(Business Lounge Journal – General Management)
Ketika baru mulai berbisnis makanan, seringkali kita kebingungan untuk mencari harga jual yang tepat bagi produk kita. Memang harga tentunya tidak boleh ketinggian sehingga orang tidak mau membeli, namun juga jangan kerendahan sehingga untung atau marginnya terlalu tipis. Ternyata ada empat cara umum yang digunakan untuk menentukan harga jual produk makanan. Dari keempat cara ini kita bisa tentukan yang mana yang paling tepat untuk produk kita.
Berikut ini adalah keempat cara penetapan harga jual:
- Cost-Based Pricing (Penetapan Harga Berbasis Biaya)
- Metode ini menetapkan harga jual berdasarkan total biaya produksi, overhead, dan laba yang diinginkan.
- Rumus: Harga Jual = Total Biaya + Profit Margin
- Kelebihan: Sederhana, mudah dipahami, dan menjamin keuntungan minimum.
- Kekurangan: Tidak mempertimbangkan faktor pasar dan pesaing.
Contoh:
- Total Biaya Produksi per Kue: Rp. 10.000
- Laba yang Diinginkan: 50% dari Biaya Produksi
- Harga Jual = Total Biaya Produksi + Laba
- Harga Jual = Rp. 10.000 + (50% x Rp. 10.000)
- Harga Jual = Rp. 10.000 + Rp. 5.000
- Harga Jual = Rp. 15.000
- Competition-Based Pricing (Penetapan Harga Berbasis Pesaing)
- Metode ini menetapkan harga dengan menyesuaikan harga pesaing di pasar.
- Penetapan harga dilakukan berdasarkan harga rata-rata di pasar atau dengan mendiskon/menaikkan harga pesaing.
- Kelebihan: Dapat menyesuaikan dengan kondisi pasar.
- Kekurangan: Tidak mempertimbangkan biaya produksi dan nilai produk bagi pelanggan.
Contoh:
- Total Biaya Produksi per Kue: Rp. 10.000
- Harga Rata-rata Kue di Pasar: Rp. 18.000
- Harga Jual = Harga Rata-rata di Pasar
- Harga Jual = Rp. 18.000
- Value-Based Pricing (Penetapan Harga Berbasis Nilai)
- Metode ini menetapkan harga berdasarkan persepsi nilai produk di mata pelanggan.
- Harga ditentukan sesuai dengan nilai tambah yang diberikan produk kepada pelanggan.
- Kelebihan: Dapat memaksimalkan keuntungan dan kepuasan pelanggan.
- Kekurangan: Dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang pelanggan dan pesaing.
Contoh:
- Total Biaya Produksi per Kue: Rp. 10.000
- Nilai yang Dipersepsikan Pelanggan: Rp. 20.000
- Harga Jual = Nilai yang Dipersepsikan Pelanggan
- Harga Jual = Rp. 20.000
- Demand-Based Pricing (Penetapan Harga Berbasis Permintaan)
- Metode ini menetapkan harga berdasarkan tingkat permintaan pasar.
- Harga dapat ditentukan lebih tinggi saat permintaan tinggi, dan lebih rendah saat permintaan rendah.
- Kelebihan: Dapat mengoptimalkan keuntungan dengan mengikuti fluktuasi permintaan.
- Kekurangan: Membutuhkan data yang akurat tentang tren permintaan pasar.
Contoh:
- Total Biaya Produksi per Kue: Rp. 10.000
- Harga Saat Permintaan Tinggi: Rp. 22.000
- Harga Saat Permintaan Rendah: Rp. 16.000
- Misalkan Permintaan Sedang, Harga Jual = Rp. 19.000
Dari keempat contoh di atas, pendekatan value-based pricing (penetapan harga berbasis nilai) menghasilkan harga jual tertinggi, yaitu Rp. 20.000. Hal ini karena metode ini mempertimbangkan persepsi nilai produk di mata pelanggan, bukan hanya biaya produksi atau kondisi kompetitif.
Penetapan harga berbasis nilai dianggap sebagai pendekatan terbaik karena dapat memaksimalkan keuntungan dan kepuasan pelanggan. Namun, metode ini membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang preferensi dan persepsi nilai pelanggan. Perusahaan diharapkan dapat menetapkan harga yang optimal dan sesuai dengan keinginan pasar.
Selamat berjualan!