(The Manager’s Lounge – Leadership), Maraknya tawuran antar pelajar sudah terjadi sejak hampir puluhan tahun yang lalu. Masih segar teringat di dalam ingatan kita kejadian beberapa waktu yang lalu akan kejadian tawuran antar sekolah yang mengakibatkan adanya jiwa yang melayang hanya dikarenakan hal yang mungkin karena masalah yang sangat sederhana. Namun tidak bisa dikatakan sederhana karena sudah menyangkut akan kehidupan seorang anak manusia.
Semua media membahas akan masalah ini dan mulai mencari kesalahan berada di pihak siapa ? Sebenarnya semua berperan dan mengambil bagian dalam permasalahan akan tawuran pelajar ini, baik lingkungan internal yaitu keluarga maupun external dalam hal ini adalah sekolah atau pergaulan dari anak tersebut. Pembentukan akan karakter dari anak didik yang memang masih mencari jati diri dan sangat rentan bila ternyata mendapatkan masukan-masukan yang negatif. Semua berperan akan pembentukan dari pada si anak dalam berkembang khususnya berprilaku.
Mari kita melihat sedikit apa yang dimaksud dengan pendidikan. Dalam arti luas maka yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan yang diikuti. Dan dalam kepemimpinan pendidikan maka seorang pemimpin di tuntut untuk dapat mengkoordinasi semua yang ada dalam ruang lingkupnya baik itu anak buah, anak didik dan juga pra-sarana sekolah supaya mencapai tujuan dari sebuah lembaga pendidikan yang memang merupakan tanggung jawabnya seorang pemimpin sekolah. Karena itu ada semacam paradigma yang menyatakan ; ’ Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala/pemimpin sekolah ‘.
Karena itu sangat perlu diperhatikan akan kepemimpinan dalam sebuah bidang pendidikan, khususnya di era globalisasi ini , maka efeknya secara tidak langsung pun akan menuntut setiap pemimpin pendidikan baik statusnya sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok harus selalu berusaha memperbaiki dan mengembangkan skill dan kepribadian dirinya agar menjadi seorang pemimpin yang lebih baik serta pandai beradaptasi dengan lingkungan. Bagaimana seorang pemimpin dapat berinteraksi bukan hanya pada guru atau staf sekolah semata, namun juga bagaimana dapat melakukan pendekatan terhadap anak didiknya. Memandang bahwa anak didik sebagai pribadi yang penuh dengan gejolak dan memerlukan akan kesabaran untuk membimbing dan mengarahkan seperti sebuah keluarga bukan menjadikan anak didik sebagai objek yang dapat menguntungkan akan diri pribadinya dengan mungkin melihat akan segi-segi materi.
Dan sebagai pelaku pendidikan yaitu anak didik / siswa pasti akan melihat akan pimpinannya sebagai pemimpin pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Max Weber dalam teori kepemimpinan kharismatik terdapat unsur yang sulit dimengerti, tetapi dirasakan sebagai sesuatu yang misterius dan mempesonakan orang banyak. Kepemimpinan ini didasarkan atas kepercayaan dan keyakinan intuitiv dari para pengikut disertai dengan hubungan secara emosional. Ketaatan para pengikut terhadap pemimpin kharismatik didorong oleh penghargaan dan penghormatan atas ketulusan hati dan kemurnian missi yang diemban oleh pemimpin, sehingga apa yang diperintah kan oleh pemimpin dianggap sebagai panggilan yang mempunyai nilai spiritual yang tinggi. Dan jelas sekali model kepemimpinan karismatik seperti ini sangat cocok untuk dapat meredam akan kegalauan masa pertumbuhan akan anak didik di masa ini. Seperti contohnya akan Presiden Soekarno yang memiliki kepemimpinan kharimatik ini yang sanggup mengendalikan akan suatu bangsa yang besar yaitu Indonesia, maka tidak lah menutup kemungkinan bila seorang pemimpin khamatik ini dapat membawa akan pelaku pendidikan dan seluruh staf atau guru yang terlibat kearah yang positif , meredam akan kegalauan anak didik dan meminimalisirnya serta dapat mengarahkan pada hal yang positif.
Tercapainya suatu kedamaian dalam suasana kerja dan pembelajaran merupakan tolok ukur akan keberhasilan seorang pemimpin pendidikan dalam menduduki akan jabatan nya sebagai pemimpin yang edukatif.
(Riris Juanita/IK/TML)