Disney

Disney Pangkas Hampir 6% Staf di Divisi Berita dan Jaringan

(Business Lounge Journal – Global News)

Disney kembali melakukan pemangkasan tenaga kerja, dengan hampir 6% staf di ABC News Group dan Disney Entertainment Networks menjadi korban terbaru dari kebijakan efisiensi perusahaan. Sebanyak 200 karyawan terkena dampak dalam gelombang PHK terbaru ini, yang diumumkan kepada karyawan pada Rabu lalu. Langkah ini merupakan bagian dari serangkaian pengurangan staf yang telah dilakukan Disney dalam beberapa tahun terakhir sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lanskap industri media dan hiburan.

Langkah ini mencerminkan tantangan yang semakin berat bagi perusahaan media besar seperti Disney dalam menghadapi pergeseran industri menuju platform digital. Dengan semakin menurunnya jumlah pelanggan TV kabel dan meningkatnya persaingan di dunia streaming, Disney harus menemukan cara untuk mempertahankan daya saingnya tanpa mengorbankan keberlanjutan operasionalnya.

Seperti banyak perusahaan media lainnya, Disney menghadapi tekanan besar akibat pergeseran preferensi konsumen dari televisi tradisional ke layanan streaming. Perubahan ini memengaruhi pendapatan dari iklan dan langganan TV kabel, yang selama bertahun-tahun menjadi sumber pendapatan utama bagi jaringan berita dan hiburan perusahaan.

Sebagai bagian dari transformasi digitalnya, Disney telah mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk layanan streaming seperti Disney+, Hulu, dan ESPN+. Namun, meskipun layanan streaming ini mengalami pertumbuhan pelanggan, mereka juga membutuhkan investasi besar untuk produksi konten dan infrastruktur teknologi. Ini menyebabkan Disney harus mencari keseimbangan antara efisiensi biaya dan investasi dalam inovasi.

Bob Iger, CEO Disney, telah menekankan pentingnya efisiensi operasional sebagai bagian dari strategi jangka panjang perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir, Disney telah melakukan berbagai langkah efisiensi, termasuk pengurangan tenaga kerja di berbagai divisi. Langkah terbaru ini merupakan bagian dari strategi untuk merampingkan operasi dan memastikan bahwa perusahaan tetap kompetitif di era digital.

ABC News, sebagai salah satu jaringan berita terbesar di AS, menghadapi tantangan yang semakin besar dengan meningkatnya persaingan dari platform berita digital dan media sosial. Pemangkasan staf ini kemungkinan akan berdampak pada cara ABC News beroperasi, dengan lebih banyak fokus pada efisiensi produksi dan distribusi berita secara digital. Pengurangan staf ini juga dapat mempengaruhi jumlah liputan berita langsung dan produksi acara investigatif, yang biasanya membutuhkan sumber daya besar.

Sementara itu, Disney Entertainment Networks, yang mencakup berbagai jaringan televisi dan produksi konten, juga menghadapi tekanan akibat perubahan pola konsumsi media. Dengan semakin banyaknya konsumen yang beralih ke platform on-demand, jaringan televisi tradisional harus beradaptasi dengan model bisnis yang lebih fleksibel dan berbasis digital. Untuk menghadapi tantangan ini, Disney kemungkinan akan mengintegrasikan lebih banyak teknologi kecerdasan buatan dalam proses produksinya, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia.

Meskipun pemangkasan ini merupakan langkah yang sulit, Disney tetap berkomitmen untuk mengembangkan bisnisnya di ranah digital. Perusahaan telah menginvestasikan miliaran dolar dalam pengembangan konten original untuk Disney+, Hulu, dan ESPN+, serta mengeksplorasi berbagai model bisnis baru untuk meningkatkan profitabilitas di era streaming. Disney juga berusaha memperluas pasar internasionalnya dengan menggandeng mitra lokal di Asia, Amerika Latin, dan Eropa untuk memastikan bahwa ekspansi digitalnya tetap berjalan dengan sukses.

Namun, tantangan masih tetap ada. Disney harus menghadapi persaingan ketat dari raksasa teknologi seperti Netflix, Amazon Prime Video, dan Apple TV+. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global dan perubahan regulasi di berbagai pasar internasional juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi strategi bisnis perusahaan. Sebagai contoh, beberapa negara mulai menerapkan regulasi ketat terkait pajak bagi perusahaan teknologi global, yang dapat berdampak pada profitabilitas Disney di luar Amerika Serikat.

Selain itu, ada juga tantangan dalam menjaga loyalitas pelanggan di tengah banyaknya pilihan platform streaming yang tersedia saat ini. Disney harus terus berinovasi dalam hal konten dan pengalaman pengguna agar dapat menarik lebih banyak pelanggan dan mempertahankan pelanggan lama. Salah satu strategi yang kemungkinan akan diterapkan adalah peningkatan fitur interaktif di layanan streamingnya, seperti pengalaman menonton yang lebih personal dengan rekomendasi berbasis kecerdasan buatan dan integrasi dengan teknologi augmented reality (AR) serta virtual reality (VR).

Langkah pemangkasan tenaga kerja ini mungkin hanya bagian dari strategi jangka panjang Disney untuk tetap relevan di industri media yang terus berkembang. Dengan fokus pada efisiensi, inovasi, dan ekspansi digital, Disney berharap dapat terus menjadi pemimpin dalam dunia hiburan global di masa depan. Meski tantangan di depan masih besar, langkah-langkah yang diambil saat ini akan menentukan posisi Disney dalam industri hiburan digital dalam beberapa tahun ke depan.