(Business Lounge – Global News) ABB, konglomerat teknologi asal Swiss yang bergerak di bidang otomasi industri dan kelistrikan, melaporkan lonjakan laba kuartalan yang disambut positif oleh pasar global. Namun sorotan utama justru tertuju pada pengumuman strategis terbaru perusahaan: rencana untuk melepas (spin-off) divisi robotikanya yang telah lama menjadi pilar pertumbuhan masa depan. Keputusan ini, seperti dikutip dari Bloomberg, Financial Times, dan Reuters, mencerminkan langkah berani ABB dalam memfokuskan diri pada bisnis inti dan meningkatkan nilai pemegang saham di tengah dinamika industri manufaktur yang terus berubah.
Dalam laporan keuangan terbaru, ABB melaporkan peningkatan laba operasional sebesar 14% pada kuartal pertama, melampaui ekspektasi analis. Pendapatan total mencapai $8,5 miliar, sebagian besar didorong oleh permintaan kuat di sektor otomasi pabrik, infrastruktur energi, dan transportasi. Margin laba juga meningkat menjadi 16,4%, naik dari 15,1% pada periode yang sama tahun lalu, berkat efisiensi biaya dan pergeseran ke proyek bernilai tinggi.
Namun di balik angka-angka yang menggembirakan ini, keputusan ABB untuk memisahkan divisi robotikanya menarik perhatian lebih besar. Unit ini mempekerjakan sekitar 7.000 orang dan menghasilkan pendapatan sekitar $2,3 miliar pada tahun lalu. Meski menyumbang kurang dari 10% terhadap total pendapatan ABB, unit ini dipandang sebagai salah satu area pertumbuhan strategis, terutama di tengah meningkatnya adopsi otomasi dan AI dalam industri manufaktur global.
CEO ABB Björn Rosengren, dalam wawancara yang dikutip oleh Bloomberg, mengatakan bahwa spin-off ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk menciptakan nilai maksimal bagi pemegang saham dan memungkinkan divisi robotika untuk berkembang dengan lebih fleksibel. “Divisi ini telah tumbuh menjadi pemimpin global di bidang robot industri dan solusi otomasi pintar. Kami percaya mereka akan berkembang lebih cepat sebagai entitas independen,” ujarnya.
Rencana pemisahan ini diperkirakan akan dilakukan melalui penawaran saham perdana (IPO) dalam dua hingga tiga tahun ke depan, tergantung pada kondisi pasar. ABB akan tetap menjadi pemegang saham mayoritas pada tahap awal, namun akan memberikan otonomi penuh dalam hal operasional dan ekspansi bisnis kepada entitas baru tersebut.
Langkah ini mendapat respons positif dari investor. Saham ABB naik hampir 5% di bursa Zurich setelah pengumuman tersebut. Menurut analis dari Goldman Sachs, spin-off ini dapat membuka nilai tersembunyi dari aset ABB, terutama karena pasar menilai sektor robotika dengan valuasi yang lebih tinggi dibanding unit-unit tradisional seperti kelistrikan atau otomasi industri. “ABB berpotensi menciptakan perusahaan robotika dengan valuasi standalone yang jauh lebih tinggi, seiring meningkatnya permintaan global terhadap solusi pabrik pintar dan robot kolaboratif,” tulis laporan riset mereka.
Namun, tidak semua pihak menyambut langkah ini tanpa catatan. Beberapa analis memperingatkan bahwa melepaskan unit yang sangat inovatif bisa mengurangi integrasi teknologi ABB secara keseluruhan, terutama karena robotika menjadi kunci dalam transisi industri ke arah otomasi berbasis AI dan machine learning. The Wall Street Journal mencatat bahwa ABB perlu menjaga hubungan sinergis antara divisi yang akan dilepas dan lini bisnis lainnya, agar keunggulan teknologi tetap terjaga.
Di sisi lain, pasar robotika industri sedang mengalami percepatan yang luar biasa. Permintaan meningkat dari sektor otomotif, elektronik konsumen, logistik, hingga makanan dan minuman. Perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon dan Tesla juga telah meningkatkan investasi di sektor ini. Menurut data dari International Federation of Robotics, pengiriman robot industri global meningkat lebih dari 12% pada tahun lalu, dan diperkirakan akan tumbuh dua digit dalam beberapa tahun ke depan.
ABB sendiri selama ini telah bersaing ketat dengan pemain besar lain seperti Fanuc, Yaskawa, dan Kuka di pasar robotika. Namun dengan posisi kuat di Tiongkok dan Eropa, serta investasi besar dalam pengembangan AI terintegrasi, ABB dianggap punya posisi yang menguntungkan untuk tumbuh lebih agresif sebagai entitas independen. Reuters melaporkan bahwa ABB baru-baru ini juga menandatangani sejumlah kemitraan strategis dengan perusahaan software otomasi untuk memperluas ekosistem digital mereka.
Dengan latar belakang seperti ini, spin-off divisi robotika ABB tampak sebagai bagian dari strategi yang lebih besar: menjadi perusahaan yang lebih ramping, fokus, dan adaptif di tengah transformasi industri global. Dalam jangka pendek, langkah ini bisa meningkatkan daya tarik ABB di mata investor institusi yang mencari eksposur terhadap megatren teknologi industri. Dalam jangka panjang, spin-off ini berpotensi menciptakan satu pemain teknologi baru di pasar publik yang siap mengakselerasi revolusi industri generasi berikutnya.