10 Aspek Penting dalam Capital Budgeting

(Business Lounge – Finance)  –   Capital Budgeting merupakan suatu langkah yang mutlak dilakukan dalam mengevaluasi proposal investasi dan proyek. Dalam proses melakukan capital budgeting, terdapat beberapa aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dan menjadi panduan utama, diantaranya:

1. Gunakan Selalu Cash Flow
Dalam melakukan capital budgeting, yang selalu digunakan adalah cash flow, bukannya accounting profit. Cash flow dan laba akuntansi mempunyai karakteristik yang sangat berbeda. Laba akuntansi baru dapat direalisasikan ketika diterima di kemudian hari, sementara arus kas benar-benar merupakan kas yang sudah diterima di tangan kita dan siap untuk diinvestasikan kembali.

Misalnya, jika kita mempunyai tanah, perlengkapan dan aset tetap lainnya, tentunya terdepresiasi selama beberapa tahun umur ekonomisnya. Dalam perhitungan laba akuntansi, depresiasi dimasukkan dalam komponen beban yang mengurangi laba akuntansi, padahal depresiasi tidak mengurangi arus kas. Sehingga, cash flow menjadi lebih relevan dalam melakukan capital budgeting.

2. Think Incrementally
Ketika mengevaluasi satu proyek capital budgeting, berusahalah untuk selalu think incrementally, yakni bagaimana tambahan yang dihasilkan oleh suatu proyek terhadap kondisi yang ada sekarang? Apakah dengan mengambil proyek yang satu ini akan menghasilkan tambahan yang menguntungkan, ataukah justru lebih menguntungkan jika tidak melakukan apapun?

Misalnya, ketika perusahaan ingin memperbarui peralatan produksi yang sudah dimilikinya selama beberapa tahun dengan yang baru, dan menjual yang lama. Tentunya harus diperhitungkan incremental cash flow setelah pajak yang dihasilkan dari peralatan produksi yang baru tersebut. Mungkin saja ternyata incremental cash flow yang dihasilkan justru negative karena biaya perawatan peralatan baru lebih mahal, misalnya sementara penghematan tidak terlalu signifikan.

3. Perhitungkan Opportunity Cost
Opportunity cost adalah nilai ekonomis yang hilang ketika seseorang memilih suatu alternative dibandingkan dengan alternative lainnya. Opportunity cost merupakan komponen yang seringkali dilupakan maupun salah dihitung dalam evaluasi capital budgeting. Hal ini seringkali disebabkan karena orang seringkali tidak menyadari adanya peluang lain yang dapat dihasilkannya.

Contoh, misalnya kita mempunyai sebidang tanah pribadi yang kita beli dengan harga Rp 1 miliar, dan ingin digunakan untuk suatu proyek. Harga pasar tanah ini sekarang sekitar 2 miliar. Kesalahan yang seringkali terjadi adalah sama sekali tidak menghitung penggunaan tanah pribadi sebagai opportunity cost atau hanya menghitung Rp1 miliar saja sebagai opportunity cost, padahal potensi penjualannya mencapai Rp2 miliar, yang seharusnya jadi opportunity cost.

4. Sunk Cost Tidak Masuk Perhitungan
Cash flow yang boleh diperhitungkan dalam analisa capital budgeting hanyalah cash flow yang terpengaruh dari hasil keputusan capital budgeting tersebut. Sunk cost adalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul lagi dari suatu proyek atau investasi baru. Oleh karena itu, menjadi tidak relevan untuk memperhitungkan sunk cost dalam suatu analisa capital budgeting, karena biayanya sudah terjadi sementara keputusan investasi yang diambil baru akan terjadi di masa depan.

Misalnya, ketika suatu perusahaan melakukan riset pasar terhadap produknya, maka itu adalah sunk cost. Sehingga, ketika melakukan evaluasi capital budgeting sebelum produksi dijalankan, sunk cost tersebut tidak diikutsertakan, karena memang sudah terjadi dan tidak akan terjadi lagi di masa depan.

5. Konsekuensi Proyek
Dalam melakukan analisa capital budgeting, Anda harus punya pandangan jauh ke depan. Arahkan fokus Anda juga kepada implikasi-implikasi yang dihasilkan dari keputusan proyek yang Anda ambil. Apakah ada risiko atau kemungkinan buruk yang memunculkan biaya tidak terduga? Jika ada biaya-biaya yang tersembunyi, perhitungkan juga dalam analisa.

Misalnya, proyek dari pengembangan produk baru, tentunya berpotensi untuk memakan pangsa pasar dari produk yang lama. Sehingga ini juga penting untuk dipertimbangkan.

6. Lakukan Proyeksi Secara Akurat
(Vibizmanagement – Finance) – Dalam proses capital budgeting, penentuan asumsi menjadi salah satu aspek yang paling critical. Hal ini karena asumsi menentukan discount rate yang digunakan dalam proyek. Jika asumsi tidak tepat, maka reliabilitas dari analisa tersebut juga dipertanyakan.

Misalnya, proyek yang ingin Anda analisa usianya 10 tahun. Salah satu komponen dalam discount rate adalah risk-free rate,sehingga Anda bisa menggunakan tingkat suku bunga Surat Utang Negara (SUN). Namun, supaya analisa Anda relevan, maka gunakan suku bunga SUN dengan tenor yang sesuai, minimal 10 tahun. Jika seandainya Anda menggunakan SUN tenor 5 tahun misalnya, tentunya asumsi yang digunakan tidak relevan, karena jangka waktunya tidak sesuai. Oleh karena itu, Anda bisa memilih SUN dengan tenor 10 tahun supaya lebih sesuai. Jika Anda menggunakan SUN tenor 5 tahun, maka analisa Anda berpotensi overvalued.

7. Perhitungkan Penggunaan Working Capital
Seringkali dalam perhitungan, working capital tidak disertakan dalam analisa. Padahal, setiap proyek baru pasti menyertakan working capital tambahan. Working capital tetap dihitung sebagai cash flow meskipun working capital tersebut tidak kemana-mana. Perubahan yang terjadi pada awal proyek masuk kedalam perhitungan initial outlay, namun ketika terjadi penambahan kebutuhan working capital atau working capital kemudian tidak dibutuhkan lagi (proyek selesai) maka terhitung sebagai cash outflow atau cash inflow dalam periode tersebut.

Misalnya, mengapa penambahan persediaan dihitung sebagai cash outflow, padahal persediaan tersebut masih ada di gudang? Hal ini disebabkan karena perusahaan belum bisa memperoleh nilai kas dari persediaan tersebut, sehingga uang tersebut tidak dapat digunakan untuk investasi lainnya. Kemudian, pada akhir proyek, mengapa diasumsikan bahwa terdapat recapture dari net working capital? Intinya begini, ketika sebuah proyek mulai, maka Anda membutuhkan working capital, namun ketika proyek selesai, working capital tersebut kembali bebas, dan Anda dapt menjualnya, sehingga dihitung kembali sebagai cash inflow di akhir periode.

8. Perlakuan Terhadap Overhead Costs
Sesuai dengan prinsip dari capital budgeting, yakni memperhitungkan incremental, maka perlu dipastikan bahwa cash flow yang terukur memang benar-benar incremental. Seringkali, dalam beberapa kasus, beberapa beban overhead pasti akan terjadi meskipun proyek tersebut diterima ataupun ditolak. Oleh karena itu, pastikan bahwa cash flow yang masuk dalam perhitungan capital budgeting adalah cash flow incremental yang relevan.

Misalnya, ketika sebuah proyek diterima, tentunya terdapat incremental expense berupa salary, seiring dengan bertambahnya karyawan yang dipekerjakan di proyek. Ini merupakan incremental cash flow yang relevan. Berbeda dengan biaya sewa, misalnya, yang meskipun proyek tersebut ditolak pun, bakal tetap terjadi, sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai incremental cash flow dan tidak masuk perhitungan.

9. Lihat Big Picture
Ketika melakukan evaluasi capital budgeting, terutama terkait dengan produk baru, Anda perlu untuk melihat secara big picture, atau keseluruhan. Misalnya, ketika Anda ingin meluncurkan produk baru, tentunya Anda ingin melihat bagaimana incremental cash flow yang dihasilkan oleh produk tersebut. Hanya saja, yang perlu diwaspadai adalah meskipun peluncuran produk tersebut bisa membuat perusahaan merebut pangsa pasar dari competitor, namun juga berpotensi untuk mengkanibalisasi penjualan dari produk perusahaan sendiri.

Oleh karena itu, perhitungan capital budgeting juga harus memasukkan aspek-aspek tersebut. Jadi, intinya lihat secara big picture, evaluasi bagaimana jika produk tersebut ada maupun tidak ada.

10. Risk Management
Satu hal yang tidak boleh terlupakan dalam capital budgeting adalah risk management, karena ketidakpastian pasti selalu hadir. Jika kita menentukan asumsi sekian, tentunya ini bukan jaminan bahwa kondisi tersebut mutlak terjadi. Oleh karena itu, disini pentingnya dilakukan sensitivity analysis.

Sensitivity analysis mencakup berbagai skenario yang mungkin terjadi di masa depan. Misalnya, terjadi inflasi atau kejadian buruk yang mengakibatkan discount rate meningkat, atau ternyata penjualan tidak sebaik yang diperkirakan. Sehingga, manajemen risiko memungkinkan kita untuk turut mengevaluasi risiko-risiko yang berpotensi akan terjadi di masa depan.

Demikian adalah sepuluh aspek penting yang perlu dilakukan dalam melakukan analisa capital budgeting. Tanpa adanya sepuluh aspek tersebut, tentunya analisa capital budgeting tidak akan akurat dan bisa diandalkan.

(Endah Caratri/IC/BL)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x