(Business Lounge – Business Insight) Boeing Co telah mencanangkan untuk mencapai rekor target produksi tertingginya untuk pesawat jet 737 pada tahun 2018 dan Boeing telah mempersiapkan diri untuk itu dengan mempelajari kesalahan masa lalu, demikian dikatakan kepala sistem industrinya kepada Reuters.
“Sejauh yang kami dapat akomodir atas segala ketidakpastian dan risiko, atau bagaimana mengurangi risiko, maka lebih baik bagi kami untuk mengambil sikap hari ini atas apa yang telah dilakukan pada masa lalu,” demikian dikatakan Pat Shanahan, yang mengawasi produksi pembuat pesawat terbesar di dunia ini seperti dilansir oleh Reuters.
Lini produksi Boeing menghadapi ujian penting ketika sebagai perusahaan jet terbesar hendak meningkatkan penjualannya sebesar 24 persen sementara secara bersamaan perusahaan memutuskan untuk beralih ke model hemat bahan bakar terbaru, 737 MAX.
Boeing memang belum pernah mencoba untuk memproduksi dan menggeser model yang telah ada sejak tahun 1997, ketika perakitan pesawat jumbo 747 yang terpaksa berhenti dan kemudian pembangunan versi baru dari 737 pun ditunda selama beberapa minggu karena kekurangan beberapa bagian. Selain itu Boeing juga sempat terganggu oleh mergernya perusahaan dengan McDonnell-Douglas pada saat itu.
Kali ini, dengan tidak memberikan ruang untuk melakukan kesalahan seperti yang pernah terjadi sebelumnya, Boeing meninjau kembali pandangannya tentang bagaimana perusahaan membangun jet dengan menambahkan lebih banyak otomatisasi. “Ketika saya berpikir tentang kesalahan yang kami buat saat itu, kami tidak memiliki rencana terpadu yang mencakup rantai pasokan,” demikian dikatakan Shanahan, mencatat bahwa perusahaan sekarang mengikuti rencana tersebut. Sebagai wakil presiden senior untuk program pesawat, ia harus memastikan makeover 737 berjalan lancar, dan menyiapkan sistem produksi untuk proyek yang lebih besar ketika model 777X berubah dari 777 untuk memasuki layanan pada tahun 2020.
Boeing membuat 42 buah jet 737 jarak menengah dalam sebulan dan berencana untuk meningkatkannya menjadi 52 untuk tahun 2018 sehubugan dengan persaingan dengan Airbus Eropa demikian dilansir oleh Reuters. Sumber industri mengatakan Boeing menilai apakah rantai pasokan dapat mendukung peningkatan menjadi 58, tetapi perusahaan mengatakan tidak akan menambah target dari yang diumumkan sebesar 52.
Shanahan menolak untuk membahas lebih lanjut mengenai peningkatan hasil produksi 737, tapi dia siap untuk menggunakan angka untuk menggambarkan skala tantangan industri yang ditimbulkan oleh 737, dan keyakinannya bahwa inovasi adalah mengenai sistem produksi, bukan hanya desain pesawat.
“Saya berbicara sekitar 100 (produksi 737 per bulan),” katanya, menambahkan, “Ini bukan tentang jumlah … Ketika kita mengatakan 10 pesawat 787 dalam sebulan tidak ada yang dapat mengerti akan angka itu. Saya ingat pada program 737 kami katakan satu hari. Tetapi orang-orang mengatakan ‘Tidak mungkin! “(Kenyatannya) Sekarang dua hari. “
Beberapa pada industri ini tetap khawatir bahwa Boeing tidak bergerak cukup cepat dalam mengurangi biaya 787 dan meningkatkan produktivitas. Rantai pasokan industri kedirgantaraan yang lebih luas selalu memungkinkan, tetapi secara luas mengatasi produksi yang lebih cepat demikian dikatakan Shanahan.
uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana