(Business Lounge Journal – General Management)
New York memang kota yang sangat majemuk, multikultur, juga multiras. Terkenal dengan wisata kulinernya yang beragam, sehingga Anda akan dapat menemukan berbagai makanan yang berasal dari seluruh dunia di sini. Sebut saja apa yang Anda inginkan, semuanya ada, termasuk makanan Indonesia.
Sekarang ini banyak restoran di New York memiliki strategi dengan menggunakan nama mama atau oma sebagai nama restoran, ibaratnya sebagai penglaris. Wah, ternyata, sama juga dengan di Indonesia, dan bukan hanya sekedar menggunakan nama tetapi juga mengunakan resep turun temurun. Mama atau oma menurunkan resep andalannya pada anak – cucu sehingga menjadi inspirasi bisnis yang hebat. Demikian halnya dengan sebuah restoran Italia di New York yang bernama Juliana. (Sebenarnya ada banyak restoran Italia di New York, tapi sedikit yang diketahui menggunakan resep asli nenek moyang mereka.) Saya memutuskan untuk mengunjungi Juliana setelah tour guide mengajukan dua nama restoran Italia yang terkenal di New York: Grimaldi dan Juliana. Keduanya bersaing dan akan sangat ramai pada jam makan siang sehingga Anda pun harus bersedia mengantri. Dari kedua nama ini, Grimaldi sebenarnya lebih dikenal oleh turis-turis dan semua akan berbondong-bondong untuk mencoba Grimaldi. Tetapi Juliana adalah pemilik resep original pizza yang juga dihidangkan di Grimaldi, sehingga saya memutuskan untuk mencoba Juliana. Unik ya?
Kedua restoran ini sebenarnya didirikan oleh orang yang sama, seorang cook yang bernama Grimaldi. Ia mendirikan restoran dengan namanya sendiri setelah ia sebelumnya bekerja dengan pamannya yang mengubah sebuah toko roti menjadi restoran pizza. Di sinilah ia belajar membuat pizza yang lezat. Ketika ia pensiun, ia memutuskan menjual restoran dengan brand namanya ini kepada perusahaan lain yang hingga kini terus memakai nama Grimaldi. Tetapi kemudian ia berubah pikiran dan membangun sebuah restoran pizza lagi. Oleh karena ia telah menjual brand Grimaldi, maka ia pun memutuskan untuk memakai nama ibunya, Juliana. Maka dikenallah restoran Juliana sebagai pemilik resep yang sebenarnya.
Memutuskan makan siang di Juliana, saya pun memesan Meatball Pasta dan White Pizza yang adalah pizza berisi mozarella dan garlic berukuran medium. Saat Pizza diantar, saya cukup dikagetkan dengan harumnya pizza serta besarnya yang sama dengan pizza berukuran large di Jakarta. Tipis, crispy, dan rasanya mantap sekali. Semula ingin juga mencoba Margeritha yang populer, tapi kuatir kekenyangan akhirnya tidak jadi menambah pesanan. Wah, harumnya pizza benar-benar sangat menggoda untuk segera dicicipi. Benar saja, rasanya sangat klasik Italia, tradisional, dan enak. Sangat cocok di lidah saya.
Penasaran, saya pun mencoba utnuk mengintip dapurnya dan ternyata cara pizza ini dimasak masih secara tradisional dengan dibakar di perapian. Pantas lebih wangi…Delizioso!!
Mengamati Juliana, saya mencoba merumuskan apa sih yang menjadi Unique Value Proposition (UVP) mereka. Ya, sudah jelas Juliana harus memikirkan hal ini, sebab restoran ini harus terus berkompetisi dengan banyaknya restoran Italia lainnya di New York, termasuk dengan Grimaldi. Bagaimanakah dapat membuat konsumen memilih produk Juliana sehingga tidak tersisih dari ramainya pasar. Ada dua hal yang terlintas pada benak saya:
Resep turunan yang lezat
Ini jelas menjadi daya jual yang hebat. Menikmati lezatnya pizza yang tersaji di Juliana membuat saya yakin bahwa para pelanggan pun datang karena memiliki alasan yang sama. Karena itu, jangan coba-coba mengganti resepnya atau restoran ini akan kehilangan UVP-nya. Jika telah menjadi demikian, maka apa lagi yang akan menjadi kekuatan untuk menarik konsumen.
Cara memasak yang tradisional
Siapa bilang bahwa seiring dengan berkembangnya zaman, maka segala sesuatu harus berubah menjadi modern dan diotomasi? Ternyata tidak selalu. Cara mereka memasak dengan perapian sangat berpengaruh pada kematangan yang merata, crispy-nya pizza, dan bau yang harum. Saya jadi teringat bagaimana serabi yang dimasak ditungku pun akan terasa lebih lezat dibandingkan dengan serabi yang dimasak secara modern.
Ya, kunci keberhasilan sebuah bisnis resto bisa saja merupakan sebuah resep kuno yang dilestarikan secara turun temurun, tetapi rasa tidak boleh berubah, dan cara masak yang kuno namun otentik akan menjadi daya jual tersendiri. Mengganti cara memasak sama saja mengubah rasa.
Bagaimana dengan bisnis Anda? Sudahkah memiliki UVP? Tanpa memiliki UVP, suatu bisnis pasti akan melambat bahkan kemudian mati. UVP ini memang harus ditemukan! Carilah UVP yang sesuai dengan bisnis Anda, sehingga dapat memenangkan persaingan!
dr. Vera Herlina,S.E.,M.M/VMN/BL/CEO of Management and Soft Skill Academies, Vibiz Consulting Group.