(Business Lounge – Global News) Perusahaan utilitas air bersih terbesar di wilayah barat Manila, Maynilad Water Services Inc., tengah menguji minat investor global menjelang rencana penawaran saham perdana (IPO) yang diperkirakan akan menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal Filipina. Langkah ini menjadi sorotan utama tidak hanya di Filipina, tetapi juga di kalangan pelaku pasar Asia Tenggara, yang melihat rencana IPO Maynilad sebagai indikasi penting akan kembali hidupnya pasar penawaran saham perdana di kawasan setelah periode stagnasi selama beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan dari Bloomberg, Maynilad dan para pemegang sahamnya—termasuk konglomerat Metro Pacific Investments Corp dan DMCI Holdings Inc.—telah memulai proses penilaian minat awal (pre-marketing) dengan calon investor institusional. Jika IPO ini terealisasi sesuai rencana, nilainya bisa melebihi $1 miliar, menjadikannya IPO terbesar dalam sejarah bursa saham Filipina. Nilai tersebut melampaui pencatatan saham Monde Nissin pada 2021, yang saat itu berhasil menggalang dana sekitar $1 miliar juga.
Langkah Maynilad mencerminkan dorongan kuat dari pemilik dan manajemen perusahaan untuk membuka akses ke modal publik sebagai bagian dari strategi jangka panjang pembiayaan proyek infrastruktur air bersih, perluasan jaringan distribusi, serta peningkatan kualitas layanan air dan pengolahan limbah domestik. Dalam keterangannya kepada media, manajemen menyebutkan bahwa sebagian besar dana yang diperoleh dari IPO akan dialokasikan untuk investasi infrastruktur, termasuk proyek-proyek strategis dalam sistem distribusi air, pengelolaan air limbah, serta digitalisasi sistem layanan pelanggan.
Dalam laporan oleh Nikkei Asia, analis menilai momentum Maynilad sangat tepat. Permintaan air bersih yang terus meningkat di kawasan perkotaan Manila, ditambah tekanan dari perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk, mendorong kebutuhan besar akan pembiayaan jangka panjang untuk proyek infrastruktur. Selain itu, stabilnya arus kas perusahaan, ditopang oleh regulasi tarif yang relatif terkendali, menjadikan Maynilad sebagai kandidat IPO yang menarik bagi investor yang mengincar eksposur sektor utilitas di pasar negara berkembang.
Maynilad sendiri adalah operator air bersih dan pengelolaan limbah yang memegang konsesi di kawasan barat Manila sejak 2007, dengan masa konsesi diperpanjang hingga tahun 2047. Perusahaan ini melayani lebih dari 9 juta penduduk, menjadikannya pemain penting dalam ekosistem perkotaan Filipina. Dalam laporan terbarunya, Maynilad membukukan pendapatan lebih dari PHP 20 miliar (sekitar $350 juta) pada 2024, dengan margin laba bersih yang konsisten di atas 30 persen.
Menurut Reuters, rencana IPO Maynilad tidak hanya menjadi manuver bisnis, tetapi juga bagian dari strategi exit yang lebih besar oleh Metro Pacific, yang sedang menjalankan reposisi portofolio pasca-privatisasi. Metro Pacific saat ini dikuasai oleh First Pacific Company yang berbasis di Hong Kong, dan Mitsui dari Jepang. Dengan membuka saham Maynilad ke publik, Metro Pacific dapat mendiversifikasi struktur kepemilikannya, sementara tetap mempertahankan pengaruh strategis melalui kepemilikan mayoritas.
Selain itu, IPO Maynilad juga menjadi ujian penting bagi Bursa Efek Filipina (PSE) yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan jumlah IPO dan aktivitas perdagangan. Data dari Financial Times menunjukkan bahwa nilai total IPO di Filipina selama dua tahun terakhir masih jauh di bawah negara tetangganya seperti Indonesia dan Thailand. Jika IPO Maynilad sukses, ini bisa memicu gelombang baru perusahaan-perusahaan Filipina yang ingin memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan alternatif.
Namun, di balik optimisme ini, terdapat tantangan signifikan yang perlu dihadapi. Salah satu faktor utama adalah kondisi pasar global yang masih diliputi ketidakpastian, termasuk risiko geopolitik dan volatilitas suku bunga global. Investor cenderung berhati-hati dalam mengalokasikan dana ke aset di pasar berkembang, terutama di sektor utilitas yang dianggap stabil namun tidak menjanjikan pertumbuhan tinggi. Maynilad harus mampu meyakinkan investor bahwa potensi pertumbuhan tetap ada, terutama lewat strategi ekspansi layanan dan efisiensi operasional yang ditunjang teknologi.
Sementara itu, Maynilad juga harus menavigasi risiko politik dan regulasi domestik. Sektor air di Filipina pernah menjadi isu panas, terutama saat terjadi sengketa kontrak konsesi antara pemerintah dan operator air swasta pada 2019. Meski situasi kini lebih stabil, investor tetap waspada terhadap risiko intervensi kebijakan. Untuk itu, transparansi dan tata kelola yang kuat akan menjadi faktor kunci dalam keberhasilan IPO ini.
Dalam laporan yang dikutip oleh The Wall Street Journal, konsultan keuangan dari Credit Suisse—yang disebut-sebut sebagai salah satu penasihat utama transaksi ini—menyatakan bahwa Maynilad menargetkan valuasi perusahaan di kisaran PHP 150 hingga 180 miliar (sekitar $2,6 hingga $3,2 miliar). Jika angka ini tercapai, maka IPO Maynilad akan menempatkannya sebagai salah satu perusahaan publik paling bernilai di sektor infrastruktur Filipina.
Perlu dicatat bahwa sektor air bersih secara global semakin menarik perhatian investor karena dianggap sebagai aset infrastruktur yang tahan resesi dan berkorelasi rendah dengan siklus ekonomi. Dalam laporan tahunan BlackRock Infrastructure, air disebut sebagai “aset strategis” yang krusial dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan urbanisasi. Dengan populasi Manila yang diperkirakan akan menembus 15 juta jiwa pada dekade ini, kebutuhan akan air bersih dan layanan sanitasi hanya akan meningkat.
Bagi investor regional maupun global, IPO Maynilad bisa menjadi peluang langka untuk berinvestasi di sektor yang memiliki karakteristik defensif dengan potensi pertumbuhan moderat namun stabil. Namun demikian, valuasi yang terlalu tinggi atau ketidakjelasan roadmap bisnis pasca-IPO dapat menjadi hambatan. Oleh karena itu, strategi komunikasi dan pelaporan keuangan yang jelas dari manajemen Maynilad akan menjadi sangat penting dalam membangun kepercayaan investor.
Sejauh ini, minat dari investor institusional dilaporkan cukup tinggi, terutama dari dana pensiun dan investor jangka panjang yang mencari alternatif dari obligasi negara dan instrumen pendapatan tetap lainnya. Beberapa nama besar dari Jepang, Singapura, dan Timur Tengah dilaporkan ikut serta dalam tahap awal penjajakan.
Jika semua berjalan lancar, IPO Maynilad diperkirakan akan diluncurkan secara resmi pada akhir kuartal ketiga atau awal kuartal keempat 2025. Proses ini akan mencakup pertemuan dengan investor utama di Singapura, Hong Kong, Tokyo, dan Dubai sebagai bagian dari roadshow regional. Bursa Efek Filipina juga menyambut baik langkah ini dan menyatakan kesiapannya untuk mendukung proses pencatatan.
IPO Maynilad berpotensi menjadi momentum penting dalam menghidupkan kembali pasar modal Filipina yang selama ini relatif tertinggal dari tetangganya. Keberhasilan IPO ini tidak hanya akan memberi dorongan besar bagi sektor infrastruktur air, tetapi juga memberikan sinyal positif kepada investor global bahwa Filipina siap menawarkan peluang investasi jangka panjang yang kredibel dan menguntungkan.