Yang Siap Berkembang yang Kelak Bertahan

(Business Lounge Journal – Human Resources) Dengan adanya otomatisasi di berbagai lapangan pekerjaan, apakah semua perusahaan kemudian memanfaatkan moment ini menjadi sebuah kesempatan untuk melakukan pengurangan tenaga kerja hingga dapat melakukan pengiritan besar-besaran di mana-mana? Mungkin ada, tetapi tidak semua. Salah satunya adalah AT&T, raksasa telekomunikasi milik Amerika yang justru melakukan pelatihan bagi 280,000 karyawannya sejak beberapa tahun yang lalu. Kala itu, perusahaan ini menyadari bagaimana mereka memiliki model bisnis yang baru yang menuju komputasi awan dan layanan data. Sementara tenaga kerja yang dimilikinya mempunyai keterampilan teknis yang terbatas di bidang digital. Maka secara ambisius, perusahaan ini berupaya untuk melatih 280,000 karyawannya. Randall L. Stephenson yang telah menjabat sebagai Chairman and Chief Executive Officer sejak tahun 2007 kemudian mengatakan kepada para pekerjanya, “There is a need to retool yourself, and you should not expect to stop.”

Pesan ini singkat namun sangat jelas menyiratkan bahwa setiap pekerjanya harus memperlengkapi diri mereka masing-masing atau jika tidak suatu hari mereka dapat saja terhenti.

Namun tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang melakukannya melainkan negara-negara besar pun mulai melakukan hal yang sama bagaimana memberdayakan tenaga kerja mereka untuk dapat menghadapi perubahan zaman.

Top 10 Economies Leveraging Their HC - WEForum

Apakah yang dibutuhkan saat ini? Bukan saja tenaga kerja yang dapat berbisnis, melainkan juga dapat memanfaatkan teknologi. Sehingga hanya mereka yang selalu mau untuk belajarlah yang akan bertahan dan semakin berkembang. Mereka juga yang akan merintis cara-cara baru untuk mengkombinasikan bisnis dan teknologi untuk dapat lebih produktif. Selain itu sudah tentu mereka akan selalu memperbaruhi model kerja mereka dari masa ke masa sehingga selalu cocok. Dampak lainnya bagaimana organisasi di berbagai industri akan menjadi lebih fleksibel baik pada pekerjaan-pekerjaan blue collar dan white collar. Organisasi-organisasi ini hanya menginginkan mereka yang terus mau belajar dan tetap relevan  pada bidang keahlian mereka serta terus mencari peluang.

ManpowerGroup, sebuah lembaga konsultasi melakukan survei pada 19,000 pekerja millennial pada 25 negara sehubungan dengan generasi ini akan segera mengisi sepertiga tenaga kerja dunia sehingga pemahaman betapa pentingnya karir mereka di masa yang akan datang sangatlah penting. Hasil dari survei ini dapat dikatakan menggembirakan bahwa para millennial kemungkinan besar akan memiliki karir yang lebih lama dari orang tua mereka. Sejumlah 79% dari millennial mengatakan kesempatan untuk mempelajari keterampilam baru adalah faktor yang penting bagi mereka ketika memutuskan di mana mereka akan melamar pekerjaan. Sejumlah 78% juga bersedia beralih pekerjaan untuk mempelajari keterampilan baru jika bayaran yang mereka terima sebanding.

Secara global, 93% millennial melihat pembelajaran dan pengembangan keterampilan sebagai bagian penting dari karir mereka. Bahkan untuk mencapai hal ini, mereka rela menghabiskan waktu dan uang mereka sendiri. Untuk itu nampaknya kesuksesan pemberi kerja adalah bilamana perusahaan dapat menawarkan kesempatan untuk terus berkembang. Hal ini juga yang dapat menanamkan loyalitas bagi para pekerja.

nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Picture: Business Lounge Journal

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x