(Business Lounge – Business Today) Perusahaan jaringan profesional LinkedIn Corp membayar hampir US $ 6 juta untuk upah lembur yang belum dibayar dan kerugian pada 359 karyawan dan mantan karyawannya setelah dilakukan penyelidikan oleh Departemen Tenaga Kerja AS.
Perusahaan teknologi ini pada Senin kemarin (4/8) mengatakan pihaknya telah membayar lebih dari US $ 3,3 juta untuk upah dan lebih dari US $ 2,5 juta pada kerugian pekerja dan mantan pekerja di cabang perusahaan di California, Illinois, Nebraska dan New York.
Sebuah penyelidikan oleh Divsi Departemen Upah dan Jam Tenaga Kerja menemukan bahwa LinkedIn telah melanggar lembur dan pencatatan ketentuan dari Fair Labor Standards Act dengan tidak mencatat dan membayar semua jam kerja dalam seminggu kerja. Departemen Tenaga Kerja mengatakan bahwa ketika diberitahu tentang pelanggaran, LinkedIn setuju untuk membayar semua lembur yang jatuh tempo dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya pelanggaran lagi.
“Perusahaan ini telah menunjukkan banyak integritas melalui sikap bekerja sama dengan para penyelidik serta tanpa ragu-ragu bertindak untuk membantu seluruh pekerja,” kata David Weil, administrator Divisi Upah dan Jam Tenaga Kerja. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara LinkedIn mengatakan kesalahan itu disebabkan tidak memiliki alat yang tepat yang dapat digunakan untuk melacak jam kerja tenaga salesnya dengan benar.
“Sebelum Departemen Tenaga Kerja mendekati kami, kami sudah mulai memperbaiki hal ini,” kata Mountain View, California. “LinkedIn telah membuat segala upaya untuk memastikan setiap karyawan yang terkena dampak telah diperlakukan dengan baik sebagaimana yang seharusnya.”
Selain membayar kembali upah dan kerugiannya, LinkedIn setuju untuk memberikan pelatihan kepatuhan dan mendistribusikan kebijakan yang melarang mematikan petunjuk jam kerja kepada seluruh karyawan dan manajer mereka. Selain itu juga sepakat untuk bertemu dengan manajer karyawan yang terkena dampaknya untuk mengingatkan mereka bahwa kerja lembur harus dicatat dan dibayar. Selain itu juga mengingatkan karyawan akan kebijakan LinkedIn yang melarang dilakukannya tindakan yang keras terhadap setiap karyawan yang memiliki masalah di tempat kerjanya.
Hal ini adalah “terlalu umum bagi pekerja Amerika,” kata Susana Blanco, direktur wilayah untuk Divisi Upah dan Jam Tenaga Kerja di San Francisco.
“Praktek ini telah merugikan pekerja, menyebabkan mereka tidak memeroleh upah yang menjadi hak mereka dan telah mengambil waktu mereka dari keluarganya,” katanya. “Kami mendesak semua pengusaha, besar dan kecil, untuk meninjau praktek pembayaran upah yang mereka lakukan untuk memastikan karyawan tahu sepenuhnya hak-hak dasar mereka di tempat kerja.”
The Fair Labor Standards Act mengharuskan bahwa karyawan harus dibayar setidaknya dengan upah minimum federal US $ 7,25 per jam untuk semua jam kerja, ditambah satu setengah kali dari jam kerja yang dilakukan di luar 40 jam per minggu.
Arum/Journalist/VM/BL
Editor: Iin Caratri