(Business Lounge Journal – Service)
Kata “Omotenashi” berasal dari dua kata, “omoi” yang berarti ‘berpikir’ dan “tenashi” yang berarti ‘melayani’. Ini adalah pola pikir pelayanan dengan empati, memperlakukan tamu dengan hormat, dan membuat mereka betah.
Omotenashi mengacu pada seni keramahtamahan tanpa pamrih dan mengantisipasi serta melampaui kebutuhan para tamu. Ini mencakup nilai-nilai tradisional Jepang yaitu kerendahan hati, rasa hormat, dan perhatian terhadap detail, dan dianggap sebagai bagian inti dari budaya Jepang dan sering dirujuk sebagai ciri khas layanan dan keramahtamahan Jepang.
Sejarah Omotenashi
Omotenashi memiliki sejarah panjang di Jepang, dimulai pada zaman Edo (1603-1868) ketika kelas samurai menjamu tamu di rumah mereka dan memberi mereka layanan mewah dan penuh perhatian. Konsep Omotenashi telah berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam bentuk tata krama dan adat istiadat tradisional Jepang. Sebagai contoh adalah upacara minum teh tradisional Jepang, yang menekankan semangat keramahtamahan.
Omotenashi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, Omotenashi dianggap sebagai aspek fundamental di Jepang, bukan hanya tentang pelayanan yang baik tetapi tentang menunjukkan rasa hormat yang mendalam kepada tamu dan menciptakan suasana ramah yang membuat mereka betah. Hal ini berakar pada budaya tradisional Jepang dan merupakan salah satu alasan Jepang terkenal dengan layanan dan keramahtamahannya yang sempurna.
Hal ini tidak saja terbatas pada hotel atau ryokan (penginapan tradisional Jepang), namun digunakan secara teratur dalam industri jasa. Merupakan hal yang biasa melihat karyawan bekerja ekstra untuk memastikan tamu mereka mendapatkan pengalaman yang nyaman dan berkesan. Terlihat dari gerakan-gerakan kecil seperti membungkukkan badan, menggunakan bahasa yang sopan, dan memperhatikan hal-hal kecil sekalipun, seperti menyediakan handuk hangat sebelum makan atau menanyakan pantangan makanan dan memberikan kesan hangat kepada tamu.
Dalam berbagai industri di Jepang, seperti kesehatan, ritel, dan pendidikan konsep Omotenashi juga telah dimodernisasi dan diterapkan. Sebagai contoh di sektor kesehatan, Omotenashi digunakan sebagai cara untuk memberikan perawatan penuh kasih dan perhatian kepada pasien. Hal ini termasuk memastikan kebutuhan pasien terpenuhi, mengatasi segala kekhawatiran yang mungkin mereka miliki, dan menyediakan lingkungan yang ramah dan nyaman.
Pada industri ritel, Omotenashi diterapkan melalui pelatihan layanan pelanggan, menekankan pentingnya membangun hubungan pelanggan dan memberikan layanan yang dipersonalisasi. Hal ini dapat dilihat melalui rekan penjualan yang berusaha keras membantu pelanggan dengan menawarkan saran berdasarkan preferensi mereka dan memberikan pengetahuan dan informasi produk. Di sektor pendidikan, Omotenashi juga diterapkan melalui pelatihan guru, yang menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang positif dan ramah bagi siswa serta memperhatikan kebutuhan dan keprihatinan mereka. Lokakarya budaya juga biasa diadakan di beberapa sekolah untuk mendidik siswa tentang budaya dan tata krama Jepang. Konsep Omotenashi juga telah mendapatkan pengakuan secara global dan perusahaan-perusahaan Jepang memperluas bisnis mereka ke luar negeri, berkontribusi terhadap ekspor konsep Omotenashi ke luar negeri. Dalam beberapa tahun terakhir, Omotenashi menjadi semakin penting dalam industri pariwisata untuk menarik dan mempertahankan pengunjung internasional. Pemerintah Jepang telah secara aktif mempromosikan Omotenashi sebagai aspek unik dari budaya Jepang dan telah melatih dan mensertifikasi bisnis terkait pariwisata seperti hotel dan ryokan mengenai prinsip-prinsip Omotenashi.
Manfaat menerapkan Omotenashi bagi Negara Lain
Bagi negara-negara lain menerapkan Omotenashi ini dapat memberikan manfaat diantaranya memberikan pelayanan yang utama bagi pelanggan dan memberikan pengalaman yang tidak hanya memenuhi kebutuhan mereka tetapi juga melebihi harapan mereka. Hal ini akan membuat pengalaman pelanggan dengan tempat tersebut sangatlah berkesan dan akan membuat mereka kembali lagi.
Dengan berfokus pada perhatian terhadap detail, mengantisipasi kebutuhan, mempraktikkan sikap tidak mementingkan diri sendiri, serta mengutamakan kualitas dan rasa hormat, perusahaan akan mendapatkan image yang positif serta meraih keuntungan dari pelayanan yang dimiliki.