Respons Terhadap Perubahan Iklim Bisnis: McDonald’s Revisi DEI

(Business Lounge Journal – Global News)

McDonald’s baru-baru ini mengambil langkah signifikan dalam merevisi pendekatan mereka terhadap Diversity, Equity, and Inclusion (DEI). Keputusan ini menggarisbawahi perubahan arah yang sedang diambil oleh banyak perusahaan besar di Amerika Serikat untuk menyesuaikan upaya DEI mereka dengan tantangan dan kritik yang semakin meningkat. McDonald’s mengikuti jejak perusahaan besar lainnya, seperti Walmart dan Ford, yang juga mulai mengurangi program DEI mereka.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada hari Senin kemarin, McDonald’s menyampaikan bahwa mereka akan menghentikan beberapa target spesifik dalam strategi DEI. Ini termasuk penghentian kebijakan yang mengharuskan pemasok mereka memenuhi target DEI tertentu dan keputusan untuk tidak lagi berpartisipasi dalam survei keragaman eksternal. Selain itu, perusahaan ini juga mengubah nama tim yang sebelumnya dikenal sebagai Tim Keragaman menjadi “Tim Inklusi Global.” Menurut Chris Kempczinski, CEO McDonald’s, perubahan nama ini bertujuan untuk mencerminkan nilai-nilai inklusi yang lebih universal serta menyelaraskan strategi tim dengan kebutuhan operasional perusahaan.

Langkah ini diambil di tengah dinamika yang kompleks di dunia bisnis AS, terutama setelah Mahkamah Agung memutuskan untuk melarang kebijakan tindakan afirmatif. Selain itu, berbagai sengketa hukum yang melibatkan kebijakan DEI dan meningkatnya kritik publik melalui media sosial telah membuat banyak perusahaan besar mempertimbangkan kembali strategi DEI mereka.

Meski mengurangi sasaran formal DEI, McDonald’s menegaskan bahwa mereka tidak akan meninggalkan prinsip-prinsip inklusi. Perusahaan ini menekankan fokus baru mereka pada mengintegrasikan inklusi langsung ke dalam proses bisnis sehari-hari. Dalam pernyataan resminya, McDonald’s mengatakan, “Kami mengintegrasikan inklusi dalam setiap proses dan operasi yang mendorong pertumbuhan bisnis.” Dengan kata lain, perusahaan ini lebih memilih pendekatan yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi daripada sekadar menetapkan sasaran yang aspiratif.

McDonald’s juga menegaskan kembali komitmennya terhadap beberapa aspek utama, seperti kesetaraan upah, pengembangan bakat, dan keragaman dalam rantai pasok. Mereka berupaya menciptakan tenaga kerja yang mencerminkan keragaman komunitas yang mereka layani di seluruh dunia. Dalam konteks ini, McDonald’s berusaha untuk mempertahankan hubungan yang kuat dengan para pemasok, karyawan, dan pelanggan dengan cara yang lebih praktis dan relevan secara langsung.

Langkah McDonald’s mencerminkan tren yang lebih luas di kalangan perusahaan besar. Banyak perusahaan lain, seperti Walmart, Ford, Harley-Davidson, dan John Deere, telah mengambil langkah serupa dalam mengurangi atau merestrukturisasi program DEI mereka. Di sektor teknologi, perusahaan-perusahaan seperti Google, Meta, Microsoft, dan Zoom juga menghadapi tekanan untuk memangkas program DEI. Namun, tidak semua perusahaan memilih untuk mengurangi upaya mereka. Costco, misalnya, tetap teguh dalam mempertahankan program DEI-nya dan akan mengadakan pemungutan suara untuk membahas kebijakan ini dalam rapat tahunan pemegang saham pada 23 Januari mendatang.

Namun demikian, perubahan ini tidak selalu diterima tanpa kritik. Beberapa pihak memandang pengurangan inisiatif DEI sebagai langkah mundur dalam upaya menciptakan kesetaraan di dunia kerja. Para pendukung DEI berpendapat bahwa inisiatif semacam ini tetap penting untuk menghadapi ketimpangan struktural dalam tenaga kerja global.

Keputusan McDonald’s untuk lebih mengutamakan inklusi dalam operasi inti mereka juga muncul di tengah tantangan baru lainnya. Belum lama ini, perusahaan ini menghadapi krisis besar berupa wabah E. Coli yang dikaitkan dengan penggunaan bawang iris mereka. Insiden tersebut menyebabkan ratusan orang jatuh sakit dan memicu kritik tentang manajemen kualitas produk mereka.

Dengan lanskap dunia kerja dan bisnis yang terus berubah, keputusan McDonald’s menyoroti tantangan dan peluang dalam mengelola nilai-nilai inklusi secara berkelanjutan. Perubahan strategi DEI ini juga menunjukkan bagaimana perusahaan berupaya untuk tetap relevan dalam menjawab kebutuhan bisnis modern, tanpa mengesampingkan tanggung jawab sosial mereka. Dengan pendekatan baru ini, McDonald’s berusaha untuk menciptakan budaya inklusi yang lebih organik dan berdampak nyata, tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri, tetapi juga untuk komunitas di mana mereka beroperasi.