(Business Lounge – Special Report)
Apa yang ada dibenak Anda jika mendengar kata “pasar”? Becek, kumuh, bau amis, bau ikan penuh dengan para ibu dan kaum wanita yang berbelanja.
Ya memang, itu gambaran untuk sebuah pasar tradisional tentunya. Bagaimana dengan pasar modern? Tetap mengandung unsur bau dan para wanita yang berbelanja! Ya memang benar, entah pasar tradisional atau pun pasar modern yang namanya pasar paling sering dikunjungi oleh kaum wanita, ibu-ibu rumah tangga ataupun mungkin para pedagang makanan yang membeli bahan bakunya di pasar.
Tetapi adakah pasar yang digemari oleh para anak muda? Digemari sebagai tempat kumpulnya komunitas dan dikunjungi oleh berbagai kalangan?
Unik memang, tetapi demikianlah Santa Modern Market saat ini. Suatu perubahan telah terjadi pada sebuah pasar yang lebih dikenal dengan nama Pasar Santa. Pasar itu kini kerap disambangi oleh para pelaku ekonomi kreatif yang melakukan berbagai kegiatan di sana.
Si Pasar Tua
Pasar Santa termasuk pasar yang tua dibilangan Jakarta Selatan, dibangun pada tahun 1971 dengan bentuk tidak permanen. Pasar yang terletak di jalan Cipaku, Kebayoran Baru itu menjadi ajang bertransaksi para penjual yang menjual bahan pangan dan para ibu yang membutuhkan kebutuhan sehari-hari.
Becek, kumuh, dan tidak banyak orang yang meliriknya. Apalagi ketika banyak supermarket mulai menjamur di Jakarta, pasar ini seperti dilupakan.
Pada 15 Mei 2007, Pasar Santa dibangun permanen dengan 1151 tempat usaha di dalamnya. Pasar yang menjual sembilan bahan pokok kebutuhan sehari-hari ini berjuangn untuk memutar roda keberuntungannya. Tetapi tujuh tahun berlalu, pasar ini tetap sunyi. Seolah ‘mati segan hidup tak mau’ demikian gambaran yang dapat dilukiskan tentang pasar ini.
Menggeliat dan Bangkit
Pada pertengahan tahun ini, tanpa terduga terjadilah sebuah pertemuan di atara para tenant yang saat ini telah mengisi lantai tiga Pasar Santa. Dimulai dari sekedar obrolan dan “ngumpul-ngumpul” biasa, akhirnya tanpa disadari suatu business model yang cukup unik mulai terbentuk di Pasar Santa.
Merasa memiliki kesamaan paradigma dan kebutuhan maka tepat, secara tidak sadar terbentuklah komunitas dari para tenant yang memiliki kreativitas yang unik-unik dan berbeda. Sebuah kehidupan pun mulai mengisi bangunan Pasar Santa yang kini berubah nama menjadi Santa Modern Market.
Semua pedagang dapat menyewa sebuah kios di lantai 1 dengan harga 3-3,5 juta rupiah per tahun. Cukup murah, dan 350 kios kini telah resmi disewa sejak lebih dari sebulan yang lalu. Pasar ini kemudian diremikan pada Oktober 2014. Jumlah tenant pun semakin bertambah dengan para pelaku ekonomi kreatif.
Sarang Pelaku Ekonomi Kreatif
Kini Pasar Santa tidak lagi hanya menjadi Pasar Sembilan Bahan Pokok. Tetapi juga menjadi tempat para pelaku ekonomi kreatif beranjang sana.
ruth/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Businesslounge.co















