(Business Lounge Journal – Culture) Apakah berada di kota besar, kota kecil, bahkan pedesaan sekalipun, pasar telah memegang peranan penting dalam membentuk kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi sebuah masyarakat. Itulah sebabnya keberadaan sebuah pasar tidak dapat diabaikan walaupun keberadaannya bisa saja tidak selalu membawa hawa sejuk di tengah-tengah hiruk pikuk pemukiman. Apalagi keberadaan pasar tradisional. Tidak semua orang suka mengunjunginya, mengingat stigma yang ada bahwa pasar tradisional selalu kotor, becek, dan bau. Tetapi tahukah Anda, hanya dengan mengunjungi sebuah pasar tradisional, maka dengan cepat Anda akan memiliki sebuah persepsi tentang masyarakat apa yang sedang Anda hadapi.
Anda akan dengan mudah mengenali karakateristik masyarakat saat adegan tawar menawar terjadi dan di manakah dengan mudah Anda akan menemukannya? Pasar! Anda akan dengan mudah mengenali kebiasaan kerja keras dan upaya pantang mundur sebuah masyarakat melalui keseharian mereka dan pasar adalah tempat yang mudah Anda akses untuk menyaksikannya.
Pasar Kartasura salah satunya, yang telah menjadi saksi geliat Kecamatan Kartasura yang adalah bagian dari Kabupaten Sukoharjo di Jawa Tengah. Di sinilah perekonomian Kartasura berdenyut dan mengantarkan energi yang menjadi sumber kehidupan banyak orang.
Klaas Stoppels, fotografer asal Belanda telah menjadi saksi kesibukan Pasar Kartasura. Dengan kameranya di tangan, ia dapat menangkap moment–moment penting yang akan berbicara banyak pada Anda.
Dapatkah Anda mengatakan bahwa tidak ada kerja keras di sana? Dapatkah juga Anda mengatakan bahwa tidak ada kegembiraan di sana? Atau, dapatkah Anda mengatakan bahwa tidak ada pengharapan di sana?
Pasar dan suasananya, akan selalu memikat hati. Menyaksikan perjuangan para pedagang dalam kesehariannya, interaksi antara penjual dan pembeli, juga berbagai keramaian akan meninggalkan cerita tersendiri bagi Anda.
Keranjang buah, sepeda ontel, payung berwarna-warni telah menjadi teman dalam keseharian. Senyuman puas, keringat lelah, dan tatapan penuh asa seakan telah menjadi tradisi tanpa suara yang tidak akan menguap.
Lembar demi lembar, keping demi keping, dan rupiah demi rupiah di Pasar Kartasura telah menjadi harta yang tak ternilai bagi banyak orang di Kartasura bahkan Sukoharjo. Saat transaksi terjadi, si penjual buah pun dapat membawa pulang rupiahnya dan menyerahkannya pada si penjual bahan bangunan, saat ia membutuhkan lembaran seng untuk menambal atap rumahnya yang bocor. Senyum si penjual bangunan mengiringi kumpulan hasil penjualannya yang dikirimkan pada si sulung yang sedang menuntut ilmu di Sukoharjo. Dengan bersorak si sulung bergegas membayarkan biaya ujian yang harus dilunasinya dengan segera sehingga namanya pun terdaftar untuk mengikuti ujian akhir kelulusan yang wajib ditempuhnya.
Telah bermula di Pasar Kartasura.