(Business Lounge Journal – Tech)
Sebuah model kecerdasan buatan (AI) baru yang sedang dikembangkan oleh Google dapat membuat diagnosis tuberkulosis (TB) dan penyakit pernapasan lainnya semudah merekam pesan suara. Google sedang melatih salah satu model AI dasarnya untuk mendengarkan tanda-tanda penyakit menggunakan sinyal suara, seperti batuk, bersin, dan mengendus. Teknologi ini, yang akan berfungsi menggunakan mikrofon ponsel pintar, dapat merevolusi diagnosis bagi komunitas yang sulit mendapatkan alat diagnostik canggih.
Raksasa teknologi ini berkolaborasi dengan startup AI kesehatan pernapasan asal India, Salcit Technologies. Teknologi ini, yang diperkenalkan awal tahun ini sebagai Health Acoustic Representations atau HeAR, dikenal sebagai model dasar bioakustik. HeAR kemudian dilatih dengan 300 juta data audio, termasuk 100 juta suara batuk, untuk mempelajari pola suara.
Salcit kemudian menggunakan model AI ini, dikombinasikan dengan produk mereka sendiri yang bernama Swaasa, yang menggunakan AI untuk menganalisis suara batuk dan menilai kesehatan paru-paru, guna membantu penelitian dan meningkatkan deteksi dini TB berdasarkan suara batuk saja. Menurut Lembaga nirlaba yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa, The Stop TB Partnership, antara tiga hingga empat juta kasus TB tidak dilaporkan. Jika tidak diobati, tingkat kematian TB lebih dari 50%.
“Setiap kasus tuberkulosis yang terlewat adalah sebuah tragedi; setiap diagnosis yang terlambat adalah sesuatu yang menghancurkan perasaan,” kata Sujay Kakarmath, manajer produk di Google Research yang bekerja pada HeAR, dalam sebuah pernyataan. “Biomarker akustik menawarkan potensi untuk menulis ulang narasi ini.”
Kehadiran AI telah menciptakan peluang baru untuk deteksi dini dan diagnosis berbagai penyakit. Dari mendeteksi tanda-tanda penyakit kronis, hingga mengenali jenis kanker endometrium yang sebelumnya tidak terdeteksi, hingga identifikasi dini penyakit Parkinson, para peneliti dari seluruh dunia telah menemukan AI klasik sangat berguna — dan teknologi ini masih dalam tahap awal.
Baru-baru ini, UCLA mengatakan bahwa mereka sedang mengembangkan tes yang ditingkatkan AI baru yang dapat mempercepat proses diagnosis penyakit Lyme, kata universitas tersebut pada hari Senin lalu.
Apakah Bisa AI Mendeteksi Penyakit?
Zaman memang terus berkembang. Ilmu kedokteran tidak hanya mengandalkan apa yang dilihat dan diamati para dokter. Kemajuan pesat dalam bidang kecerdasan buatan telah memungkinkan AI untuk menganalisis data medis dengan tingkat akurasi yang tinggi, termasuk mendeteksi penyakit berdasarkan berbagai sinyal, seperti suara, gambar medis, dan data genetik seperti yang sudah kita bahas di atas.
Beberapa brand dan institusi terkemuka yang sedang mengembangkan teknologi AI untuk deteksi penyakit antara lain:
- Google: Seperti yang telah kita bahas di atas, Google sedang mengembangkan model AI bernama HeAR yang dapat mendeteksi penyakit pernapasan seperti tuberkulosis melalui analisis suara batuk.
- IBM: IBM Watson Health telah digunakan dalam berbagai aplikasi medis, termasuk diagnosis kanker, analisis genom, dan pengembangan obat-obatan baru.
- Microsoft: Microsoft juga aktif dalam pengembangan AI untuk kesehatan, dengan fokus pada analisis gambar medis dan pengembangan alat bantu diagnosis untuk dokter.
- Enlitic: Perusahaan ini mengkhususkan diri dalam mengembangkan platform AI untuk radiologi, yang dapat membantu radiolog dalam mendeteksi tumor dan anomali lainnya pada gambar medis.
- Butterfly Network: Perusahaan ini mengembangkan perangkat ultrasonografi portabel yang dilengkapi dengan AI untuk membantu dokter dalam mendiagnosis berbagai kondisi medis.
Banyak perusahaan startup dan institusi penelitian lainnya di seluruh dunia juga berkontribusi dalam pengembangan teknologi AI untuk deteksi penyakit.
Bagaimana AI dapat mendeteksi penyakit?
- Analisis gambar medis: AI dapat menganalisis gambar X-ray, CT scan, MRI, dan patologi untuk mengidentifikasi pola yang tidak normal yang mungkin mengindikasikan adanya penyakit.
- Analisis data genetik: AI dapat menganalisis data genetik untuk mengidentifikasi mutasi gen yang terkait dengan penyakit tertentu.
- Pemrosesan bahasa alami: AI dapat menganalisis catatan medis, laporan laboratorium, dan data pasien lainnya untuk mengidentifikasi pola dan tren yang relevan dengan diagnosis.
- Analisis suara: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, AI dapat menganalisis suara batuk, napas, dan suara jantung untuk mendeteksi tanda-tanda penyakit.
Potensi dan Tantangan
Teknologi AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan diagnosis, serta memungkinkan deteksi dini penyakit. Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti:
- Kualitas data yang digunakan untuk melatih model AI sangat penting. Data yang tidak lengkap, tidak akurat, atau bias dapat menghasilkan model yang tidak handal.
- Regulasi: Penggunaan AI dalam bidang medis memerlukan regulasi yang ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitas teknologi ini.
- Penerimaan: Penerimaan teknologi AI oleh dokter dan pasien juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan penerapannya.
Meskipun masih dalam tahap pengembangan, teknologi AI memiliki potensi untuk mengubah lanskap perawatan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup manusia.