Ekonomi Tiongkok Jatuh – Investor Beralih ke AS, Jerman, dan Israel

(Business Lounge – Global News) Devaluasi mata uang Tiongkok, perlambatan ekonomi, dan jatuhnya pasar saham mendorong beberapa pemimpin bisnis dan pengusaha negara tirai besi ini untuk berinvestasi di luar negeri, bukan di negeri asal, demikian seperti dilansir oleh WSJ.

Berinvestasi di luar Lebih Menguntungkan

Dalam beberapa tahun terakhir, investor Tiongkok selalu berbelanja secara global yang sebagian dikarenakan mata uang yuan yang kuat telah membuat aset di luar negeri lebih murah. Menurut Departemen Perdagangan Tiongkok, investasi outbound di Tiongkok telah tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 16% dari 2011 dan diperkirakan akan melebihi investasi inbound di Tiongkok untuk pertama kalinya pada tahun 2015.

Akuisisi investasi outbond di Tiongkok mencapai USD 55,2 miliar sampai saat ini, naik 10% dari periode yang sama tahun lalu, dan hampir dua kali lipat dari periode yang sama pada tahun 2010.

Investor Mulai Mengambil Langkah ke Luar Negeri

John Kim, ketua Goldman Sachs, melihat banyak perusahaan Tiongkok yang tertarik dalam membuat akuisisi di luar negeri, didorong oleh keinginan untuk mengdiversifikasi pasar mereka atau memperoleh teknologi.

Investor lain yang mencari kesempatan di luar negeri adalah Peakview Capital, divisi investasi dari Shengjing Group, sebuah perusahaan konsultan manajemen besar Tiongkok. Tahun depan, perusahaan tersebut berencana untuk berinvestasi lebih dari USD 1,5 miliar, terutama di Amerika Serikat.

Shengjing telah membuka kantor di Silicon Valley, mempekerjakan tim investasi yang berbasis di AS dan sejauh ini telah menginvestasikan kedalam tiga perusahaan modal ventura Silicon Valley, yaitu Menlo Ventures, Institutional Venture Partners, dan 500 Startups sebagai tambahan pada perusahaan ventura di Tiongkok dan Israel. Uang investasi tersebut sebagian besar berasal dari founder dan eksekutif Tionghoa yang kaya yang merupakan mitra atau klien Shengjing.

Salah satu perusahaan seperti ABA Chemicals Corp yang pemiliknya di-interview oleh WSJ, mengatakan bahwa ia berencana untuk pergi ke Israel pada akhir Agustus untuk mencari akuisisi teknologi bersih. Dia sedang melakukan negosiasi terhadap dua penawaran lainnya sekarang dan mengatakan ia menyesal bahwa ia tidak menyetujui penawaran tersebut sebelum devaluasi yuan sebesar 3% secara tiba-tiba. Dia telah berencana untuk mempercepat pembuatan kesepakatan karena ia memeperkirakan bahwa yuan akan jatuh hingga 10% dalam waktu sekitar dua sampai tiga tahun.

Ketika situasi semakin sulit di Tiongkok, perusahaan seperti ABA milik Cai Tong yang mengekspor bahan kimia yang digunakan untuk membuat obat-obatan dan pestisida, bersemangat untuk menemukan peluang baru melalui akuisisi di luar negeri. Cai mengatakan ia ingin membeli aset asing yang  murah dan menggabungkannya ke perusahaan untuk membantu membenarkan valuasi.

Meskipun saham ABA, masih diperdagangkan pada pendapatan tahun lalu sebanyak 44 kali, setelah kehilangan 72% dari nilai saham mereka sejak 15 Juni.

Negara yang Dijadikan Target untuk Berinvestasi di Luar

Cai mengatakan ia sedang menegosiasi untuk melakukan dua akuisisi di Eropa, masing-masing senilai sekitar satu miliar yuan (USD 155,8 juta). Dia telah pergi ke Israel setahun sekali dalam beberapa tahun terakhir, membuat beberapa akuisisi kecil. Dia mengatakan Beijing telah mendukung perusahaan swasta untuk pergi ke luar negeri, menambahkan bahwa China Development Bank, pemberi pinjaman kebijakan utama, telah membantu membuat beberapa perkenalan dengan perusahaan asing.

AS, Jerman, dan Israel merupakan tiga tujuan populer untuk akuisisi outbound Tiongkok. Tiongkok menjadi investor terbesar di Jerman pada tahun 2014, menurut German Trade & Invest, lembaga promosi ekonomi resmi bangsa Eropa. Perusahaan e-commerce Tiongkok, Alibaba Group Holding Ltd., dan perusahaan search engine teratas─Baidu Inc., telah berinvestasi di Israel. Pada awal tahun 2015, investor Tiongkok berpartisipasi dalam penawaran ventura US senilai USD 2,16 miliar, lebih dari dua kali lipat penawaran sebesar USD 934 juta pada tahun 2014.

Keuntungan yang Didapatkan oleh Perusahaan Kecil

Meskipun devaluasi yuan baru-baru ini telah membuat target luar negeri menjadi lebih mahal, Cai mengatakan keuangan perusahaannya membaik karena sekitar 75% sampai 90% dari pendapatan perusahaannya berupa dolar AS. Sebuah 3% devaluasi berarti kenaikan pendapatan sekitar 3% bila dikonversi ke yuan, dan hal ini meningkatkan laba bersih perusahaan sebesar 10% sampai 30%. Cai berpendapat bahwa Bank Rakyat China benar-benar mencoba untuk membantu para eksportir kecil terhadap krisis devaluasi.

Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: Business Lounge

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x