Theranos: Kegagalan Startup Bioteknologi yang Mengguncang Dunia

(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)

Theranos adalah salah satu contoh kegagalan startup yang paling epik dan terkenal dalam sejarah. Didirikan pada tahun 2003 oleh Elizabeth Holmes, yang saat itu masih berusia 19 tahun, perusahaan ini menjanjikan revolusi dalam dunia kesehatan. Dengan teknologi inovatifnya, Theranos mengklaim mampu melakukan berbagai macam tes medis hanya dengan beberapa tetes darah, sebuah konsep yang sangat menjanjikan dan dianggap bisa mengubah cara kerja industri laboratorium kesehatan.

Janji Manis yang Menggoda Investor

Holmes menggambarkan visinya dengan sangat meyakinkan, sehingga menarik investasi besar dari tokoh-tokoh terkenal, termasuk Rupert Murdoch dan keluarga Walton (pemilik Walmart). Dengan valuasi mencapai $9 miliar pada puncaknya, Theranos menjadi salah satu unicorn paling bersinar di dunia startup. Holmes bahkan disebut-sebut sebagai “Steve Jobs berikutnya” karena gayanya yang karismatik dan obsesinya terhadap desain dan teknologi.

Realitas yang Berbeda

Di balik klaim besar Theranos, masalah mulai muncul. Teknologi utama perusahaan, alat bernama Edison, ternyata tidak mampu memberikan hasil tes yang akurat dan andal. Banyak laporan dari karyawan internal yang mengungkapkan bahwa hasil tes sering kali tidak konsisten atau bahkan sepenuhnya salah. Namun, alih-alih mengakui kekurangan teknologi tersebut, Holmes dan COO-nya, Ramesh “Sunny” Balwani, terus berusaha menutupi masalah ini dengan manipulasi data dan tekanan terhadap karyawan untuk tetap diam.

Kritik dan Investigasi

Pada tahun 2015, jurnalis investigasi John Carreyrou dari The Wall Street Journal menerbitkan serangkaian artikel yang membongkar kebohongan di balik Theranos. Artikel ini menyoroti bahwa teknologi perusahaan tidak pernah benar-benar berfungsi sebagaimana yang diklaim. Investigasi lebih lanjut oleh regulator kesehatan AS, seperti FDA dan CMS, menemukan berbagai pelanggaran serius, termasuk penggunaan perangkat yang belum disetujui untuk pengujian medis.

Kejatuhan yang Cepat

Setelah laporan tersebut, kepercayaan publik dan investor terhadap Theranos runtuh. Dalam waktu singkat, perusahaan kehilangan kontrak besar dengan apotek seperti Walgreens dan Safeway, yang sebelumnya menjadi mitra kunci. Pada tahun 2018, Holmes dan Balwani didakwa atas tuduhan penipuan besar-besaran, termasuk menipu investor, dokter, dan pasien.

Pelajaran dari Theranos

Kegagalan Theranos memberikan pelajaran penting bagi dunia startup dan bisnis:

  1. Kejujuran Adalah Segalanya: Mengklaim sesuatu yang belum terbukti hanya akan membawa kehancuran.
  2. Pentingnya Transparansi: Dalam industri kritis seperti kesehatan, transparansi dan akuntabilitas sangat diperlukan.
  3. Evaluasi Realistis Teknologi: Ambisi besar harus didukung oleh bukti yang kuat, bukan hanya janji-janji.
  4. Pengawasan Investor: Investor harus melakukan due diligence yang ketat, terutama ketika berhadapan dengan klaim revolusioner.

Theranos kini menjadi contoh klasik tentang bagaimana kombinasi ambisi yang tidak terkendali, kurangnya akuntabilitas, dan tekanan untuk sukses dapat membawa kehancuran, bahkan bagi perusahaan yang pernah digadang-gadang sebagai masa depan industri.