KTT Brussels: Uni Eropa Hasilkan Kesepakatan Iklim Untuk Tahun 2030

(Business Lounge – News & Insight) Para pemimpin negara-negara Uni Eropa tengah mengadakan konferensi untuk membahas masalah iklim, energy dan ebola. Konferensi yang berlangsung pada 23 – 24 Oktober di Brussels ini dihadiri oleh 28 negara. Sebagai hasilnya, mereka bersepakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca paling tidak 40 persen dari level emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 selama 16 tahun ke depan (tahun 2030).

Kesepakatan ini dinilai membuka jalan bagi PBB untuk membuat sebuah perjanjian dunia tahun depan.

Negara-negara Uni Eropa ini juga setuju untuk menargetkan perbaruan pasokan energi sebesar 27 persen dan mengefisiensikan keuntungan terlepas dari adanya pesanan dari beberapa negara anggota.

“Setuju! Setidaknya 40 persen emisi dipotong pada tahun 2030. Penghematan yang ambisius,” demikian komentar Herman Van Rompuy Presiden Uni Eropa di tweeternya.

Uni Eropa memang ingin mempunyai kesepakatan jelang pertemuan puncak yang akan diadakan di Paris pada bulan November dan Desember 2015 guna mendapatkan kesepakatan dunia menjelang fase iklim baru kesepakatan Kyoto yang berjalan sampai 2020. Perjanjian ini menempatkan Uni Eropa “dalam kursi memimpin”menjelang konferensi Paris demikian disampaikan kepala Komisi Eropa Jose Manuel Barroso.

Namun demikian tetap ada anggapan bahwa kesepakatan tersebut dianggap tidak memadai untuk mengurangi pemanasan global.

Banyaknya Ketidaksepakatan

Para pemimpin Eropa telah mengadakan tawar-menawar, oleh karena adanya perdebatan antara negara-negara kaya, negara-negara yang lebih hijau, dan negara-negara miskin yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil atau gas dari Rusia. Polandia yang sebelumnya sempat mengancam akan memveto kesepakatan, oleh karena kekuatirannya kalau kesepakatan ini dapat mempengaruhi ketergantungannya pada batu bara yang dapat membuat naiknya harga sementara Polandia harus memenuhi target.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Polandia Eva Kovacsz di sela-sela KTT dalam upaya untuk membujuknya. Merkel, yang negaranya adalah pemimpin dalam energi yang dapat diperbarui, mengatakan kesepakatan itu akan “memberi Eropa suara dan posisi negosiasi dalam pembicaraan iklim internasional.”

Kesepakatan ini juga mempromosikan jaringan-jaringan interkoneksi baru antara negara-negara anggota yang memungkinkan mereka untuk mengekspor hingga 15 persen jika sumber daya mereka berlebih dan mengimpor hingga 15 persen ketika mereka mengalami defisit. Van Rompuy mengatakan link interkoneksi ini adalah bagian penting dari pengembangan pasar energi Uni Eropa dan akan memberikan asuransi terhadap gangguan pasokan. Van Rompuy mengutip bahwa baik krisis Ukraina dan gejolak di Timur Tengah merupakan alasan yang tepat bagi Uni Eropa untuk bertindak sekarang untuk meningkatkan keamanan energi.

uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x