi juga memperkuat identitasnya sebagai pemimpin dalam seni meracik kopi, bukan sekadar perusahaan jaringan ritel minuman cepat saji. Gelaran ini berakhir dengan dinobatkannya Nobuki Shimode dari Jepang sebagai juara dunia pertama Starbucks Global Barista Championship, sebuah kemenangan yang dirayakan dengan sorakan lebih dari 14.000 penonton di Las Vegas.

Kompetisi ini diselenggarakan dalam rangkaian acara internal perusahaan bertajuk Starbucks Leadership Experience. Dari puluhan ribu barista, seleksi awal diadakan di tingkat toko, wilayah, hingga regional selama beberapa bulan. Akhirnya, hanya 12 barista yang terpilih untuk tampil di panggung utama pada final yang berlangsung selama tiga hari. Di tengah kemeriahan yang menyerupai konser rock dan lampu sorot warna-warni, masing-masing finalis menampilkan kemampuan teknis, seni menuang latte, dan kreativitas signature beverage yang mencerminkan budaya asal mereka.

Nobuki Shimode memikat para juri dengan “Blooming Yuzu Espresso”, sebuah racikan yang memadukan espresso klasik dengan sirup yuzu khas Jepang dan busa susu ringan beraroma bunga. Minuman ini bukan hanya menyegarkan secara rasa, tetapi juga menghadirkan kisah emosional tentang masa kecil dan semangat kerja kolektif di toko tempat ia bekerja di Tokyo. Tak hanya CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, yang memuji ciptaannya, banyak pengamat kopi pun menyebut kreasi Shimode sebagai gambaran masa depan inovasi kopi yang berakar pada lokalitas dan estetika.

Ajang kompetisi ini mencerminkan evolusi budaya perusahaan Starbucks yang selama dua dekade terakhir berupaya membangun nilai-nilai craftsmanship di tengah skala operasional raksasa. Dalam kompetisi tersebut, peserta diuji dalam tiga babak utama: latte art, tantangan kecepatan meracik minuman (store rush), dan presentasi signature drink. Yang terakhir menjadi momen paling menarik karena peserta harus menyampaikan narasi pribadi yang menghubungkan minuman mereka dengan identitas dan nilai-nilai Starbucks.

Atmosfer kompetisi itu sendiri menggambarkan betapa seni meracik kopi telah berevolusi menjadi sebuah cabang dari performance art. Penonton bersorak ketika barista dari Korea Selatan membentuk gambar kelopak bunga dalam latte mereka, atau ketika peserta dari Brasil menciptakan minuman kopi dingin berbasis jeruk tropis yang diseduh dengan teknik nitrogen. Bahkan mereka yang kalah tidak merasa tersisih, karena kompetisi ini dipandang sebagai bentuk pengakuan atas kerja keras dan ketekunan di balik konter setiap kedai Starbucks.

Lebih jauh dari sekadar penobatan, kompetisi ini menciptakan tren baru di dalam industri. Signature drink dari para finalis, termasuk “Blooming Yuzu Espresso”, dijadwalkan untuk diuji coba di beberapa pasar terpilih sebelum mungkin diluncurkan secara global. Ini menciptakan peluang baru bagi Starbucks untuk terus memperkaya menunya dengan ide-ide organik yang berasal dari barista sendiri, bukan hanya dari dapur korporat atau tim riset dan pengembangan pusat.

Selain itu, Starbucks juga mengumumkan bahwa masing-masing dari 12 finalis akan menerima hibah sebesar USD 10.000 dari The Starbucks Foundation untuk digunakan dalam proyek sosial di komunitas mereka. Langkah ini menegaskan bahwa kompetisi bukan hanya tentang keterampilan pribadi, tetapi juga tentang memberikan kembali kepada masyarakat dan membangun perubahan positif.

Menurut laporan The Wall Street Journal, kompetisi ini mencerminkan langkah strategis perusahaan dalam membangun loyalitas internal sekaligus memperkuat narasi kualitas di tengah tantangan bisnis global. Starbucks menghadapi tekanan dari persaingan merek lokal, gejolak harga bahan baku, dan perubahan selera pelanggan yang semakin mengarah ke minuman personal dan eksperimental. Dengan mengangkat peran barista sebagai ujung tombak inovasi, Starbucks ingin membedakan dirinya dari jaringan kopi lain yang cenderung fokus pada harga atau efisiensi operasional.

Kehadiran lebih dari 14.000 orang dalam acara tersebut – sebagian besar merupakan mitra kerja Starbucks dari berbagai belahan dunia – menciptakan ekosistem komunitas global yang terikat bukan hanya oleh logo, tetapi oleh semangat bersama untuk menciptakan pengalaman minum kopi yang bermakna. Mereka bersorak, tertawa, dan bahkan menangis ketika mendengar cerita personal dari peserta yang menjelaskan bagaimana mereka mengubah hidup pelanggan mereka lewat secangkir kopi.

Seperti dilaporkan Axios, kompetisi ini telah menginspirasi ratusan ribu barista lain di dalam jaringan Starbucks untuk lebih serius menekuni seni meracik kopi. Di media sosial internal dan eksternal, tagar #BaristaChamp dan #BloomingYuzu menjadi tren, dengan ribuan unggahan video presentasi dan latihan dari para peserta lokal. Bahkan muncul komunitas digital yang membagikan teknik-teknik baru, mulai dari pengendalian suhu uap hingga cara menyampaikan storytelling yang mengena.

Inisiatif ini juga tampaknya akan berlanjut ke masa depan. Starbucks menyebut kompetisi global ini sebagai edisi pertama dari program tahunan, dengan format yang mungkin akan diperluas mencakup kategori tim, kolaborasi regional, atau bahkan format inklusif untuk barista yang bekerja di area non-store seperti universitas dan rumah sakit. Artinya, ruang panggung untuk bercerita dan berinovasi akan makin besar.

Dalam konteks industri yang semakin kompetitif dan pelanggan yang makin menuntut keunikan serta makna dalam setiap transaksi, kompetisi seperti ini menjadi alat penting bukan hanya untuk membangun budaya internal, tetapi juga sebagai saluran pemasaran emosional yang kuat. Barista bukan sekadar operator mesin espresso – mereka adalah seniman, komunikator, dan duta merek. Starbucks tampaknya menyadari hal itu, dan melalui kompetisi ini, mereka telah memberi mereka panggung global untuk bersinar.

Dengan satu juara dari 84.000 barista yang bekerja di seluruh dunia, gelaran ini tidak hanya merayakan kemenangan individu, tetapi juga menyulut semangat kolektif bahwa di balik setiap cangkir kopi yang disajikan di konter Starbucks, ada potensi kreatif yang luar biasa – dan sekarang, seluruh dunia pun ikut menyaksikannya.