(Business Lounge – Manage Your Business) Sebuah studi yang dikeluarkan oleh McKinsey memberikan pemikiran menarik untuk dikaji, menurut McKinsey pada lima puluh tahun mendatang everyone is technologist. Pemikiran ini berdasarkan pada gaung yang kuat dari era inovasi ini, ketika terjadi percepatan penggunaan teknologi yang tidak hanya terjadi di negara-negara maju namun juga di emerging country seperti Indonesia sedang terjadi.
Pandangan futuristic ini tentulah memberikan dampak kepada perubahan manajemen yang perlu ditata mulai sekarang, kalau tidak maka seluruh gerbong perusahaan akan kehilangan daya saingnya. Management muscle akan menjadi lemah saat berhadapan dengan kompetitor yang bertanding dengan dasar teknologi. Banyak pemimpin perusahaan belum menyadari akan hal ini, mereka tetap merasa bisa bersaing tanpa teknologi, padahal pengembangan manajemen dengan enabler teknologi sedang bergerak dengan cepat.
Pada tahun 1964, tanggal 7 April tahun itu, IBM mengumumkan sistem 360 mainframe, sebuah produk dengan fleksibilitas dan terobosan kemampuan teknologi yang luar biasa. Kemudian pada tanggal 10 Oktober, upacara pembukaan Olimpiade Tokyo, yang pertama dalam sejarah disiarkan melalui satelit di seluruh planet ini, menggarisbawahi pertumbuhan kekuatan ekonomi Jepang. Akhirnya, pada tanggal 31 Desember, anggota baru terakhir dari generasi baby boomer lahir.
Lima puluh tahun kemudian, tiga peristiwa tersebut seperti sudah ketinggalan dan tidak diingat. Teknologi dan konektivitas telah membuat pergeseran industri dan mengubah kehidupan miliaran manusia. Pusat ekonomi dunia dan gravitasinya telah bergeser terus dari Barat ke Timur, dengan Cina mengambil peran ditengah panggung sebagai pemeran cerita pertumbuhan yang fantastis. Generasi baby boomer mulai pensiun, dan sekarang kita berbicara tentang masa depan yang amat berbeda dengan generasi inovator yang memiliki keahlian teknologi tinggi.
Mungkinkah manajemen dipisahkan dari teknologi untuk lima puluh tahun mendatang? McKinsey menjawabnya itu tidak mungkin. Pengalaman saya dengan sebuah bank daerah yang mungkin tidak diperhitungkan, telah mendatangi saya dengan keinginannya memiliki manajemen sumber daya manusia yang menyatukan visi besar perusahaan hingga ke operasional sehari-hari yang sifatnya real time, sudah pasti keinginan ini membutuhkan teknologi sebagai enabler. Seorang kawan yang berbisnis renewable energy bio solar dengan buah kemiri, memantau penanaman di perkebunan yang jauh melalui iPad Apple. Padahal pabriknya berlokasi jauh di Nusa Tenggara Timur, dan dalam kondisi daerah perkebunan yang mungkin sulit untuk dipantau. Pengusaha ritel memantau daily cash revenue-nya melalui smart phone yang terkoneksi dengan cash register di toko yang dia miliki.
Sudah merupakan fakta bahwa manajemen saat ini patut menyatukan teknologi sebagai enabler dengan strategi maupun operasional perusahaan sebab pergeseran sudah terjadi secara besar-besaran. Manajemen pemasaran membutuhkan customer relationship management, manajemen sumber daya manusia membutuhkan corporate performance management, dan semua manajemen dari hulu ke hilir telah bersatu dengan teknologi. Mengingat kedepan teknologi telah menjadi satu dengan manajemen saatnya meninggalkan pemikiran lama dan masuk ke pemikiran masa depan manajemen dengan teknologi, everyone is technologist.
Fadjar Ari Dewanto/Managing Partner Business Advisory Vibiz Consulting