(Business Lounge – Global News) Raksasa alas kaki asal Amerika Serikat, Skechers USA Inc., akan meninggalkan bursa saham setelah hampir seperempat abad beroperasi sebagai perusahaan publik. Hal ini terjadi setelah 3G Capital, perusahaan investasi asal Brasil yang terkenal karena aksi akuisisinya di sektor konsumen global, menyetujui kesepakatan senilai $9,4 miliar untuk mengambil alih Skechers dan menjadikannya perusahaan privat. Kesepakatan ini tidak hanya menandai salah satu transaksi terbesar di sektor ritel alas kaki dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga memperkuat posisi 3G sebagai aktor sentral dalam perombakan lanskap konsumen global.
Berdasarkan laporan dari The Wall Street Journal, Bloomberg, dan Financial Times, kesepakatan tersebut menawarkan premi signifikan atas harga saham Skechers sebelum pengumuman. Saham perusahaan melonjak lebih dari 25 persen segera setelah kabar akuisisi mencuat, mencerminkan antusiasme investor terhadap potensi pertumbuhan Skechers di bawah kendali manajemen baru. 3G Capital, yang sebelumnya dikenal melalui investasi agresifnya di Kraft Heinz dan Burger King, diyakini akan menggunakan pendekatan serupa untuk mengoptimalkan efisiensi dan memperluas jangkauan global Skechers.
Salah satu elemen paling mencolok dari transaksi ini adalah keterlibatan Robert Greenberg, pendiri dan CEO Skechers sejak 1992. Dalam kerangka kesepakatan ini, Greenberg akan tetap menjabat sebagai CEO dan menerima paket pembayaran senilai lebih dari $1 miliar. Ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap visinya dalam mempertahankan identitas merek Skechers dan mengembangkan lebih jauh pasar globalnya. Putranya, Michael Greenberg, yang menjabat sebagai presiden perusahaan, juga akan tetap dalam peran manajerial kunci.
Skechers dikenal karena pendekatannya yang unik dalam industri alas kaki, dengan fokus pada kenyamanan, harga terjangkau, dan variasi produk yang sangat luas. Perusahaan ini berkembang pesat di tengah dominasi merek besar seperti Nike dan Adidas, dengan pertumbuhan pasar yang kuat di Asia dan Amerika Latin. Menurut laporan keuangan terakhirnya, Skechers membukukan pendapatan lebih dari $8 miliar pada 2024, dengan kontribusi lebih dari 60 persen berasal dari pasar internasional.
Langkah untuk memprivatisasi perusahaan ini diyakini akan membuka ruang manuver strategis yang lebih luas, tanpa tekanan dari investor publik dan fluktuasi pasar saham. Dengan beroperasi secara privat, Skechers dapat mengambil keputusan jangka panjang seperti ekspansi pasar, inovasi produk, dan restrukturisasi rantai pasokan tanpa sorotan kuartalan dari pasar modal. Hal ini sejalan dengan filosofi investasi 3G Capital yang dikenal berorientasi pada efisiensi biaya, optimalisasi operasional, dan pertumbuhan global agresif.
Dalam wawancara dengan Bloomberg, salah satu partner di 3G Capital menyatakan bahwa Skechers memiliki “fondasi merek yang kuat, jaringan distribusi yang luas, dan potensi besar untuk mengoptimalkan margin serta ekspansi ke pasar baru.” Ia juga menekankan bahwa sinergi dengan perusahaan portofolio lain akan mempercepat integrasi teknologi dan logistik.
Keputusan ini datang pada saat sektor ritel alas kaki menghadapi perubahan signifikan. Perilaku konsumen pasca-pandemi telah berubah secara drastis, dengan lonjakan permintaan untuk sepatu olahraga, alas kaki sehari-hari, dan kenyamanan sebagai nilai utama. Skechers berhasil menangkap tren ini melalui lini produk seperti Arch Fit dan GOwalk, yang mendapat sambutan positif dari konsumen lintas generasi.
Namun demikian, tantangan juga tak sedikit. Persaingan dari merek langsung-ke-konsumen (DTC) seperti Allbirds dan On Running semakin ketat. Selain itu, meningkatnya biaya produksi akibat inflasi bahan baku dan tarif impor turut menekan margin laba produsen alas kaki. Dalam kondisi seperti inilah 3G Capital melihat peluang untuk melakukan transformasi strategis, dengan pendekatan yang terbukti mampu mengefisiensikan struktur biaya dan memperluas pangsa pasar.
Privatisasi Skechers juga menandai perubahan besar dalam hubungan perusahaan dengan Wall Street. Setelah melakukan IPO pada tahun 1999, Skechers tumbuh dari pemain kecil menjadi merek alas kaki global. Sahamnya telah naik lebih dari 500 persen dalam dua dekade terakhir. Namun, valuasi perusahaan relatif konservatif dibandingkan pesaingnya, sebagian karena skeptisisme investor terhadap strategi ekspansi berbasis ritel fisik. Di bawah kepemilikan privat, fokus akan bergeser dari pertumbuhan berbasis investor ke strategi jangka panjang berbasis operasi.
Beberapa analis menggarisbawahi bahwa kesepakatan ini mencerminkan tren baru dalam industri konsumen global, di mana perusahaan-perusahaan keluarga atau dengan kepemilikan pengendali tunggal cenderung memanfaatkan peluang untuk keluar dari pasar publik dan bertransformasi dalam lingkup tertutup. Hal ini meminimalkan tekanan eksternal sekaligus mempercepat eksekusi strategi. Skechers, dengan struktur kepemilikan yang masih terkonsentrasi di keluarga Greenberg, cocok untuk pendekatan semacam ini.
Selain itu, proses privatisasi dipandang sebagai respons atas meningkatnya volatilitas di pasar publik. Dengan nilai transaksi yang mendekati $10 miliar, ini juga menjadi salah satu pembelian berbasis leverage (LBO) terbesar di sektor ritel dalam lima tahun terakhir. 3G Capital akan mendanai kesepakatan ini melalui kombinasi ekuitas internal dan pinjaman dari sejumlah bank besar, termasuk Goldman Sachs dan JPMorgan Chase, yang menunjukkan kepercayaan lembaga keuangan terhadap prospek jangka panjang Skechers.
Sementara itu, para analis memperkirakan bahwa dalam 12 hingga 24 bulan ke depan, perusahaan akan mengumumkan langkah-langkah efisiensi seperti penutupan toko yang kurang menguntungkan, restrukturisasi logistik, serta perluasan agresif di pasar dengan margin tinggi seperti India, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Inisiatif digital dan peningkatan kanal penjualan online juga menjadi prioritas dalam roadmap pasca-privatisasi.
Bagi Indonesia, kehadiran Skechers cukup signifikan. Dengan lebih dari 30 gerai resmi di kota-kota besar dan jaringan distribusi ritel yang tersebar luas, merek ini telah menjadi pilihan utama di segmen alas kaki kasual dan olahraga menengah. Perubahan kepemilikan global Skechers dapat membawa dampak terhadap strategi pemasaran lokal, harga produk, serta model kemitraan ritel di Indonesia. Beberapa pengamat ritel lokal memperkirakan akan ada dorongan untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok, kemungkinan melalui konsolidasi distribusi atau ekspansi ke platform e-commerce lokal yang lebih luas.
Di sisi lain, keputusan untuk mempertahankan Robert Greenberg di posisi CEO dinilai sebagai langkah stabilisasi. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan alas kaki yang mengalami perubahan kepemimpinan justru menghadapi ketidakpastian strategi, seperti yang dialami oleh Under Armour dan Reebok. Dengan Greenberg tetap di kemudi, arah merek dan konsistensi pesan pemasaran diperkirakan tetap solid.
Kesepakatan ini juga menghidupkan kembali diskusi tentang masa depan perusahaan keluarga dalam lanskap bisnis modern. Meskipun telah menjadi perusahaan publik selama lebih dari dua dekade, pengaruh keluarga pendiri tetap besar di Skechers. Melalui privatisasi ini, keluarga Greenberg kini dapat mengarahkan perusahaan sesuai visi awal mereka tanpa kompromi dari tuntutan investor jangka pendek.
Dari perspektif yang lebih luas, langkah ini mengindikasikan bahwa sektor konsumer masih sangat menarik bagi investor swasta besar, terutama yang melihat nilai tersembunyi dalam perusahaan dengan basis konsumen setia, struktur kepemilikan terpusat, dan potensi ekspansi lintas negara. Privatisasi Skechers oleh 3G Capital bisa menjadi sinyal bagi gelombang akuisisi baru di sektor serupa.
Di tengah disrupsi AI, digitalisasi, dan perubahan rantai pasokan global, hanya merek yang dapat beradaptasi cepat dan efisien yang akan bertahan. Dan di balik semua narasi transformasi ini, tetap ada satu hal konstan: sepatu yang nyaman, terjangkau, dan modis akan terus dicari oleh konsumen di mana pun berada. Bagi Skechers, babak baru sebagai perusahaan privat adalah kesempatan untuk memperkuat posisi itu—dengan fleksibilitas dan fokus baru yang dibawa oleh 3G Capital.