(Business Lounge Journal – General Management) Digital lifestyle sudah merebak dengan sangat cepat dari kota metropolitan Jakarta hingga ke pedalaman Papua. Ketika saya berada di rumah, bisa saja bertemu dengan keluarga, tetapi menjadi terpisah karena masing-masing asyik dengan gadget tanpa perduli satu dengan yang lain. Kondisi seperti ini sudah terjadi juga saat saya berkesempatan pergi ke tepian Sungai Digul di pedalaman Papua. Masyarakat di sana sudah asyik dengan ponsel pintar yang mereka miliki, sebuah percepatan yang terjadi pada zaman ini. Tidak heran maka di Indonesia, pulsa merupakan kebutuhan pokok keempat sesudah sandang, pangan, dan papan.
Pengalaman saya untuk traveling sudah tidak lagi menggunakan cara lama yang usang. Sejak melakukan rencana perjalanan hingga kembalinya, maka semua sudah digital saat ini. ICT menjadikan kehidupan traveling jauh lebih mudah. Saat mencari destinasi, dapat dilakukan dengan melakukan browsing atau melihat web destinasi, penggunaan google map, video di youtube, melihat pendapat wisatawan lain melalui trip advisor, hingga mencari contact person di lokasi untuk kemudian terhubung melalui whatsapp. Destinasi yang belum diketahui bagaimana kondisinya dapat divisualisasikan hingga mendapatkan gambaran biaya yang diperlukan untuk sampai ke sana. Setelah proses pencarian data, masih ditambahkan juga sekarang ini dengan proses booking yang dapat dilakukan secara online melalui agent yang menyediakan pemesanan tiket pesawat dengan harga lebih murah. Pemesanan hotel juga sudah difasilitasi dengan berbagai jenis aplikasi termasuk trip advisor yang menyediakannya. Kalau saya tidak mau susah, agen-agen perjalanan sekarang ini asyik ber-online-ria. Saya cukup terhubung dengan mereka, lalu mereka atur semuanya, dan terjadi pertemuan di lokasi, kemduian perjalanan pun dilakukan. Dalam perjalanan, google map atau waze, sudah siap untuk menemani perjalanan mencapai lokasi-lokasi yang dituju.
Inilah digital lifestyle yang juga sudah merebak hingga perjalanan wisata dan merupakan sarana yang bagus untuk melakukan pengolahan wisata yang dikenal dengan smart tourism yaitu pengelolaan pariwisata dengan menggunakan ICT. Industri pariwisata, para pebisnis, masyarakat, dan pemerintah sudah menyadari, bahkan sebagian besar sudah menikmati manfaatnya. Ada dua hal yang utama yang harus dipenuhi untuk dapat menjalankan smart tourism, yang pertama adalah infratrukturnya perlu dibangun. Para pebisnis mesti memiliki koneksi dengan dunia maya.
Saya kenal seorang pemilik resort di daerah yang belum memiliki infrastruktur ICT, harus mengeluarkan kocek untuk membangun komunikasinya, setelah berhitung dengan hasil yang akan didapat sang pebisnis melihat apakah masih layak untuk membangunnya. Hal yang kedua adalah applikasi yang diperlukan sejak pre-trip hingga perjalanan berakhir. Applikasi seperti seperti traveloka, gojek, grabcar, trip advisor, pinterest, dan lain-lain perlu dikembangkan lebih banyak agar wisatawan terhubung dengan cepat melalui teknologi. Efek pengelolaan bisnis wisata secara cerdas ini sudah harus dilakukan para pebisnis untuk memenangkan pasar wisata yang sangat besar.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/MP Business Advisory Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group